25. Cemburu

4.4K 381 12
                                    

Assalamualaikum

Aku upbate lagi gaeesss...

Betewe, maaf lahir batin ya..

Tak terasa Rara Ganesha sampai ramadhan. Semoga bisa aku endingin sebelum lebaran. Biar Ganesha nggak dimintai sangu lebaran. Wkwkwk..

Ramaikan vote and coment ya..

Loveu 💙
Im

.......................🔥

"Silahkan menikmati.."

Pramusaji berseragam khas rumah makan Sunda itu meninggalkan meja kotak berkaki pendek khas lesehan setelah menyajikan berbagai macam menu dan minumannya. Seutas senyum Rara terbentuk membalas sapaan ramah wanita pramusaji yang kini telah berlalu.

"Mbak Rara?"

Seorang pria berkulit sawo matang dengan handuk kecil tersampir di leher tersenyum lebar dengan binar mata yang tampak bahagia bercampur tak percaya.

"Kang Rohmat?" Rara terkejut mendapati pria yang bisa dikatakan hampir mustahil ia temui disini.

"Lama tidak jumpa, mbak. Sedang makan siang, to?" Tanya Rohmat ramah dengan bahasa medok khas orang Jawa timur.

"Nggeh, mas. Mari gabung. Kami juga baru mau makan." Rara mempersilakan dengan ramah. Namun tidak dengan mata pria yang sedari tadi menyipit dengan bibir tetap diam setelah sedikit kebingungan. Mengapa sikap gadis yang diajaknya makan siang ini rasanya terlalu ramah, dan senyumnya juga terlalu lebar untuk menyapa seorang dengan pakaian lusuh dan bertopi kusam serta atribut berupa handuk kecil yang kumal tersampir di lehernya. Sangat tidak modis sekali.

Sedangkan dengannya, gadis ini tak pernah seramah ini. Bahkan senyum pun Ganesha tak pernah mendapatkannya. Sialan!

"Ini suamine mbak Rara?" Masih dengan senyum sopan Rohmat menyapa Ganesha ramah.

Ganesha mengernyit bingung. Ia tak paham dengan bahasa pria yang kini tampak menyapanya ramah. Ia malah fokus pada jempol yang ditujukan kepadanya seolah sedang mempersilahkannya.

Rara yang memahami maksud pertanyaan Rohmat terkejut. Spontan ia menggeleng.

"Bukan mas Rohmat. Saya belum menikah. Beliau kakak kelas di sekolah dulu." Jawabnya dengan senyum tipis dan sedikit menunduk.

Apa-apaan ini? Mengapa mata Ganesha menangkap seolah Tiaranya tersipu kepada pria yang sialannya tampak akrab dengan gadisnya?

"Oalah.. tak kira suamine. Lha sudah setahun lebih nggak ketemu. Terus wajahe yo mirip." Tawa Rohmat menguar. Disusul dengan tawa temannya yang ikut duduk bersila disampingnya dan memiliki gaya berpakaian mirip dengannya.

Bahasa apa lagi ini? Hati Ganesha semakin tak suka melihat tawa kedua pria asing yang kini duduk satu meja dengannya. Ekspresi wajah tampannya tak lagi bisa menahan rasa tak sukanya pada pria bau keringat di hadapannya.

"Jangan bingung, mas. Saya ini kerja sama pak kyai tempat mbak Rara mondok dulu. Saya supir yang mengantarkan produk tahu tuna milik Bu nyai. Saya kenal mbak Rara ini sejak dia masih kecil. Saya yang beberapa kali mengantarnya ke puskesmas buat berobat lukanya sebab kebakar dulu. Sampai perbane dilepas. Makanya, saya sama mbak Rara ini agak akrab. Dulu saya manggile nduk, tapi setelah besar saya panggil mbak terus ustadzah. Soale dia ustadzah di pondok dan anak saya murite beliau." Jelas Rohmat panjang lebar. Melihat sorot mata Ganesha yang tajam dan tak menutupi ketidak sukaannya, Rohmat menyimpulkan bahwa pria ini sedang cemburu.

Ganesha hanya mengangguk saja dan mengulas segaris senyum tipis. Panas didadanya sedikit mereda. Tetapi bagaimanapun dirinya tak bisa menerima gadis yang kini sedang bersamanya akrab dengan orang lain entah siapapun dia.

(Mantan) Tunangan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang