"Hari ini latihan lagi?"
Ajun bertanya ketika Jingga tengah memasukkan perlengkapan tulisnya ke dalam tas. Anak itu berhenti sebentar. "Iya latihan."
"Langsung, apa balik dulu ke asrama?"
Jingga yang kini sudah menyelempangkan tasnya di bahu. Menatap lagi Ajun, lalu menjawab. "Keknya langsung ajah, soalnya perlengkapannya juga udah ada di loker."
Lalu keduanya pun berjalan meninggalkan kelas yang tinggal beberapa murid. "Gue ikut deh, di kontrakan lagi sepi banget anak-anak pada balik ke rumah."
"Loh kan ada si Montha, hari ini gue ada latihan tanding sama sekolah lain kesananya harus pake kendaraan."
"Ya udah sih gue tinggal pake motor apa susahnya."
"Cih, effort banget sih lo! Padahal gue gak mau lu ikut peka napa?"
Seketika saja Ajun mengeplak belakang kepala Jingga membuatnya sampai teraduh-aduh, lalu berkata dengan kesal, "Anjing lo!"
"Buset dah galak banget si lo cina, biasanya juga sama Montha kalo main." Ucap Jingga sembari mengelus-ngelus bekas keplakan Ajun. Sungguh sebenarnya ia bisa saja membalas, tapi entah kenapa hari ini rasanya malas saja.
Di tengah-tengah sesi berjalan menuju tempat latihan eskul sepakbola yang sudah Jingga masuki selama dua minggu lebih, diantara suara gema tapak langkah kaki keduanya dan nuansa sepi di sepanjang lorong Ajun tiba-tiba saja berbicara.
"Lo kan tau Montha masih gak ada kabar, kalo ada gak mungkin juga gue mau ikut lo yang kalo sekali latihan tempatnya ada di lapangan gersang."
Setelah mendengar pernyataan Ajun itu, Jingga segera saja menyamakan langkahnya yang mulai tertinggal dengan Ajun. Lalu dengan satu gerakan ia pun membawa Ajun pada rangkulan pundak.
"Tapi lo yang bonceng gue yak, gue gak bisa bawa motor."
*******
Gagan pergi ke pinggir begitu tanda pertarungan selesai diberi oleh pelatihnya. Melepaskan maskernya, Gagan kemudian menaruh pedangnya di kursi panjang yang ada tasnya juga di sebelahnya.
Gagan pun lantas mengambil botol air minum, dan meminum minumnya.
Saat meminum, mata Gagan melirik pada ponsel yang Ada pada dalam tas yang dia biarkan dibuka.
Setelah selesai dengan urusan dahaganya, tangannya bergerak mengambil ponsel itu. Begitu dinyalakan.
Tidak ada notif satu pun.
Yang berarti pesan yang dia kirimkan beberapa waktu lalu belumlah mendapatkan balasan. Atau pun juga yang berarti, tidak adanya respon kembali dari orang yang telah ia telpon berkali-kali sampai akhirnya ia menyerah dan mematikan telepon yang malah terhubung dengan suara operator.
Mendengus frustasi. Gagan pun memilih menaruh ponselnya, dan kembali pergi berlatih lagi.
********
Meski sinar matahari begitu menyengat kulit dan bagian ubun-ubun kepala. Semangat Jingga yang berlari kesana kemari tidaklah luntur. Ia tetap gesit mengejar bola yang ada di pihak lawan.
Meski waktu yang diambil sore, tapi hari ini cuaca benar-benar sedang panas-panasnya. Mungkin bertanda akan turun hujan. Karena biasanya seperti itu, panas yang menyengat akan diikuti dengan hujan.
Di bagian pinggir, dekat pohon rimbun yang besar. Ada Ajun dengan topi warna abu tuannya, berjongkok sembari menontoni Jingga yang tengah latihan. Di sebelahnya juga ada beberapa orang lainnya yang ikut menonton, kebanyakan dari warga setempat yang lapangannya sedang digunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Bercerita (On Going)
Novela JuvenilSegala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan! Jingga tidak menyangka kepindahannya yang tiba-tiba membawanya dapat merasakan berbagai macam sisi lain dari hidup orang lain, Dari mulai kisah yang paling gelap sampai yang bu...