Bertepatan dengan beresnya sajadah yang telah dilipat Jingga, pintu kamarnya dibuka.
Disana, Ibu berdiri diambang pintu sambil tersenyum.
"Sudah beres?"
"Sudah bu." Jingga membalas dengan tersenyum.
"Mau tidur lagi?"
"Iya, Ibu nanti ke gerejanya jam berapa?"
"Nanti habis ini, ibu ngambil yang jam enam."
Jingga berjalan ke arah kasurnya, saat ibunya telah duduk terlebih dahulu di pinggir kasurnya, menepuk-nepuk paha.
Jingga pun berbaring di sana ditemani elusan lembut di kepalanya.
"Bu nanti beliin kue rangi ya."
Rea nama ibu angkat Jingga itu menghentikan pergerakannya dari mengelus surai ikal milik Jingga, tersenyum jahil lengan lentiknya beralih mencubit hidung Jingga sedikit keras.
"IH-Ibu ngapain sih jail banget!"
Jingga mencebikkan bibirnya, menatap wajah Rea diatasnya dengan sebal.
"Habisnya gemes ibu sama kamu, setiap ibu ke gereja mintanya kue rangi terus."
"Kan enak Bu, kalo gak enak Jingga juga gak bakal minta hih."
Rea tertawa geli.
"Iya-iya,nanti ibu beliin, udah ah mau ngecek Sera dulu. Kamu tidur ajah lagi sana"
Jingga menggeleng-geleng kepala, dan malah memeluk perut ibunya makin erat. Mencegah Rea untuk beranjak.
"Gak mau, kelonin dulu!"
Rea yang mendengar itu langsung tertawa nyaring tapi kemudian dia berpura-pura memasang wajah sebal.
Dan tangannya itu bergerak mencubit pipi Jingga.
"Aduhhh Ibu!"
Menyerah, Jingga pun akhirnya melepaskan pelukannya dan bangun.
"Sakit ih." Keluh Jingga memegang pipinya yang diyakini pasti merah itu.
"Lagian udah gede,masih minta dikelonin."
"Habis Ibu sibuk ngurus Sera terus sih, gak ada waktu buat quality time sama Jingga."
Bukannya luluh, apa kasihan Rea yang mendengar itu segera saja melayangkan cubitannya kali ini sasarannya ke pinggang Jingga.
"Aduhh!" Jingga kembali mengaduh. Cubitan Rea benar-benar sakit.
"Heh terus, yang kemarin minta dipijitin abis pulang sekolah siapa? Anak kucing? Lagian Sera kan masih bayik mana bisa ngurus sendiri."
Rea menatap gemas anaknya, sambil berkacak pinggang. Tapi serius Rea tidak marah,perempuan itu hanya sedang menggoda anaknya.
Tapi berbeda dengan Rea, Jingga malah menyebikkan bibirnya kembali diingatkan perihal pulang sekolah kemarin. Jingga jadi sebal.
Gara-gara omnya, dia harus pulang terlambat sudah begitu Leon yang mengantarkannya malah motornya mogok dijalan dan tanpa rasa kemanusiaan Leon menyuruh Jingga yang sudah capek untuk membantu mendorong sampai bengkel yang sialnya tempatnya jauh sekali.
Alhasil Jingga pulang-pulang langsung mengeluhkan sakit badan pada ibunya dan merengek minta dipijitkan.
Dan si om buaya-nya itu belum Jingga labrak, karena sudah dua hari ini Erlang tidak ada di rumah ditanyakan juga pada sang ayah. Ayahnya itu malah mengendikkan bahu.
"Huh."
Tak sadar, Jingga malah membuang nafas membuat Rea yang sedari tadi memperhatikan anaknya yang tiba-tiba diam, mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Bercerita (On Going)
Ficção AdolescenteSegala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan! Jingga tidak menyangka kepindahannya yang tiba-tiba membawanya dapat merasakan berbagai macam sisi lain dari hidup orang lain, Dari mulai kisah yang paling gelap sampai yang bu...