35. Adat

4.2K 347 51
                                    

Nungguin nggak bestie?

Posisi baca?😆😆

Jangan lupa vomen

Happy reading
Im

...................

"Memangnya harus banget begini, dad? Aku jadi kuatir. Malah tidurku suka nggak nyenyak. Khawatir kena ini." Rara menunjuk sebuah buntalan berisi jarum dan gunting kecil yang diletakkan mama Ganesha dibalik bantalnya. Lalu jari telunjuknya berputar arah menunjuk bawah ranjang mereka. "Itu juga." Ada piring kecil berisi bawang merah, bawang putih dan cabai merah yang ditusuk jadi satu, juga sebuah terasi yang menyumbang aroma yang---.

Sebenarnya terasi itu enak, jika ada di sambel tomat. Tetapi, jika terasi diletakkan dibawah ranjang, maka akan menimbulkan aroma yang---. Semua pasti tahu.

Ganesha yang mengikuti arah jari telunjuk Rara mengernyit bingung. "Semua ini buat apa?"

Benar sekali. Buat apa coba? Mengapa benda berbahaya ada didekat tempat mereka beristirahat. Dan juga bahan makanan yang seharusnya ada didapur mengapa berpindah kesini? Kalau aroma ini malah mengundang tikus datang bagaimana?

Bergegas Ganesha mengemasi benda-benda yang menurutnya aneh dan bukan pada tempatnya.

"Mama yang taruh ini semua?"

Rara mengangguk.

"Apa nggak bahaya?"

Rara mengangkat bahu.

Ganesha menghela napas. "Nanti aku yang bicara sama mama. Kamu istirahat saja. Kamu benar-benar harus banyak istirahat." Ganesha mengusap kepala Rara yang menampakkan rambut hitamnya yang dikuncir kuda. Dia semakin sering kegerahan sekarang.

Sebuah suara menarik perhatian keduanya. Ganesha yang membawa benda yang menurutnya aneh langsung menghentikan langkah. Ia meletakkannya diatas meja rias lalu mendekat pada suara pencari perhatian.

"Anak Daddy sudah bangun? Lapar atau puppy?"

Perlahan. Sangat perlahan. Ganesha mengangkat bayinya dan menggendongnya. Matanya memandang makhluk kecil yang baru berusia lima hari itu dengan cinta bercampur takjub.

Langkahnya perlahan mengayun mendekat pada Rara yang juga tersenyum melihat pemandangan dihadapannya. Ganesha menggendong bayi mereka. Bayi yang ia lahirkan dengan rasa sakit yang luar biasa. Hingga ia harus mendapatkan dua labu darah tambahan sebab pendarahan hebat yang ia alami. Dan juga beberapa jam tak sadarkan diri, yang membuat Ganesha hampir ikutan tak sadarkan diri sebab panik.

"O... o.. o.. anak mommy haus? Sebentar ya."

Rara memasang bantal bulat dipinggangnya. Lalu mengangsurkan tangannya pada sang suami dan menerima bayinya yang Ganesha angsurkan dengan perlahan. Matanya tak lepas memandang bibir mungil yang menangis pelan dengan suara kecil nan merdu.

Tangan kanannya perlahan mengeluarkan sumber makanan bayinya perlahan. Keningnya.mengernyit dan bibirnya mendesis menahan rasa nyeri.

"Sakit banget, ya?" Khawatir Ganesha.

Rara menggeleng sambil giginya menggigit bibir bawahnya dan mendesis kembali.

"Pasti sakit banget. Maaf ya mommy, semoga kesabaran mommy menjadi ladang pahala." Ganesha mengusap punggung Rara perlahan.

"Aamiin." Rara tersenyum. Dan kembali mendesis kala rasa sakit pada puncak payudara yang dihisap kembali muncul.

Ganesha melihat adegan dihadapannya dengan sendu. Dimana bayinya menghisap asi dengan begitu semangat, sedangkan istrinya menahan sakit yang ia yakini terasa sangat sakit sekali.

(Mantan) Tunangan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang