Assalamualaikum...
Masih ada yang bangun?
Aku up nya tengah malem. Nunggu cintaku bobo dulu..😪
Maunya cepet ditamatin, tapi masih banyak yang ingin daku sampaikan pada dikau..😝
Met baca ya readers..
Spam hati boleh banget 💗💙♥️💕
Loveu
Im.......................................🌊
Hembusan angin melembut dan sesekali menghentak. Mengiringi deburan ombak yang menjauh kemudian mendekat. Suara gesekan air, angin, pasir dan karang yang bertubrukan menciptakan irama tak berkesudahan. Seolah suaranya bak kewajiban yang tak boleh usai dari tugas tak pernah usai.
Ombak. Tak lelah kah kau menjauh, lalu menghentak mendekat?
Angin. Tak letih kah kau menghembus dan memutari seluruh penjuru?
Apakah dirimu tak pernah merasa bosan dengan hal yang monoton? Tak pernahkah kau berputus asa? Tak pernahkah kau ingin pergi saja dan menyudahi kebosananmu?Sepasang mata sayu menatap gamang pemandangan alam dihadapannya. Belajar dari keteguhan ombak dan angin. Hingga timbul rasa malu dan rasa bersalah yang mendalam.
Berakal tapi ia sering tak menggunakannya. Berkalbu tapi ia sering mati rasa. Berilmu tapi ternyata lupa jauh lebih berkuasa.
Astaghfirullah...
Gadis berjilbab hijau botol itu memejamkan matanya.
Satu pelajaran di senja ini. Keteguhan.
Meskipun usahanya selalu berbenturan. Meskipun keinginannya selalu berhembus menghilang. Namun angin dan ombak terus berulang melakukan tugasnya tanpa keluh kesah.
Keteguhan. Membuat keangkuhan karang bisa merapuh dan berlubang. Membuat panasnya pantai tak terasa sebab hembusan angin yang terus menerpa. Keteguhan. Ya, keteguhan.
Mata terpejam itu terbuka perlahan. Bertemu dengan sayu cahaya senja yang seolah melambaikan tangan berpamitan hendak kembali ke peraduan. Mengabarkan bahwa semua di dunia ini ada akhirnya. Semua yang berawal akan berakhir. Semua yang datang akan pergi. Dan kepergiannya berjanji akan kembali lagi esok hari. Jadi bersedih atas dunia bukanlah hal yang pantas dilakukan. Sebab hidup harus terus berjalan.
Gadis berjilbab hijau botol itu tersenyum tipis. Dalam hati berterima kasih atas satu pelajaran keteguhan yang ia terima senja ini. Pantai Soge menyaksikan seorang anak Adam mendapatkan pelajaran hidup yang berharga.
Perlahan tubuh ramping tinggi itu berdiri. Hatinya mulai dapat menerima kenyataan pahit yang telah ia alami. Lalu wajah yang semula kusut itu kini kembali berseri dan menengadah kepada langit yang tak biru lagi.
Bukankah aku hanya mencintai-Mu? Lalu mengapa aku masih memendam kecewa pada makhluk-Mu? Bukankah semua yang terjadi padaku adalah kehendak-Mu? Lalu mengapa hatiku berat menerima ketentuan-Mu? Astaghfirullah...
Tak bisakah ia sedikit saja cerdas dan menelaah semuanya lebih awal? Harus berapa tahun lagi kah ia belajar? Ribuan penyesalan selalu datang di akhir cerita. Yang membuatnya ketakutan menjadi salah satu hamba yang kufur akan nikmat-Nya.
Sebutir air bening terjatuh dari pelupuk mata. Rasa sakit ini bukan salah siapa-siapa. Rasa sakitnya adalah salahnya sendiri. Salah hatinya yang masih belum teguh mencintai Sang Pencipta secara utuh. Salah otaknya yang masih berbalut nafsu dan amarah. Sehingga mencari alasan untuk dapat menyalahkan orang lain. Padahal ini salahnya, lemahnya imannya. Dan tipisnya kepercayaannya kepada-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Mantan) Tunangan (Tamat)
Teen FictionBagaimanakah rasanya bertemu kembali dengan tunangan yang lama tak berjumpa yang kini tak mencintainya ? Akankah pertunangan itu dilanjutkan atau disudahi saja, jika memang tak ada cinta? Namun hari-hari berlalu membuat kenyataan terkuak. Membuat ha...