7 | Biarkan

413 56 4
                                    

Gagan baru saja hendak makan mienya jika saja mienya itu tidak ditarik dan diganti dengan sepiring nasi hangat yang masih mengepul dengan orak arik di sisi piringnya sebagai lauk.

"Jingga!" Gagan menatap Jingga menuntut penjelasan, merasa terganggu sekali dengan tindakan teman sekamarnya yang tiba-tiba menukar makanannya tanpa izin.

Sementara Jingga yang dipanggil begitu tersentak kaget yang tentu saja ia langsung merasa kikuk sendiri.

Jujur saja, setelah mendengar ceritanya dari Lucas Jingga jadi memperhatikan Gagan dan tanpa sadar telah bertindak.

Padahal baru saja, tadi dia berhasil menurunkan rasa malunya untuk ikut Gagan makan bersama di dapur mini asrama saat ini.

Gagan yang sadar akan hal itu menghela nafas, mengusap wajahnya kasar. Dia sadar ia telah kelepasan, maka dari itu ia mengubah raut wajahnya walaupun masih ada kerutan tak suka disana. Gagan mencoba untuk terlihat lebih tenang.

"Jingga, Kamu mau mie saya?" Gagan bertanya dengan nada biasanya.

Jingga menggeleng, menambah kerutan di kening Gagan.

"Ya terus kenapa? Main tukar saja, saya gak pernah bilang mau ditukar.."

"Tadi Montha bilang lo lagi sakit lambung, dia nitip lo ke gue, jadi pas liat lo makan mie. Gue spontan nuker, maaf kalo bikin gak nyaman tapi setau gue orang sakit lambung gak boleh makan mie dulu. Nanti malah nambah reaksi gak baik ke perutnya."

Gagan mendengus, ternyata omongan Montha benar-benar bukan main tadi saat mengantarnya pulang. Montha memberi dia seplastik besar berisi makanan dan bilang kepadanya jika dia punya mata-mata untuk mengawasi Gagan. Dan benar saja ternyata mata-mata itu adalah Jingga, teman sekamarnya sendiri.

Gagan tersenyum masam, Montha sekarang benar-benar tampak seperti orang tuanya bahkan temannya itu sampai menyusahkan orang lain.

Gagan jadi merasa tidak enak sendiri, apalagi tadi ia sudah membentak Jingga.

Dan dengan perasaan setengah hati, Gagan pun menaruh sumpitnya. Mengambil sendok kemudian mulai memakan makanan yang harusnya jadi milik Jingga.

"Maaf karena saya kamu jadi di repotin Montha begini."

"Enggak kok, gak ngerepotin."

Gagan kemudian mendongak setelah berhasil menyuapkan satu sendok nasi beserta sepotong telur, memandang Jingga yang sedang melihat ke arahnya tanpa melakukan apapun, "Gak suka mie?" Tanyanya.

"Maksudnya?"

Gagan tersenyum, "ini mie nya dimakan Jingga, kan lagi tukeran? Atau kamu emang gak suka mienya? Kalo gitu, ini saya bisa kembalikan lagi atau saya-"

"Enggak usah, ini mau dimakan."

Jingga segera menarik Mie yang berada di depannya mendekat,lalu mulai memakannya setelah tadi lebih dulu mengambil sumpit di dekat Gagan.

Gagan agak menarik sudut bibirnya, pemuda blasteran itu tersenyum kecil. Ketika melihat Jingga yang meringis saat menyuapkan suapan mie ke mulutnya.

Dan jelas sekali kelihatan raut tidak suka diwajahnya tapi dipaksakan untuk tetap tersenyum saat matanya bersiboborok dengan Gagan,

Yang tentu saja reaksi itu dianggap maklum oleh Gagan. Sebab siapa pula, yang suka mie dengan rasa wasabi di dalamnya.

******

Diantara sinar bulan yang menyingkap masuk ke dalam kamar melalui jendela lebar yang memang tidak sengaja ditutup gordennya.

Gagan seperti biasa untuk kesekiannya di Minggu ini terbangun, akibat suara mengigau dari seseorang yang kini menempati kasur di sebrangnya.

Jingga Bercerita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang