"Apa kamu merasakan apa yang hatiku rasakan ? "
•••Hari senin kembali datang. Seperti rutinitas biasa, setiap Senin selalu di adakan kegiatan upacara bendera, dan kali ini bagian kelas XII IPA 1 yang menjadi petugas upacara.
Indri sudah bersiap dengan mic nya karna dia bertugas sebagai protokol, sedangkan Aksa merapikan seragamnya karna dia di tugaskan menjadi pemimpin upacara, sedangkan bagian-bagian lainnya di ambil alih teman sekelas mereka juga.
Gadis itu hampir saja terlambat, lima menit lagi upacara segera di mulai, untung gerbang sekolah belum di tutup. Dia segera menaruh tas di kelasnya dan buru-buru berlari ke lapangan, dia mencari barisan kelasnya.
"Lea!" Zalea menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Ada Nanda disana yang melambaikan tangan menyuruhnya segera bergabung ke barisan kelas mereka.
Lea lalu menghampiri barisan dimana ada Tari dan Nanda disana. Dia hendak berbaris di belakang tapi Nanda mencegahnya. "Eh mau kemana lo? sini di depan gua." Suruhnya.
"Lah? kan lo--" Nanda menarik tangannya, menyuruhnya berdiri paling depan sedangkan Nanda dan Tari berdiri dibelakangnya.
"Lo hampir telat, enak banget mau baris paling belakang, sini di depan." titah Nanda.
Mau tidak mau Lea berdiri di barisan paling depan, dia melihat Indri berdiri di depan sebagai petugas upacara, dia baru sadar sekarang kelas XII IPA 1 yang menjadi petugas itu berarti pemimpin upacaranya---
"Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara." intruksi protokol itu seketika membuat jantung lea berdetak lebih cepat.
Aksa pemimpin upacaranya.
Dia gak mungkin berhenti di depan gua kan ?
Mampus gua kalo dia berhenti di depan gua.
Gadis itu terus bermonolog di dalam hati. posisi barisannya pas sekali di depan tiang bendera, dimana nanti pemimpin upacara pasti berdiri tepat disitu.
Aksa melangkahkan kakinya memasuki lapangan upacara, begitu gagah dan sangat tampan, bahkan Lea bisa mendengar anak perempuan lain berbisik memujinya saat pria itu masuk ke area lapangan.
"Jangan berhenti di depan gua plis.. Jangan..." Batin Zalea.
Aksa menghentikan langkahnya, tepat di depan Zalea. Mereka saling berhadapan sekarang, Aksa menghadapkan wajahnya pada Lea dengan wajah datar dan posisi berdiri yang tegap sebagai seorang pemimpin upacara. Sementara gadis itu, jangan di tanya, kakinya seolah ingin berubah menjadi agar-agar, alias dia ingin jatuh duduk sekarang juga.
Jantungnya berdebar, dia ingin menunduk tapi itu akan sangat menunjukan bahwa dia salah tingkah di depan Aksa, sudah cukup harga dirinya jatuh di depan cowo ini. Lea menegakan kepalanya, tapi matanya tidak berani menatap Aksa, dia melihat ke arah lain.
"Cie, tatap-tatapan." Nanda berbisik meledeknya. "Tatap sepuasnya, kapan lagi kaya begini?" Rasanya Zalea ingin meninju sahabatnya yang satu ini sekarang juga, tidak tahu apa jantungnya sedang tidak baik-baik saja.
Tapi, Zalea berfikir sejenak, sepertinya memang dia harus memanfaatkan moment ini. Mungkin ini gila dan sangat memalukan.
Dengan segala keberanian Lea menatap balik aksa. Mata mereka bertemu saat ini, waktu seolah berhenti beberapa menit sampai akhirnya petugas protokol kembali memberi intruksi.
"Pembina upacara memasuki lapangan upacara." Sontak Aksa langsung membalikan badannya untuk menghadap depan ke arah pembina.
Rasanya masih sangat berdebar, tapi lea bahagia, dia tidak pernah berbuat senekat ini yang biasanya menatap diam-diam Lea justru dengan berani beradu tatap dengan Aksa. Setelah kejadian barusan Lea termenung. Jantungnya masih begitu berdebar, bahkan dia bahagia. Apakah Aksa juga merasa begitu ? atau biasa saja ?
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALEA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT di AE Publishing Gresik OPEN PO AKSALEA 1 september - 15 september untuk PO hubungi No wa : 085843761993] Bagaimana jika dalam suatu hubungan hanya satu orang yang berjuang sejak awal ? hanya satu orang yang berusaha mempertahankan...