1 | Jingga dan Sarapan Pagi

1.1K 103 6
                                    


Tahun ini Jingga memasuki usia yang ke 17, dan di tahun ini juga menjadi tahun Ke sembilan Jingga tinggal dengan keluarga barunya.

Sudah menjadi rutinitas biasa, jika acara sarapan pagi di keluarga angkat Jingga itu tak pernah hening, selalu ramai seperti pasar.

Ada Elo dan Edo adik kembar Jingga yang duduk di bangku SMP kelas tiga, yang selalu membuat ajang kompetisi dadakan untuk melihat siapa yang paling cepat menyelesaikan acara makannya, yang kemudian selalu berakhir dengan rusuh di sisi kanan.

Sementara itu di depan kedua adiknya yang kembar ada Sera adik bungsunya berusia dua tahun sedang melepehkan makanan dan ibu yang tampak sabar menghadapi dan ayah yang memperhatikan keduanya sambil membuat wajah lucu, membujuk Sera untuk kembali mau menyuapi.

Dan terakhir di depan Jingga, duduk ada omnya tengah menyuap sambil satu tangannya lagi sibuk bermain Ponsel.

Sampai,

"Erlang. Simpan ponsel kamu!"

Mendengar intrupsi dengan nada kesal yang tiba-tiba keluar dari mulut ayahnya, Jingga dengan cepat menghabisi sarapan.

Kerena Jingga yakin, hal ini tidak akan pernah selesai dengan baik.

Dan benar saja.

Erlang omnya mendengar intrupsi ayah langsung menggebrak meja keras membuat semua orang yang ada di meja membuang nafas berbeda dengan Sera yang saat itu juga lantas menangis kencang dan ibu yang segera menggendong, beranjak meninggalkan ruang makan.

Tampak Erlang kini sedang menajamkan matanya, Jingga lantas dengan cepat mengambil minum dan meminum airnya dengan terburu-buru.

Decitan suara terdengar begitu Jingga yang telah selesai semuanya, mendorong kursi.

Jingga kemudian melangkah mendekat ke Elo dan Edo,mengusap kedua rambut adiknya sayang.

"Kakak, jangan lupa nanti beliin cireng gazebo rasa abon!"

"Edo liat kakak pulang dengan selamat, udah syukur."

Untuk pesan terakhir paginya itu Jingga terkekeh.

Lantas setelah itu keduanya kompak sama-sama menunjukkan pipi putihnya.

Dengan cepat Jingga mengecupnya keduanya bergantian.

"Dah, kalian cepet-cepet berangkat ntar kesiangan!"

Dan dibalas acungan jempol keduanya.

Kemudian Jingga terus melangkah, sampai berada di belakang Kakaknya yang masih sibuk melototi sang ayah. Jingga cepat-cepat menariknya bangkit.

"Ayah, Jingga berangkat dulu! Ayo om Erlang Berangkat.."

*****

Siangnya, di dalam kelas yang sepi. Jingga duduk sambil memangku dagu, menatap bosan kedepan, kemudian menghela nafas,

"Hah~"

"Napa Jing?"

Jingga seketika merubah posisi, kini hanya satu tangan yang dipakai untuk menopang dagunya, lalu menoyor kepala orang yang berada di sebelahnya.

"Manggil yang bener ya Jing!"

"Iya udah bener kan, Jing?"

Kembali menoyor kali ini bahkan Jingga sampai membuat orang itu mengaduh dan posisi badannya kini ia tegakkan.

"Yang lengkap, maksud gue Tolol!"

Mendengar makian kesal itu, teman Jingga yang sedari tadi menemani duduk di sebelahnya malah mengangkat alis tersenyum jahil.

Jingga Bercerita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang