"Bang itu tindikanya asli bukan, apa tempelan?"
"Pas ditindik lidahnya sakit gak?"
"Bang sekolah Abang emang ngebolehin cat rambut?"
"Widih pasang tato juga,,keren."
"Mucin gak sopan!" Kata Montha seraya membekap mulut Ajun yang tak henti-hentinya mengungkapkan rasa antusiasnya.
Pemuda itu begitu amat panik karena melihat gesture tidak nyaman Leon yang mengulas senyum canggung sembari mengusap lehernya tempat dimana tato bergambar merpati sepasang itu terpasang, yang Montha juga sempat ikutan meliriknya.
"Gak apa-apa, Leon Emang terlalu mencolok."
Mendengar timpalan Jingga, Leon mendelik ke arah Jingga mengungkapkan protesnya pada sorot mata, pemuda yang memiliki rambut warna ungu biru itu juga kesal karena Jingga telah menyebut namanya langsung tanpa embel-embel.
Tapi Jingga malah mengangkat bahunya acuh mengabaikan protesan Leon, lalu melanjutkan acara makan mie ayamnya.
"Eh tapi bentar deh keknya, kita belum kenalan." Ucap Montha yang baru saja memasukkan dua potong dumpling isi daging sekaligus ke dalam mulut Ajun, membuat pemuda cina itu otomatis diam tidak bisa bicara lagi karena mulutnya penuh terisi dan mau tau mau ia harus menghabiskannya.
Jingga yang peka maksud dari Montha yang mengajaknya kenalan, segera mengangkat tangan kanannya. Mengulurkan tepat didepan Montha.
"Jingga."
"Montha temen sekelas Gagan yang populer." Seru Montha narsis seraya menyambut jabatan tangan Jingga.
Dan begitu dilepas, Montha beralih pada Leon orang yang duduk di samping Jingga, menunggu dengan wajah bodohnya.
"Ini bang Leon, setahun lebih tua dari gue."
Jingga berinisiatif memperkenalkan, saat Leon tidak sadar jika Montha tengah melihat ke arahnya, saat ia tengah sibuk berbalas pesan dengan pacarnya.
Saat suara Jingga terdengar menyebut namanya barulah Leon mengangkat wajahnya kemudian membalas jabatan Lucas yang teranggur untuk beberapa detik.
"Oh iya, sebelumnya. Gue juga udah tau Lo."
"Oh ya?" Tanggap Jingga, mencoba terlihat antusias meski ia benar-benar merasa biasa-biasa saja. Dia itu anak baru dan sudah jadi hal lumrah jika kehadirannya mendapatkan perhatian apalagi mengingat posisi datangnya saat banyak orang. Jadi sudah sewajarnya beberapa anak mungkin tahu.
"Iya pas, orang di belakang Lo bawa tas gede gue juga nebak kalo Lo bakal jadi teman sekamar Gagan pengganti Mio."
"Mio?"
"Iya orang yang dulu nempatin tempat Lo."
"Oh, terus kemana dia sekarang pindah juga-kah?" Serius sebenarnya Jingga tidak sama sekali ingin terlalu tahu, tapi ia terlampau tak enak hati bila menimpali seadanya apalagi melihat raut wajah Lucas yang tampaknya nyaman dengan obrolannya. Jadi Jingga bermaksud untuk memperpanjang topik obrolan dengan berbasa-basi.
Tapi tak lama tiba-tiba saja Ajun ikut menimpali.
"Udah gak ada dia, tuh anak mati gara-gara overdosis."
Mendadak saja seisi meja menjadi hening lalu mereka semua sama-sama menatap Ajun dengan raut kaget.
Leon pun yang tadinya kembali sibuk dengan ponselnya, sampai-sampai ikut menghentikan kegiatannya itu. Lalu mendongakkan kepalanya menatap Ajun.
"Loh Napa pada liatnya begitu?"
"Eh gue baru inget ada jadwal latihan basket, Mucin juga dia ada jadwal badminton, kalo gitu kita cabut duluan ya, mari." Pamit Montha tiba-tiba , pemuda bongsor dengan kulit sawo matang itu menarik tangan Ajun, lalu menyeretnya bersamanya pergi dengan amat cepat bahkan Montha tak menunggu respon dari Jingga yang masih kaget di tempat duduknya. Begitupun juga dengan Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Bercerita (On Going)
Teen FictionSegala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan! Jingga tidak menyangka kepindahannya yang tiba-tiba membawanya dapat merasakan berbagai macam sisi lain dari hidup orang lain, Dari mulai kisah yang paling gelap sampai yang bu...