Jingga pernah berada di posisi seperti ini, jadi bagaimana rasanya sesak kehilangan Jingga paham betul rasanya.
Maka ketika Montha dan Gagan melangkah mendekati Ajun yang terduduk sendirian di sudut ruangan rumah sakit.
Jingga memilih tidak ikut, ia malahan bergerak melangkah pergi ke luar mencari udara karena rasanya lingkungan rumah sakit begitu amat mencekik nafasnya.
Begitu ia sampai pada pinggiran rumah sakit, langkah lambat Jingga terhenti.
Binar matanya yang redup makin redup, Jingga lantas menundukkan kepalanya.
Membiarkan rasa kehadirannya ditekan begitu saja oleh redaman Isak tangis pilu seorang Rama Permana Leswana, kakak sulung Ajun yang tadi ia lihat tampak paling tegar saat bersalaman dengannya, kini tengah terduduk di bawah tanpa pegangan siapa-siapa, menangis sendirian disana.
Sebab kepergian seorang yang begitu tiba-tiba, telah menggoncang hati keduanya, baik itu Ajun maupun Rama sekalipun.
Dan Jingga di pagi yang mendung itu menjadi saksi bisu bagaimana keduanya hancur.
*****
Seminggu berlalu, seperti omongannya tempo lalu. Leon menepati omongannya kini ia tengah di perjalanan menuju sekolah Jingga.
Datang saat anak itu pulang sekolah, tampaknya mulai jadi kebiasaan Leon.
Wajar saja, jarak Jakarta dan Jogyakarta sangat jauh. Berangkat tadi malam dan baru sampai di paginya.
Tak lupa juga dengan kabar yang baru-baru ini didapat, Leon juga telah mengganti bajunya dengan kemeja hitam lengan panjang yang ia punya dan juga dibelakang sudah ada sebuket bunga Lily warna putih tersimpan apik di kursi belakang.
"Gimana kabarnya hari ini?" Tanya Leon begitu Jingga masuk dan duduk di sampingnya.
"Baik yang tidak terlalu baik mungkin."
Leon mengangguk merespon jawaban Jingga seadanya, lalu mulai menyalakan kembali mesin mobilnya.
Dan begitu ban-ban mobilnya telah bergerak meninggalkan gerbang besar sekolah Jingga, Leon berujar.
"Jingga kematian itu garis takdir yang Tuhan beri, semuanya sudah diatur kapan dan dimananya. Jadi sekeras apapun ditentang dan dilawan kita gak bisa menghindar dari kematian. Tapi rasa kehilangan dan lapang. Bisa dilawan dan dibuat tiap masing-masingnya."
*****
"Jadi Leon Lo jadi nginep di mari?"
Leon yang sedang makan mie kuah soto, memicingkan matanya merasa tak senang "Kadang gue suka lupa kalo gue lebih tua dari Lo."
Montha yang duduk di depan Leon, yang juga sama-sama sedang makan mie bedanya anak itu makan mie goreng. Menyeringai lebar.
"Biar terasa makin akrabnya." Jawabnya lalu.
Leon hanya membalas dengan memutar mata jengah. "Btw si Gagan temen Lo satu lagi mana?"
"Si Gagan sibuk, tuh anak bentar lagi ada jadwal O2SN jadi sibuk latihan."
"Oh,, hebat-hebat."
Lalu hening, selepas pembicaraan itu keduanya masing-masing sibuk makan. Tidak ada pembicaraan dan keduanya juga tampak tidak ingin memulai jadi alhasil keduanya saling diam sampai akhirnya Montha terlebih dahulu menghabiskan sisa mienya dan beranjak meninggalkan Leon yang masih menyeruput kuah soto melalui mangkok, pemuda itu pergi ke arah pantry dapur.
Selepas mencuci bekas makannya Montha masih diam di tempat , lalu ia menengok menaruh perhatian pada pintu kamar tamu apartemennya yang sedikit terbuka.
Dalam diam Montha sangat berharap.
*****
"Gak ada Lo disamping gue, rasanya lagi makan seblak level satu. Gak ada pedes-pedesnya. Gak enak banget."
Meski tak direspon, Jingga masih tetap menyunggingkan senyumnya. Berusaha tetap menghibur Ajun meskipun anak itu masih tetap diam membisu.
"Ajun, Lo tau gak? Kalo sebenernya setiap malam sebelum tidur ternyata si Gagan itu suka ngelakuin hal random. Contohnya ajah kemarin masa ya tuh anak sebelum ke kasur selalu jalan ngelilingi kamar bolak-balik sambil ngafalin tabel periodik, abis itu juga kemarin-kemarin tuh anak ngapalin nama-nama mantan raja Thailand. Gila random banget tapi jujurly Randomnya information to much banget anjir, hahahaha~
Jingga lantas menghentikan tawanya, dirasa Ajun sepertinya tidak berminat sama sekali.
Anak itu hanya duduk diam dibangkunya, melamun ke arah depan.
Jingga dalam hati, tersenyum miris. Melihat Ajun yang seperti ini sangat berbanding terbalik dengan Ajun yang percicilan dan banyak tingkah seperti yang biasa dia lihat.
"Kalo gitu gue pulang dulu ya Ajun, gue harap juga secepatnya bisa ketemu Lo lagi di kelas, anak-anak juga titip salam."
Baru saja Jingga hendak bangkit. Tiba-tiba saja, Ajun menengok ke arahnya. Mata anak itu menatap tepat ke kedua bola matanya. Membuat Jingga sedikit merasa terkejut dengan perhatian yang diberi tiba-tiba.
"Jingga Lo tau photo siswa hitam putih yang ada di Mading depan pintu masuk sekolah?"
Sedikit tak paham sebenarnya. Tapi Jingga tetap menganggukkan kepala karena tahu photo hitam putih yang di maksud.
Jingga cukup sering untuk sekedar berhenti sejenak, hanya untuk sekedar memperhatikan wajah orang yang ada di dalam Photo itu.
"Dia Pandu abang gue, yang udah mati."
Sedang sibuk dengan pikirannya, setelah satu fakta yang tidak pernah ia duga diungkapkan Ajun begitu saja tubuh Jingga membeku bak orang yang baru disiram air es. Lantas secara cepat kejadian Minggu lalu kembali memutar di kepalanya, teriakan-teriakan Ajun dan bayang-bayangan dirinya yang mencekik lehernya sendiri terpampang jelas di kepalanya.
"Tepatnya bunuh diri, Abang gue dia ngelakuin gantung diri,,dan salah satu orang asal penyebab kelakuannya itu baru ajah berpulang. Dan sementara satunya lagi masih bernafas sampai sekarang duduk dengan tenang menanti malam datang, dan Jingga mau tau siapa satu lagi orang itu ?"
Jingga terdiam bisu pikirannya berhamburan kemana-mana memikirkan sesuatu yang memungkinkan di kepalanya tapi hatinya mencicit tak membenarkan prasangkannya dan di depan sana Ajun melambai meminta dekat, ia pun lantas mendekat memangkas sekat meski hatinya rasanya sudah amat sekarat.
Dan tepat setelah berhasil mendekat, bisikin lirih Ajun berhasil membuat tubuhnya kembali menegang ditempat. Ia pun tercekat.
"Satu orang lagi itu namanya Arjuna Sakawala Renja, anak dari istri kedua bapak Arsana yang Minggu lalu meninggal dunia."
Ternyata memang benar prasangkanya.
13agustus2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Bercerita (On Going)
Teen FictionSegala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan! Jingga tidak menyangka kepindahannya yang tiba-tiba membawanya dapat merasakan berbagai macam sisi lain dari hidup orang lain, Dari mulai kisah yang paling gelap sampai yang bu...