#Reason

1.3K 188 14
                                        

Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.

Warning : Typo bertebaran !

Check this out !

.

.

.

"Kenapa kau kelihatan gelisah?"

Pertanyaan Doyoung membuat Jaehyun menghela nafas. Keduanya sedang berjalan-jalan di sekitar istana untuk membuat Jaehyun sedikit bersantai sebelum pernikahannya, pernikahan mereka berdua. Jaehyun hanya tidak tahu ia ingin bertanya sesuatu yang mungkin akan menyinggung Doyoung. Tapi Jaehyun cukup penasaran dengan hal itu.

Alasan Doyoung mau menikah dengannya.

Tidak, bukan Jaehyun tidak percaya kepada pemuda yang menjadi temannya di hampir sepanjang usianya. Doyoung terlalu luar biasa untuk Jaehyun yang seorang Raja. Sedari awal Jaehyun hanya ingin mengungkapkan perasaannya saja, tidak pernah sekali pun Jaehyun mengharapkan hal seperti ini. Ia tidak pernah membayangkan akan benar-benar menikahi pemuda manis itu, semuanya hanya angan dan fantasi Jaehyun yang tidak diharapkan untuk terjadi.

Pernikahan adalah jebakan yang menyebakan dua orang akan tinggal bersama untuk selamanya.

Jaehyun tidak menemukan alasan Doyoung melakukannya. Terjebak bersama Jaehyun sampai akhir hidup meraka. Salah satu hal yang tidak mingkin dilakukan oleh Doyoung setidaknya dipikiran rumit Jaehyun. Keluarga Doyoung juga bukan orang yang memaksakan perjodohan demi kekuasaan. Mereka meraih kejayaannya dengan jalan mereka sendiri.

"Untuk apa kau melakukan semua ini?" tanya Jaehyun akhirnya.

Doyoung mengerjap, "Apa? Mengajak Yang Mulia keluar?  Tentu saja membuat Yang Mulia santai karena terlalu banyak dokumen yang Yang Mulia urus sejak usia 19 tahun. Bersantai sedikit bukan dosa besar."

Jaehyun menggeleng, "Bukan itu."

"Lalu?"

"Alasanmu. Kenapa akhirnya memutuskkan untuk menikah denganku? Kau tahu, kau tidak harus melakukan ini. Tinggal di Istana sama saja dengan kekangan Doyoung. Apapun itu, aku tidak ingin merenggut kebebasan dan kebahagiaanmu." Jaehyun akhirnya mengatakan apa yang ada di dalam kepalanya.

Doyoung menatapnya.

Jaehyun tersenyum, "Masih ada waktu sebelum pernikahan Doyoung-ah. Jika kau mau pergi sekarang itu tidak apa-apa. Aku tidak ingin kau tersiksa karena menikahi orang yang tidak kau cintai."

"Yang Mulia, aku tidak tahu kenapa emosi Yang Mulia bisa sekompleks ini."

Jaehyun tersenyum kembali, "Mungkin itu kelebihanku."

"Yang Mulia, boleh aku bertanya?" tanya Doyoung.

Jaehyun mengangguk sebagai respon.

"Kapan Yang Mulia merasa paling bahagia?" tanya Doyoung.

Jaehyun berpikir sejenak, ada banyak hal yang membuatnya bahagia. Hal kecil seperti memiliki adik dan bermain dengannya. Ketika ia bisa menuntaskan satu pelajaran dengan cepat. Ketika ia bertemu Winwin pertama kalo dan mereka menjadi teman. Kemudian matanya jatuh kepada Doyoung yang menanti jawabannya. Hidupnya tidak pernah benar-benar bahagia karena beban berat yang ada di pundaknya, ia tidak pernah benar-benar beristirahat. Namun ada satu hal yang bisa membuatnya sangat bahagia, hanya ketika ia bisa melihat sepasang mata bulat itu menatapnya, mendengar merdu tawanya. Doyoung adalah pusat kebahagiaannya, ketika ia bisa merasakan cinta dan rumah untuk pulang.

"Kau."

Doyoung mengerjap.

Jaehyun mengangkat satu tangannya untuk meraih sisi wajah Doyoung. "Saat kau merasa bahagia."

Doyoung meraih tangan Jaehyun di sisi wajahnya lalu menatap Jaehyun yakin. "Kalau begitu aku tidak punya alasan untuk pergi."

.

.

.

"Yang Mulia besok menikah kenapa masih terbangun larut malam begini?"

Winwin meletakkan secangkir kopi di depan Jaehyun yang masih sibuk memandang bintang di langit. Untung saja sang Raja tidak keluar dari kediamannya untuk memandang langit malam hanya karena melihat bintang. Padahal besok adalah hari penting untuknya.

"Mencari alasan?"

Winwin mengerjap dengan nada ragu di suara itu, dia hanya tersenyum kecil. "Yang Mulia tidak akan lari dari pernikahan kan?"

"Ini buka cerita novel Winwin!"

"Bagus, jadi Yang Mulia hanya perlu menikah besok dan semuanya selesai. Tidak perlu ada yang Yang Mulia khawatirkan."

Jaehyun menghela nafas.

Winwin tahu apa yang ada di dalam kepala pemuda itu. Semuanya pasti terasa seperti roller coaster yang tidak bisa dilihat oleh mata. Terjadi begitu cepat bahkan untuk ditangkap oleh kepala si jenius. Jika Jaehyun mengkhawatirkan sesuatu maka yang dikhawatirkan adalah calon Ratunya.

"Yang Mulia hanya perlu melakukan hal yang benar. Soal Doyoung Hyung, kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Dia memang selalu melakukan apa yang ingin dia lakukan. Dia orang paling keras kepala yang pernah aku kenal, namun juga paling perhitungan. Dia pasti sudah memikirkannya baik-baik."

Jaehyun mengangguk.

"Yang Mulia, Anda adalah orang yang mencintainya dengan tulus namun juga egois."

Jaehyun tersenyum.

"Yang Mulia, anda tidak pernah benar-benar bahagia. Jadi untuk sekali ini berbahagialah, Anda juga manusia yang berhak bahagia."

Winwin tersenyum ketika Jaehyun menatapnya bertanya.

"Mungkin Tuhan sedang ingin membuat Yang Mulia bahagia melalui dia. Apapun alasannya, Anda harus berbahagia."

Jaehyun tersenyum, "Ya, apapun alasannya."

.

.

.

End

Karena nanti ada momen JaeDo tipis2 jadi aku bikin sequel #Untitled.

Aku lagi punya banyak ide buat ff JaeDo apa aku harus launching ff-nya.

Soulmate Au sama Warewolf Au. Tapi aku masih ragu mau aku rilis apa engga. Hehe.

See You Soon^^

RandomPlay (JaeDo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang