"Jadi ibu-ibu, maksud dari hadits tersebut adalah, bahwasanya umur umat Nabi Muhammad Saw memanglah tidak sepanjang nabi-nabi sebelumnya. Namun, amalan yang dimiliki umat nabi Muhammad Saw bisa sebanding dengan umat nabi sebelumnya. Sebab, meskipun kita telah meninggal, kita masih dapat menimba pahala, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: Jika seorang anak Adam mati, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara. Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya. Jadi, meskipun kita sudah meninggal, ketiga perkara itu akan terus mengalirkan pahala untuk kita. Demikian penjelasannya. "
Rara menutup buku haditsnya dengan senyum sendu terukir. Setiap mengingat tiga perkara ini, hatinya tak henti merasa pilu. Papi maminya telah meninggal, dan mungkin satu-satunya tabungan orang tuanya hanyalah dia.
Sesi bertanya setelah mengaji malam ini telah usai. Rara mengambil Alquran satu persatu dari murid sepuhnya dan akan menyimpannya di rak khusus Alquran yang menempel di dinding dan tiang masjid. Rak untuk Alquran didisain menari tidak di satu tempat, agar memudahkan jamaah mengambilnya.
"Nak, Tiara. Malam Minggu nanti yang ceramah siapa? Oma dengar kyai Ustuchori dari pesantren As-Salam yang agak lucu itu?" Oma Sukma menyusul Rara yang sedang menata beberapa buku iqro yang tidak rapih.
"Iya, Oma. Jadwal kajian Sabtu malam Ahad yang baru sudah ditempel mang Ahmad di etalase. Dan iya benar. Pekan ini pengisi tausiyahnya Kyai Haji Ustuchori. Beliau memang memiliki seleranya humor yang bagus. Beliau dapat menyampaikan dakwah dengan bahasa ringan bahkan terkadang lucu. Padahal maknanya sangat dalam." Rara tersenyum lebar.
Ia sangat bersemangat kala mengingat pengisi tausiyah pekan ini merupakan favorit hampir semua jamaah. Sudah dipastikan tak akan ada yang mengantuk, bahkan tak jarang jamaah meminta ceramahnya diperpanjang.
"Oiya, nak Rara. Mengenai cucu Oma yang duda itu. Insyaallah malam Minggu ini dia Oma ajak ikut mendengarkan tausiyah disini. Nanti mau, ya kenalan?"
Sudah Rara duga. Oma Sukma mendekatinya tentu bukan sebab menanyakan jadwal pengisi tausiyah yang sudah jelas ditempel di papan etalase masjid. Wanita sepuh yang masih tampak sangat cantik ini pasti memiliki hal penting untuk disampaikan.
Hati Rara gundah, jawaban apa yang sekiranya harus ia ucapkan. Sungguh. Mencari jodoh untuk sekarang belum masuk dalam daftar list to do Rara. Namun bagaimana caranya menjawab tawaran perempuan sepuh yang telah dekat setahun belakangan ini dengannya dengan tanpa menyinggung dan menyakiti?
"Rara malu Oma. Rara hanya anak yatim piatu dan hidup sangat sederhana. Lebih baik Oma ceritakan dulu perihal Rara dulu. Agar menjadi bahan pertimbangan beliau sebelum berkenalan." Sesungging senyum tipis Rara berikan diantara hati yang berdebar. Ia sangat takut menyinggung perasaan wanita bermukena ungu muda dihadapannya ini.
"Sudah Oma ceritakan, nak Rara. Hanya kenalan saja. Nggak papa ya?" Wanita sepuh itu terus mempersuasi gadis didepannya yang terus tersenyum lembut. Sukma bukan perempuan yang kolot. Baginya gadis penghafal Alquran dihadapannya ini sudah sangat sempurna meskipun ia hanya sebatang kara didunia ini. Justru itulah yang memicunya ingin menjadikannya cucu mantu.
"Baiklah. Tapi saya tidak keberatan jika Oma menceritakan sedikit perihal saya dan bentuk fisik saya yang banyak kekurangan. Agar menjadi pertimbangan beliau."
Ya. Mungkin inilah yang terbaik. Membuka kesempatan sekaligus tak menutupi kekurangan yang ia miliki. Dari wajahnya pun semua orang dapat melihat ketidak sempurnaannya. Wajah dengan luka bakar di pelipis kanan hingga kelopak matanya. Luka bakar yang menyisakan luka permanen di kulitnya yang kini berubah menjadi bergelombang, keriput dan sedikit kehitaman.
Sebenarnya tak hanya wajahnya. Hampir seluruh punggungnya bernasib sama. Hanya saja semuanya tertutup pakaian yang mungkin kini hanya ia, Hidayati dan Bu nyai pesantren yang tau. Ia memang tak menceritakan perihal luka bakar di punggungnya, namun kelak jika ada pria yang serius padanya, ia akan menceritakan dengan jujur sebelum sang pria menikahinya. Ia tak akan berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Mantan) Tunangan (Tamat)
Teen FictionBagaimanakah rasanya bertemu kembali dengan tunangan yang lama tak berjumpa yang kini tak mencintainya ? Akankah pertunangan itu dilanjutkan atau disudahi saja, jika memang tak ada cinta? Namun hari-hari berlalu membuat kenyataan terkuak. Membuat ha...