Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.
Warning : Typo bertebaran !
Check this out !
.
.
.
Doyoung melihat buket bunga dengan berbagai macam warna diletakkan tepat di depannya. Tidak sampai menggeser cangkir kopi yang sudah tidak mengepul asapnya. Pemuda di depannya tersenyum sambil menarik kursi di hadapannya, kemudian pemuda itu duduk.
"Buket yang cantik kan?" sahutnya memulai pembicaraan.
Doyoung menelan ludah. "Kau tidak perlu melakukan ini," kata Doyoung ragu. Ia takut salah bicara.
"Tidak ada yang salah Doyoung Hyung," balasnya sembari tersenyum.
Doyoung terdiam, tidak sanggup membalas. Jika ada yang salah itu adalah masa lalu yang sebenarnya tidak ingin Doyoung ingat. Namun ia tetap mengingatnya hingga hari ini. Ingatan saat ia masih bersama pemuda ini kemudian berpisah karena kesalah pahaman. Pemuda di depannya yang tersenyum tegar menatapnya, Jung Jaehyun.
"Tidak ada yang harus kau selali Hyung. Jika ada yang harus menyesal itu aku karena melepaskanmu saat itu. Perasaanku perlahan menjadi obsesi yang kompleks. Namun melihatmu membuatku sadar, ada sesuatu di atas segalanya selain memilikimu di sisiku."
"Apa?"
Jaehyun tersenyum, senyum yang dulu selalu meluluhkan hati Doyoung. Mungkin hingga saat ini.
"Kebahagiaanmu."
Doyoung mengatupkan bibirnya rapat tidak sanggup membalas. Jaehyun benar, Doyoung sudah sampai pada tahap ini. Ia sudah merasa bahagia. Tapi kenapa ia merasa seperti ini ketika melihat Jaehyun yang terluka.
"Aku menyerah."
Hati Doyoung seperti ditusuk, itu menyakitkan. Kemudian apa yang bisa ia lakukan sekarang? Ia hanya bisa diam mendengarkan.
"Setelah bertemu dengan gadis itu, aku merubah sudut pandangku. Kau memang pantas bahagia dengannya. Dia gadis yang periang dan akan selalu membuatmu tersenyum dan tertawa. Mungkin kalian akan mendapatkan kehidupan yang sangat sempurna. Dia bahkan meninjuku di perut karena tidak terima dulu aku menyakitimu."
"Maaf," bisik Doyoung refleks.
"Tidak apa, aku pantas mendapatkannya. Lagipula aku juga sesang menjalani karmaku."
Bukan, itu bukan yang Doyoung maksud. Senyun tegar Jaehyun yang merasa sakit. Itu bukan karena luka masa lalu, tapi luka hati baru yang entah kapan akan sembuh. Meski itu karma tapi Doyoung tahu, ia adalah penyebabnya.
"Itu Anemone, warnanya memang beragam. Sangat cantik kan?" kata Jaehyun mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya sangat cantik," kata Doyoung menyentuh beberapa kelopaknya.
"Aku sengaja tidak memberikannya yang memiliki akar. Karena jika itu berakar, aku akan meninggalkan sesuatu. Aku tidak ingin menjadi duri di kehidupanmu meski hanya berupa tanaman yang hidup."
Doyoung terperangah, "Kenapa?"
"Artinya tidak begitu bagus meski bungnya tumbuh sangat cantik."
"Memang apa?"
"Krisan punya arti yang baik namun ia adalah lambang pemakaman dari seseorang. Orang-orang meletakkan krisan putih berharap orang yang meninggal bisa disucikan kembali dari semua dosanya. Sama dengan Anemone yang aku berikan meski konteksnya berbeda."
Doyoung menunggu.
"Artinya adalah meninggalkan atau kehilangan harapan."
Hati Doyoung kembali terasa diremas.
"Aku berhenti berharap untuk ada di sampingmu, menemani hari-harimu. Itu tidak akan terjadi jika kau memiliki seseorang sesempurna gadis itu. Aku tidak akan ada harapan setelah masa lalu yang menyakitkan. Tapi aku bersyukur, aku bisa melihat malaikat sebaik dirimu."
Jaehyun kembali tersenyum sebekum menggenggam tangan Doyoung yang asa di atas meja. "Berbahagialah," bisik Jaehyun tulus. Setelahnya genggaman itu ia lepas. "Aku tidak akan datang ke pernikahanmu Hyung. Aku harus terbang ke London untuk mempersiapkan ujiam Professorku. Aku juga tidak akan menemuimu lagi. Anggaplah aku orang asing jika kita tidak sengaja bertemu," lanjut Jaehyun lagi.
Setelahnya Doyoung ditinggalkan lagi hanya dengan sebuket bunga anemone dan secangkir kopi yang mendingin.
.
.
.
Doyoung tersenyum lebar di pernikahannya. Istrinya menggandengnya erat, menunjukkan bahwa Doyoung memiliki tanggung jawab baru. Tahap kehidupannya yang baru.
Ia tidak berharap, sama seperti sebuket anemone pemberian Jaehyun. Ia sudah kehilangan harapan untuk melihat Jaehyun sekali lagi. Setidaknya ia ingin melihat senyum itu terakhir kali sebelum pertemuan benar-benar menjadi yang terakhir.
Johnny teman lamanya mengucapkan selamat dengan suka cita. Sedikir mengobrol tentang masa lalu dan tidak menyangka bahwa Doyoung akan melepas masa lajangnya. Percakapan itu terhenti ketika ponsel Johnny berdering.
"Ya?"
"..."
"Bukan aku temannya, aku tidak tahu jika Jaehyun memberikan nomor ponselku sebagai kerabat yang bisq dihubungi. Memang ada apa?"
"..."
"Jatuh?"
"..."
"Pesawatnya jatuh di laut?"
Mata bulat Doyoung melebar mendengarnya.
.
.
.
End
Lama gak update book ini ya ^^
Sepertinya sedang terjangkit angst
See you soon^^
![](https://img.wattpad.com/cover/126300110-288-k735053.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RandomPlay (JaeDo)
FanficIt's a little story from me which special dedicated to lovely couple JaeDo ! Special for JaeDo Shipper who love this couple so much. For JaehyunBear For DoyoungBunny For JaeDo Shipper This story from bearbunny_Jung