9 | Orang-orang sakit

450 52 0
                                    

"Jingga lo tunggu disini oke, anggap rumah lo!"

Omongan Montha itu menjadi penutup terakhir, sebelum pintu apartemen tertutup dan meninggalkan Jingga sendirian di ruangan apartemen pemuda bongsor itu.

Jingga menghembuskan nafasnya, ia cukup sadar jika ini semua karenanya. Jika saja ia tadi tidak bertemu dengan Montha di jalan atau menerima ajakan untuk singgah ke apartemennya, mungkin Ajun yang tadi menunggu di depan pintu apartemen Montha tidak akan kabur begitu melihatnya.

Wajah babak belur temannya itu masih membekas segar di ingatannya, apalagi Jingga sempat menangkap raut kesakitan di wajah Ajun yang panik begitu melihatnya.

Meski Montha telah meneriakkan namanya berkali-kali. Ajun terus berlari tanpa berhenti bahkan ia tidak menengok semenjak bertemu pandang dengannya.

Lelah dengan isi hati dan pikirannya belum lagi tubuhnya yang rasanya mau remuk saja, Jingga pun mendudukkan diri di sofa panjang milik Montha. Mencoba menyamakan dirinya dengan mencari-cari posisi yang pas, Jingga pun memutuskan untuk istirahat sejenak ia kemudian menaruh lengannya menutupi mata.

Tak terasa ia tertidur.

•••

"Gue tau, Lo pasti disini."

Ajun mengangkat wajahnya, mata sendunya bertemu dengan mata bulat mengkilap milik Montha yang entah kenapa terlihat layu di matanya atau memang selalu begitu? Tapi baru malam ini Ajun sadari. Ia kemudian tersenyum.

"Emang kapan sih lo gak pernah berhasil temuin gue Montha?"

Montha tidak menjawab, ia malah ikut duduk di ayunan kosong sebelah Ajun. Begitu duduk ia mulai mengayunkan ayunannya sendiri.

"Ini udah terlalu malam Jun, gue udah terlalu capek buat bujuk lo kembali."

"Gue gak pernah minta lo buat bujuk,"

"Tapi nyatanya lo barusan kabur di depan mata gue?"

Ajun mengeratkan pegangannya pada tali ayunannya. Lalu ia menjawab, "Lo gak tau rasanya jadi gue." Menggigit bawah bibir, Ajun menjawabnya dalam keadaan setengah menahan tangis.

Ajun merasa hancur malam ini,

Dan begitu semuanya tak lagi terbendung, Ajun terisak-isak pedih menunjukkan segala-galanya.

Montha yang mendengarnya mengadahkan wajahnya menatap langit malam.

Entah mengapa rasanya Montha tidak merasakan apa-apa.

Hatinya hampa, sehampa harapannya pada kehidupan.

Lalu pemuda bongsor itu tiba-tiba mengambil nafas dalam, kemudian menghembuskanya pelan-pelan.

Sambil mengayunkan ayunannya dengan sedikit lebih kencang dari yang tadi, Montha pun berujar,

"Ajun, gak ada manusia yang sempurna di dunia ini dan kita juga gak akan pernah dengar kisah hidup yang sempurna dan jika pun ada itu semua hanya sisi cangkang yang kita lihat bukan dalamnya. Kita semua cacat Ajun, dalam artian bener-bener gak bisa sesempurna seperti apapun itu. Gue emang gak tau gimana rasanya jadi lo, dan lo pun gak akan pernah tau rasanya jadi gue. Jadi Ajun jangan bilang 'lo gak tau rasanya' karena emang gue gak akan pernah tau karena gue bukan lo karena baik Lo dan gue punya masalah hidup yang berbeda. Tapi disini yang gue bisa bantu adalah buat hibur biar bisa ngalihin rasa sedih lo, emang gak bisa sepenuhnya sih tapi seenggaknya untuk saat ini, Jadi Ajun jangan sedih lagi dan ngerasa sendiri gue ada disini bareng Lo, dan kalo Lo mau kita bisa nonton lagi film the lord of rings kesukaan Lo itu sambil makan pizza dan minum cola. Meski agaknya telat untuk ngerayain tapi gak ada salahnya ikut meramaikan suasana tahun baru, bagaimana mau?"

Jingga Bercerita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang