24. Kuasa Ganesha

3.7K 362 16
                                    

Assalamualaikum

Rara Ganesha update teman-teman..

Jangan bosan menunggu dan kasih like dan komentar yes ..

Loveu💙
Im
.
.
.
.
.
.
.....................................🗝️

"Maaf ibu, nama saya memang Tiara. Tetapi saya tidak pernah meminta ibu datang kesini." Dengan wajah bingung Tiara menjawab wanita paruh baya bersnelli dengan sopan.

"Memang bukan mbaknya yang meminta. Tetapi bapak Ganesha yang memerintahkan bapak Sam untuk menjemput saya dari rumah sakit. Katanya calon istrinya tidak mau diajak ke rumah sakit sebab takut disuntik. Dan beliau khawatir luka di tangannya semakin parah. Jadi, apakah saya boleh masuk sekarang?" Dokter dengan nametag bertuliskan Sekar itu tersenyum ramah.

"Silahkan masuk, maaf kamar saya sempit dan tidak ada kursi ." Rara menunduk malu. Pasalnya kamarnya benar-benar sempit dan sangat sederhana. Rara memandang dokter berjilbab merah marun yang masih memberikannya sesungging senyum ramah.

Tanpa basa basi sang dokter yang memiliki nama Sekar itu mengeluarkan peralatannya dan dengan isyarat matanya meminta Rara untuk mendekat. Lagi, tanpa banyak bicara luka di tangan Rara telah diobati dan diperban dengan rapih.

"Seharusnya dari awal terluka langsung dibawa ke klinik atau rumah sakit. Jadi lukanya tidak basah seperti ini. Saya sudah membawakan obat dan beberapa perban. Nanti saya ajarkan cara mengganti perban yang benar." Suara lembut dokter Sekar menarik mata Rara untuk memandangnya. Entah sebab kecantikannya ataukah sebab sorot matanya yang teduh yang membuat Rara nyaman beradu pandang. Sesungging senyum Rara terbit mendengar perkataan yang menyejukkannya. Rasanya telah lama sekali tak mendengar perhatian selain dari suara cempreng Hidayati. Tentunya ditambah suara pria itu.

Rara mengangguk dan berjanji pada dirinya sendiri akan menuruti keinginan dokter cantik bersuara lembut ini. Rasanya ingin sekali memeluknya. Rara sangat rindu mami.

"Ada yang ingin ditanyakan?" Sekar kembali bertanya lembut. Melihat psiennya tampak nyaman memandangnya ia berpikir bahwa ada yang ingin Rara sampaikan padanya.

"Boleh minta peluk,
Dok?" Rara mengucapkannya dengan malu-malu. Sekar sedikit terkaget, meskipun kemudian ia langsung menyamarkan kembali raut wajah nya.

Akhirnya, sebuah pelukan hangat Rara dapatkan dari orang asing yang baru saja ia kenal. Wanita cantik berwajah teduh yang entah mengapa membuatnya sangat merindukan sang ibu.

"Mengobati tubuh saat sakit, mengistirahatkan tubuh saat lelah adalah salah satu wujud self love. Dan mencintai diri sendiri adalah salah satu wujud syukur kepada Tuhan. Jangan pernah membiarkan luka sekecil apapun menyiksamu. Sebab dirimu sangat berharga, terlepas dari apapun pandangan dan penilaian orang lain terhadapmu. Mengerti?"

Rara memejamkan mata menikmati usapan dokter yang masih setia memeluknya. Ia mengangguk pelan dan entah mengapa sebutir air mata jatuh begitu saja. Rasanya telah lama sekali ia tak disayangi setulus ini. Tentu saja minus Hidayati yang memang sangat tulus padanya. Sayang Hidayati tak selembut dokter Sekar.

Rara menghela napas bimbang. Sejak tadi jarinya memutar ponsel yang berada diatas meja disamping ranjang sederhananya.

Jemari Rara meraih ponsel. Haruskah ia menelpon pria itu dan berterima kasih? Ah, tidak perlu. Rara kembali meletakkan ponselnya.

Kembali Rara meraih ponselnya. Ataukah ia protes saja? Atau bahkan marah-marah saja sebab pria itu mengirimkan dokter dengan seeknaknya tanpa meminta persetujuan darinya? Ah, tidak mungkin ia marah. Ia bahkan sangat menikmati perhatian serta pelukan dokter Sekar tadi. Bahkan dalam hati ia berterima kasih dipertemukan dengan wanita selembut dan seperhatian itu. Akhirnya jemari Rara kembali meletakkan ponselnya.

(Mantan) Tunangan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang