Jingga tidak tau kenapa Gagan tiba-tiba meminta ia dan Ajun untuk mengikutinya. Membawa langkah mereka pada bagian terluar sekolah. Dan begitu ada di sana, Gagan membawa langkahnya lagi mendekat pada pos satpam. Jingga dan Ajun saling pandang tak mengerti, tidak ada siapa-siapa disana. Selain sebuah pintu yang tertutup.
"Eh nak Gagan?"
Ajun dan Jingga kompak melihat ke arah belakang, mendapati pria paruh baya yang sering di panggil pak Endang selaku penjaga sekolah.
Ajun tersenyum sopan begitupun dengan Jingga yang kemudian mengulurkan tangan untuk salim.
"Iya pak, kata pak Galih saya suruh kemari."
"Oh, sebentar ya saya cek dulu."
"Silahkan pak,,"
Pak satpam kemudian berbalik membelakangi mereka, terlihat pria paruh baya itu mengeluarkan ponselnya.
Sekitar dua menitan menunggu, akhirnya pak satpam itu kembali lagi dan tersenyum seraya berkata, "Kita tunggu pak Galih dulu ya, katanya beliau mau ikut kemari juga."
Jingga masih tak mengerti mengenai situasi yang ada begitupun Ajun. Mereka berdua memilih duduk di kursi yang terbuat dari semen yang menempel di tembok sambil menunggu sementara Gagan berdiri sambil berbincang-bincang dengan pak endang.
Hampir setengah jam menanti, akhirnya pak Galih pun datang. "Aduh maaf-maaf tadi masih rapat,,"
Sontak saja Jingga dan Ajun bangkit, dan menghampiri pak Galih untuk salim begitupun dengan Gagan.
"Pak tolong jaga pintunya dari luar,"
Pak Endang yang tengah membuka kunci pada pintu yang daritadi tertutup mengangguk mengerti. Begitu pintu terbuka, Pak Galih langsung berseru cepat, "Ayo masuk,"
Gagan duluan diikuti Ajun dan Jingga terakhir. Lantas pintu pun kembali ditutup, membuat cahaya diruang itu tidak ada. Tapi kemudian suara cetrekan saklar lampu yang di nyalakan, membuat lampu di ruang itu bisa menyala. Jingga seketika takjub dengan apa yang ada di dalam sana. Ruangan ini seperti lorong rahasia yang isinya ada beberapa ruang lagi lagi di dalamnya, total terdapat empat. Yang dua entah apa karena masih tertutup sementara yang satu isinya kamar mandi dan terakhir ruang tv beserta dapur seadanya.
Perhatian Jingga kemudian teralihkan begitu pak Galih tengah membuka pintu paling ujung dengan kuncinya.
"Okey anak-anak, selamat datang di penjara rahasia milik sekolah." Ucapan pak Galih yang sambil diikuti tawa cengengesan tak membuat satu pun diantara mereka ada yang ikut tertawa. Mereka bertiga malah menatap ngeri pada Pak Galih yang malah terdengar tidak ada lucunya sama sekali.
Tapi tak berlangsung lama, karena begitu pintu akhirnya dibuka ketiganya langsung terkejut.
"Sudah saya duga!" Itu Gagan yang langsung bereaksi.
Jingga tidak tau harus bagaimana, sementara Ajun sudah menangis di tempat.
Itu Montha di dalam sana! Sambil menyengir kuda dengan baju rumahan.
*****
"Jadi ada yang mau jelasin?"
Tanya Jingga begitu pak Galih keluar dan memilih nonton bola bersama dengan pak Endang di pos paling depan.
"Gak jelas lu semua! Apalagi lo Montha tiba-tiba ngilang terus tau-tau ada di mari deket kita, sementara kita semua udak muak nyari lo dimana-mana! Dasar bajingan!"
Montha terkekeh kecil, anak yang kini kembali itu tampak baik-baik saja. Ia malah merespon setiap kemarahan Ajun dengan tepukan pada kepala lelaki paling kecil itu yang kemudian di tepis dengan kasar.
"Najis." Umpat Ajun padanya.
"Maaf ya, situasinya rumit. Jadi gue untuk sementara waktu harus sembunyi. Seperti yang kalian ketahui, keluarga angkat gue lagi disorot-sorotnya. Jujur gue gak tau apa gue termasuk atau enggak. Gue terlalu takut buat mastiin. Jadi gue gak berani pulang sampai sekarang."
Jingga tau meskipun, Montha tersenyum saat mengatakannya. Tapi sorot mata letih dan gesture tubuh tidak bisa membohonginya Jingga tau Montha benar-benar sedang ketakutan. Maka dari itu ia bangkit dari kursi plastik dan jongkok tepat di hadapan Montha menaruh tangannya pada tumpukkan tangan Montha, yang Jingga dapat rasakan dinginnya, lalu berkata.
"Makanya dari itu Montha kita semua ada disini, masih ada kita jadi lo gak perlu takut sendirian buat hadapinnya."
Setelah mengatakan itu entah kenapa suasana menjadi lebih sendu, Ajun yang tadinya sudah berhenti menangis kembali menangis.
Sementara yang ditangisi malah tersenyum lalu berkata dengan tulus, "Terima kasih Jingga,,"
"Sebentar gue ada perlu dengan Pak Galih." Setelah mengatakan itu tiba-tiba, Gagan langsung keluar meninggalkan mereka bertiga.
"Kenapa si Gagan seolah-olah udah tau lo disini ya?"
Montha menggeleng, ia menengok ke arah Ajun. "Enggak, Gagan enggak tau gue disini tapi gue yakin dia ada sangkut pautnya sama kedatangan pak Galih kesini. Asal kalian tau yang tau gue disini cuman pak Endang gak ada lagi. Tenang Jingga, Gagan Enggak maksud apa-apa." Jelas Montha yang merasakan Jingga meremas tangannya. Lalu ia melanjut, "Gue tau Gagan pasti punya rencana tapi bukan buat nyakitin gue, karena gue tau apapun itu caranya kita semua saling melindungi itu yang harus diyakini. Okey?"
Meski tak mengerti dan merasakan khawatir Jingga tetap mengangguk. Membawa tangannya kembali sambil berkata.
"Gue juga, bakal bantu."
Okay ini telat banget tapi gak papa ya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Bercerita (On Going)
Fiksi RemajaSegala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan! Jingga tidak menyangka kepindahannya yang tiba-tiba membawanya dapat merasakan berbagai macam sisi lain dari hidup orang lain, Dari mulai kisah yang paling gelap sampai yang bu...