Ada yang nungguin nggak?
Bilang apa kalau aku update?😊
Sama-sama 😘
Rara
Aku membuka mata dengan degup jantung sangat tak beraturan. Tangis bayiku sangat kencang diwaktu yang telah menunjukkan tengah malam. Mengagetkanku yang baru terlelap tak sampai dua jam. Terakhir dia menyusu sekitar pukul sepuluh, dengan segenap kantuk yang harus kutahan.
Segera aku bergerak dan meraihnya dalam dekapanku. Dan langsung menyiapkan apa yang ia mau. Asi. Dia pasti lapar.
Berat sekali rasanya. Tak memiliki jam tidur yang baik dan cukup. Membuat rasa badanku selalu pegal, dan moodku sangat buruk. Tapi aku tak berani meluapkannya. Sebab memang bukan salah siapa-siapa. Sudah menjadi garis seorang wanita yang baru melahirkan harus merasakan sakit sekujur badan dan tak memiliki jam tidur yang cukup.
Setelah kupikirkan lagi, mungkin inilah mengapa Allah Swt meliburkan wanita nifas dari ibadah shalat dan puasa. Dengan tidak dibebani kewajiban shalat lima waktu dan puasa agar bisa lebih banyak istirahat. Lagi-lagi aku harus banyak beristighfar, segini aku masih saja mengeluh. Padahal keringanan yang diberikan sudah banyak sekali. Astaghfirullahal'adzim...
Kulihat bayiku yang tengah lahap menyusu. Aku usap rambut dan keningnya, berharap dia akan tidur lelap dan aku bisa kembali tidur. Jujur, kepalaku suka pusing akhir-akhir ini. Kata dokter itu wajar, sebab aku tak pernah tidur panjang. Waktu tidur terpanjang mungkin hanya dua jam. Itupun jarang. Lalu baby Han akan menjerit dan menangis kelaparan atau hal lain yang membuatnya tidak nyaman.
Seperti sekarang ini, bukannya tertidur sambil menyusu dia malah membuka matanya dan melihat sekelilingnya. Alamat begadang.. T.T
Kulirik sampingku. Ada suamiku yang tengah mendengkur halus. Tampak lelah sekali, hingga aku tak pernah tega membangunkannya. Meskipun dia selalu bilang "Kalau Han bangun, aku temani. Biar kita gantian gendongnya." Tapi aku nggak mungkin tega.
Jam kerjanya benar-benar padat. Belum lagi kalau keluar kota atau bahkan keluar negeri. Meskipun dia mengkansel semua jadwal keluar negeri sebab kondisiku yang belum sehat. Dan itu sempat diperdebatkan oleh mertuaku. Sebab bisnisnya memang sudah sebesar itu. Dan bisnis besar membutuhkan komitmen yang besar juga. Dan sikapnya yang demikian dinilai tidak profesional. Meskipun demikian, diam-diam aku merasa sangat terharu dan sangat dicintai olehnya. Cinta yang aku tak tau entah bagaimana cara tumbuhnya.
Sebenarnya aku masih ingat. Belasan tahun lalu. Saat aku masih anak SMP dan masih menjadi ABG banyak tingkah. Aku sangat mencintainya. Meskipun kalau kembali ku telaah cinta itu hanyalah cinta monyet saja. Didukung sifat egois dan manjaku dan orang tua yang selalu memanjakanku maka aku berhasil memaksanya bertunangan mengikuti cerita-cerita di novel yang sering aku baca.
Sebuah hubungan yang sebenarnya aku belum sepenuhnya tau maknanya yang sangat dalam. Dan pertunangan kami dulu jauh dari konsep khitbah yang sebenarnya.
Aku dan dia bertunangan sebab keegoisanku dan juga hubungan bisnis keluarga. Meskipun aku baru tau bahwa ada yang merasa tertindas dan terdzolimi dalam kerjasama bisnis tersebut. Makanya aku tak pernah berani ikut campur dalam bisnis itu hingga sekarang. Dan meskipun Ganesha malah menyerahkan sebagian besar kepemilikan saham kepadaku, sebab katanya memang hakku. Entahlah.. Hingga kini, tak sekalipun kartu platinum yang berisi keuntungan perusahaan aku pergunakan. Bahkan, kartu debit berisi uang belanja sehari-hari pun hanya kugunakan sekedarnya. Aku terbiasa hidup sederhana selama di Pacitan. Gaya hidup hedonis telah lama lirih dari diriku. Dan aku sangat mensyukuri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Mantan) Tunangan (Tamat)
Roman pour AdolescentsBagaimanakah rasanya bertemu kembali dengan tunangan yang lama tak berjumpa yang kini tak mencintainya ? Akankah pertunangan itu dilanjutkan atau disudahi saja, jika memang tak ada cinta? Namun hari-hari berlalu membuat kenyataan terkuak. Membuat ha...