"Jadi intinya dia udah kagak inget lu lagi, Ra?" Hidayati si pengantin baru tiga bulan yang ngaku lagi hamil tiga Minggu dan sedang ngidam rujak kangkung dadakan Bu Enju dekat perempatan lampu merah tampak sibuk mengaduk rujaknya sambil sesekali melirik temannya yang ia paksa makan rujak kangkung meski ia bilang ingin makan ketoprak Mang Enduy.
Anggukan pelan Rara menjadi jawaban nyata bahwa ada rasa kecewa yang sedang mengusik mantan musuh yang kini menjadi sahabat dekatnya. Sedekat posisi mereka sekarang yang duduk di satu bangku dengan berdempetan sebab di jam makan siang ini tentunya banyak orang yang ingin melepas rasa laparnya.
"Lo masih ngarepin laki entu? Lo tau pan resikonya?" Hidayati menyuapkan rujak kangkung yang nikmatnya tak dapat didustakan.
Dan Hidayati harus sedikit kecewa saat mantan musuh saat SMP nya ini menggedikkann bahunya.
"Es cendol satu bang. Gula merahnya banyakin!"
Rara melotot melihat temannya yang nekat menambah pesanan padahal es teh dihadapan mereka belum diminum satu teguk pun.
"Kenyataan yang pahit sesekali perlu di-es cendolin, Ra. Biar manis" Jawab Hidayati acuh melihat pelototan mata teman makan rujaknya itu.
Tangan gadis itu terus menerus sibuk mengaduk rujak didepannya. Fikirannya tak dapat lepas dari pria yang bernama Ganesha dan setitik rasa kecewanya. Padahal ia telah berusaha melupakan. Sebab tetap tak bisa lupa, maka ia coba melepaskan. Ia ingin berdamai dengan rasa kecewanya. Namun mengapa sugestinya pada otaknya yang ia lakukan sejak semalam masih tak membuahkan hasil? Entahlah....
Akhirnya yang ada fikirannya terus menerus membayangkan dirinya dua belas tahun silam.
"Kakak ganteng banget. Jadi pacarku mau, ya?"
Gadis tinggi bertubuh tambun sedang berhadapan dengan pemuda yang jauh lebih tinggi dengan kaos tanpa lengan khas pemain basket. Entah karena cinta itu buta atau karena memang asli tampan. Mengapa kakak tingkat yang sedang banjir peluh di wajah dan sekujur tubuhnya dengan nafas tak beraturan bisa tampak sangat menarik bagi gadis ABG yang masih kelas tiga SMP itu.
Sekolahan "Sultan" adalah sekolahan elit di kota ini. Sekolahan yang menggelar pembelajaran mulai dari jenjang SD hingga SMA. Lingkungan lembaga yang tidak di sekat membuat para muridnya dapat mengenal satu sama lain. Meskipun tiap jenjang pendidikan memiliki fasilitas sendiri-sendiri, pihak pengelola lembaga ini enggan memberikan sekat pembatas antara jenjang pendidikan. Jadi tak heran jika mereka mudah membaur dan saling mengenal.
Meskipun saling mengenal, di lembaga ini jangan harap dapat melancarkan aksi saling bully maupun tindas menindas. Sistim keamanan dan penjagaan yang ketat khas sekolah elit tak akan memberikan celah bagi siswa untuk membully sesamanya.
"Dalam mimpi elu?"
Jawaban pemuda tampan didepannya ini mengejutkannya. Tampaknya cowok itu belum tau siapa ia sebenarnya.
Dan sorakan para pemain basket yang bermandikan peluh membuatnya semakin yakin untuk menaklukkan pria itu.
"Jangan pernah menyesal kalau kakak nanti akan bertekuk lutut di bawah kakiku. Kakak belum tahu siapa aku" Gadis tambun itu menyeringai sinis dan berlalu dari hadapan pemuda kelas XII SMA yang sedang ia gandrungi itu. Tak sedikitpun ia merasa malu atas kejadian tadi.
Pucuk dicinta ulampun tiba. Jalan menuju cinta gadis tambun itu seolah mendapatkan restu dari semesta.
Sebuah pesta mewah ulang tahun pernikahan orang tua Tiara Kusuma Natanegara digelar di kediamannya di sebuah rumah paling mewah di perumahan 'Sun Flower', perumahan elit yang berharga milyaran tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Mantan) Tunangan (Tamat)
Teen FictionBagaimanakah rasanya bertemu kembali dengan tunangan yang lama tak berjumpa yang kini tak mencintainya ? Akankah pertunangan itu dilanjutkan atau disudahi saja, jika memang tak ada cinta? Namun hari-hari berlalu membuat kenyataan terkuak. Membuat ha...