13. Pertemuan Tak Diinginkan

4.5K 410 28
                                    

Wah wah wah...

Antusias kesayangan Rara Ganesha mana neee??😉

Udah pada follow aku belum?😍

Udah pada pencet bintang belum?⭐😘

Yang banyak juga komen nya yes...

Biar rame aja..wkwkwkwk😂😂
(berasa laku ceritanya 🤣🤣)

Support aku terus pakai follow, komentar dan bintang ya...

Seneng aja lihat nofikasi yang rame tiap hari.. 😂😂

Yuuuukkkk lanjuuut..

Loveu💙
Im

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Pertunangan itu sudah putus bertahun-tahun yang lalu, Tiara. Dan kerjasama dua keluarga pun juga telah usai seiring kematian kedua orang tuamu. Jadi tidak ada alasan lagi kamu datang kesini. Apa tadi? Menanyakan peninggalan papi mami? Apa yang telah ditinggalkan orang tua kamu selain nama dan kuburannya? Saat pak Kusuma meninggal perusahaan sedang bangkrut, bahkan kami harus pontang-panting demi bisa membangun perusahaan itu lagi. Dan uang orang tua kamu habis untuk biaya kamu berobat. Jadi masih pantaskah kamu datang dan menanyakan sisa-sisa yang ditinggalkan mereka?

Kalau memang sudah jatuh miskin, ya, miskin saja. Nggak perlu sok-sokan datang menanyakan harta yang sudah lama nggak ada. Buktinya kamu sendiri nggak punya surat maupun sertifikat apapun . Bahkan tanah rumahmu yang kebakaran yang kini telah menjadi milik kami, kamu tak punya sertifikat nya. Apalagi kepemilikan perusahaan. Selain itu, sebenarnya orang tua kamu itu seorang rentenir yang telah mencekik kami dengan bunga hutang yang tinggi. Dan dengan serakahnya mencoba menguasai perusahaan kami. Makanya, mereka diadzab saat di dunia. Dan semuanya habis tak bersisa.

Pulang saja ke kampung. Dan awas. Jangan pernah menginjakkan kaki dirumah kami lagi. Gadis miskin sepertimu tak punya tempat disini, dan tak sebanding dengan golongan sosial kami.

Dan ingat, gadis miskin. Ganesha putraku sekarang telah memiliki kekasih yang layak bersanding dengannya. Dirimu sedari dulu tak pernah ada dalam hatinya. Apalagi ada dalam rencana di masa depannya.

Mulai detik ini, kubur dalam-dalam niatmu untuk bisa merangkak kembali seperti dulu. Pergi dari sini dan jangan berani mengemis kepada kami lagi. Pergi!"

air asin membasahi bantal bermotif batik Mega mendung hijau yang tampak sedikit lusuh. Entah sudah berapa ribu tetes yang menimpa bantal teman Rara menumpahkan segala kepahitan hidupnya.

Sudah hampir dua tahun. Namun entah mengapa kata-kata itu masih saja terasa menusuk hatinya.

Sejak saat itu hatinya berhenti berharap. Sejak saat itu ia merelakan semuanya. Sejak saat itu ia melepas semua harapannya. Dan sejak saat itu ia lebur setitik cintanya untuk Ganesha. Kini ia hanya memiliki satu cinta. Untuk Allah saja.

Meski saat pertama ia bertemu sosok Ganesha, godaan untuk menyemai benih cinta sempat menggodanya. Namun lagi, perkataan perempuan yang dulu pernah sangat baik padanya menyadarkannya bahwa semua telah usai. Dan ia harus melangkah tanpa ada harapan pada pria masa lalunya.

Kini ia hanya bisa tersenyum menertawakan kebodohannya dulu. Saat kesendiriannya di kota Pacitan. Tak jarang ia membayangkan Ganesha datang dengan senyuman dan menjemputnya untuk pulang. Dan hingga belasan tahun barulah ia sadar, pria itu tak pernah datang. Tidak. Tak pernah ingin datang. Bahkan mungkin pria itu bahagia terlepas darinya. Sedari dulu ia pun tak buta. Melihat Ganesha menerima pertunangan mereka dengan terpaksa. Bahkan pria itu tak pernah menunjukkan rasa sukanya pada Rara. Meskipun mereka kerap menghabiskan waktu bersama. Semua itu sebab paksaannya. Bukan kehendak pribadi Ganesha.

(Mantan) Tunangan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang