Haii...
Rara Ganesha update lagi..
Masih ada yang mantengin nggak ya??🧐
Maafkan author yang lamaaaaaa banget nggak apdet ya gaes..
Kesibukan dunia nyataku sangat nyata didepan mata. Sehingga membuat lelah pikiran dan badan. Sehingga imajinasi ku mandek😪
Jangan lupa senggol bintangnya ya gaess... Yang buanyak🤣🤣🤣
Loveu💙
Im-------------🦖
Rara berjalan lunglai menuju kantor Madrasah. Tangannya perlahan membuka resleting tas dan jarinya mulai bergerak meraba mencari sesuatu didalamnya. Suara gemerincing yang berasal dari benda yang diambil dari tas menghiasi rungu gadis yang matanya memancar sayu. Lelah sekali hari ini. Bukan. Bukan sebab berjalan jauh ataupun kegiatan yang menguras tenaga. Tapi memang bertemu dengan pria itu selalu melelahkan.
Saking lelahnya hati dan raganya, sampai terkadang ia bertanya pada dirinya sendiri, bagaimana bisa ia pernah begitu menyukai pria itu? Ahh... Rasanya Rara ingin mencari Doraemon dan meminta alat pengembali waktu dan kembali kemasa lampau dan mangkansel semua perlakuan manis serta hati yang terpaut pada Ganesha Buana. Rasanya rugi sekali waktunya jika ia gunakan untuk menyukai pria itu. Huff. Penyesalan memang selalu datang terlambat.
Keheningan menyambut Rara saat ia jatuhkan tubuh rampingnya yang berbalut gamis merah marun diatas kursi kayu ruang guru. Sekilas ia memindai pakaian yang hari ini ia kenakan. Gamis merah marun berpadu coklat yang tampak sederhana namun elegan. Tetapi tak sesederhana harganya jika telah diberi brand ternama. Ya, tentu saja tak mungkin jika Rara yang membelinya. Harganya yang tak murah dan tak akan terbeli Dengan honor kepala madrasah Diniyah ditambah uang ruko yang ia sewakan sekalipun. Tentu saja pria pendiam yang kini sangat otoriter itu yang membelikannya. Tak cukup hanya satu, masih ada sembilan pasang lainnya yang kini masih berada dalam paper bag di kamarnya.
Apalah daya, ia tak nyaman duduk dan membaca semua tulisan di kantor itu. Ditambah tatapan para pegawai yang belum mengenalnya dan iapun tak mengenalnya. Intinya, Rara tak nyaman berada disana.
Jadi, ia pun setuju dengan tawaran kembali menjadi tunangan pria yang dulu pernah ia gandrungi. Namun entah mengapa rasa bahagia menjadi tunangan pria itu kini tak tersisa. Hanya ada rasa tak nyaman dan merasa tak pantas berada diantara kalangan pria itu. Juga rasa ragu untuk menjajaki hubungan yang lebih jauh, sangat mendominasi pikirannya.
Mungkinkah kehidupan sederhana Rara yang kini akrab dengannya? Ataukah mungkin perkataan mama Ganesha yang membuatnya merasa demikian? Entahlah...
Suara langkah kaki yang sengaja dihentakkan masuk ke rungu gadis yang menyandarkan punggung lelahnya ke kursi kayu bercat coklat itu. Matanya tetap terpejam dan sengaja tak menggubris kedatangan sahabatnya yang ia tau pasti sedang tidak dalam keadaan baik. Terbukti sahabat berpipi tembam itu menarik kursi dihadapannya dengan kasar dan menghembuskan napas lelah.
"Gue tau elu kagak tidur. Buka mata elu, biar gue ngerasa di dunia ini ada yang care ke gue"
Sudah Rara tebak. Sahabatnya sedang butuh mencurahkan hatinya dan kekesalannya. Dengan malas Rara membuka mata dan mendapati Hidayati dengan wajah masamnya.
"Hidayat udah nggak cinta lagi ke gue. Tiap hari dia pulang telat. Dia juga-"
Sudah Rara tebak, cerita dan masalah yang sama. Tentang Hidayat yang kini naik jabatan dari OB menjadi asisten divisi di kantornya, yang bobot kerjanya semakin banyak dan jam kerjanya semakin panjang. Dan itu menjadi kesenangan dan kesengsaraan tersendiri bagi sahabat hamilnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Mantan) Tunangan (Tamat)
Teen FictionBagaimanakah rasanya bertemu kembali dengan tunangan yang lama tak berjumpa yang kini tak mencintainya ? Akankah pertunangan itu dilanjutkan atau disudahi saja, jika memang tak ada cinta? Namun hari-hari berlalu membuat kenyataan terkuak. Membuat ha...