17 | Maaf

259 37 2
                                    

Warning 🚫
Penuh dengan berbagai isu sensitif, diharapkan membacanya dengan kepala dingin.

Tinggalkan jika merasa terganggu ❗

______________

"Lo sadar kan, apa yang bakal Lo dapetin setelah ini?"

"Montha no more, please? Cukup."

Montha mendesah, memijit pangkal hidungnya. Pusing sekali dengan perbuatan tanpa pikir panjang orang di hadapannya.

"Gak akan pernah cukup, karena. Demi tuhan! Gue lewatin koridor tadi. Dan Lo tau? Apa yang gue lihat?"

Gagan menggeleng lemah.

"Polisi!"

Sesudah mengatakannya dengan lantang dan deru nafas yang menggebu-gebu.

Montha emosi, melihat respon Gagan yang hanya diam saja. Ia pun lantas mengguncang-guncang pundak Gagan, memberitahu jika seharusnya ia pun sama paniknya seperti dirinya.

"Gan polisi! Lo bakal berurusan sama polisi. Sialan!"

Akhirnya umpatan yang sedari tadi ia tahan semenjak mencari-cari keberadaan sosok Gagan. Keluar mulus dari mulutnya.

Tidak ingin kehilangan kontrol lebih lagi, Montha mengusap wajahnya kasar.

"Kalo tau bakal gini, harusnya, gue gak pernah kasih tau Lo." Gumam Montha pelan dengan penuh penyesalan, yang sayangnya masih dapat tertangkap jelas masuk ke Indra pendengaran Gagan.

Yang mana setelah ungkapan spontan itu diucapkan, Gagan dengan penuh emosi menarik kerah seragam Montha. Membuat tubuh yang jauh lebih besar darinya merunduk ke arahnya secara paksa.

"Shut up!Kata Gagan penuh penekanan tepat di depan wajah Montha, matanya menajam seiring emosi yang kini memenuhi hatinya.

Tapi Gagan lupa, jika Montha sama kerasnya.

Pemuda itu kini menatapnya sama tajamnya. Menantang.

"Lo yang harusnya diam! Semenjak, Lo kehilangan Mio. Lo jadi sering kehilangan kontrol, Gagan si anak culun. Sekarang mulai gak tau diri ya? Oh, atau semenjak kehilangan tamengnya, Gagan si anak harimau mulai coba unjuk taring?"

Bugh

Montha jatuh terduduk di atas lantai dingin UKS dengan kedua tangannya yang menyangga di belakang, berusaha mempertahankan sisa-sisa keseimbangan setelah pukulan tiba-tiba yang diberi Gagan kepadanya.

Montha tiba-tiba menyeringai lalu kemudian terkekeh merasa lucu.

Seolah-olah darah di sudut bibirnya tidak berarti apa-apa.

"Kenapa? bener ya ucapan gue?"

Ditanya begitu, Gagan lantas berdiri dari posisi duduknya di atas kasur. Ia kini bersiap melayangkan kembali tinju. Sasarannya kini pipi kiri Montha.

Yang harusnya mendarat lancar.

Jika bantingan pintu tidak mencuri atensinya.Maka gagalah, semua rencananya.

"Loh kalian, kenapa?!"

Itu Jingga yang datang-datang dengan pakaian olahraga milik Montha yang terpasang apik di badannya agak kebesaran, bertanya dengan mimik wajah yang begitu kebingungan.

Sama halnya dengan Ajun yang datang mengekor di belakang Jingga, membawa sepasang seragam di tangannya. Berwajah sama bingungannya dengan Jingga.

"Gak, kenapa-kenapa. Gue cuman lagi minta Gagan ajarin bela diri." Jelas Montha seraya mendorong Gagan menjauh dari tubuhnya, karena jujur saja tau-tau anak itu sudah ada di atas tubuhnya. Tentu saja tidak duduk hanya posisinya saja yang condong ke depan sambil menarik kerahnya kembali.

Jingga Bercerita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang