22. Amarah

3.8K 414 44
                                    

Assalamualaikum..📢📢📢

Masih ada yang bangun kah? 🧐

Atau hanya author saja yang bangun demi para reader? 😂

Jangan lupa vote dan komen ya gaes..

Happy reading..

Loveu💙
Im

----------🐌

Dua piring penuh dengan nasi dan lauknya telah siap. Gelas berisi air putih hangat pun telah tersedia disampingnya. Tak lupa sekotak aneka buah potong yang menjadi pelengkap makan siang ini. Rara memindai semua hidangan yang tersedia diatas meja. Memastikan tidak ada yang kurang satupun. Atau pria yang berstatus tunangannya akan merengek dan semakin merepotkannya.

Hari ini ia tak ikut shalat duhur. Jadwal rutin bulanannya mengistirahatkan ibadahnya siang ini. Jika biasanya hal itu membuatnya tak nyaman, sebab badan pegal dan tak bersemangat murajaah Alquran, maka entah kini ia senang sekali mendapati tamu bulanannya.

Ia tak nyaman, shalat duhur berjamaah berdua dengan Ganesha sangat membuatnya tak nyaman. Bukan sebab ia meragukan kemampuan pria itu mengimaminya. Sungguh, ia tau bahwa bacaan shalat pria itu telah benar, bahkan bacaan Alquran nya pun telah benar. Tak hanya itu, Ganesha bahkan telah menghafal banyak surah pendek. Ia tau itu dari haji Bahri yang rutin menceritakan perkembangan Ganesha yang belajar privat kepadanya. Meskipun sebenarnya ia tak pernah bertanya.

Hanya saja, berada seruangan bersama pria bukan mahram, bahkan shalat berjamaah layaknya sepasang suami-istri, itulah sumber ketidak nyamanannya.

Rara merasa hal itu terlalu intim, dan ia merasa belum saatnya. Mungkin nanti, saat ia dan Ganesha menikah. Oh, apa tadi? Menikah? Ada debaran kecil muncul tiba-tiba didadanya saat bayangan pernikahan dengan Ganesha muncul.

Tidak tidak. Ini masih terlalu cepat memikirkan pernikahan. Restu dan izin saja belum ada. Bahkan wali nikah Rara, yaitu satu-satunya pamannya yang kini entah kemana masih belum dicari. Jangankan hal itu, Rara pun masih meragukan keseriusan pria yang telah memaksanya bertunangan kembali.

Bagi Rara, Ganesha sangatlah sempurna. Sedangkan ia kini hanyalah- . Ah, biarlah waktu yang menjawab. Yang pasti, Rara hanya ingin menilai dulu keseriusan pria itu, dan akan menyerahkan semua kepada Allah semata. Jika memang Ganesha jodohnya, maka ia akan berusaha menjadi jodoh terbaiknya. Namun jika pria itu bukanlah jodohnya, maka ia akan berdamai dengan takdir dan hidup dengan baik, serta berusaha mencari jodoh terbaik. Tapi, mengapa ada sedikit perih saat ia membayangkan pria yang sedang shalat di privat roomnya itu bukan jodohnya? Apakah hati Rara telah mengambil keputusan?

BRAAAKKK

Rara tersadar dari lamunannya, dan cukup terkejut melihat makanan yang tadi ia tata diatas meja berhamburan. Bahkan gelas dan piring keramik kini sudah pecah tak berbentuk.

Perlahan ia mengangkat wajah terkejutnya ke arah sosok tubuh pergaun rapih dengan tas seharga miliaran tergantung manis di lengannya. Matanya melebar saat mengetahui si pemilik gaun hijau pastel dengan tatanan rambut tergelung indah dan make up minimalis dihadapannya.

"Tante...." Lirih Rara dengan bibir bergetar.

Wanita yang dipanggil Tante itu semakin geram dan merasa tak terima jika gadis miskin yang kini tampak ketakutan dihadapannya memanggilnya dengan panggilan yang menurutnya sok akrab.

"Tak cukup kah satu peringatan untukmu? Haruskah saya ulangi lagi, gadis miskin? JAUHI GANESHA PUTRAKU" Kartika menekankan kata-katanya dengan mimik wajah penuh amarah. Ingin rasanya ia melemparkan tasnya yang terasa berat di lengannya ke arah wajah gadis yang menurutnya tak tau diri itu.

(Mantan) Tunangan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang