"Jangan terlalu berharap banyak pada manusia, karna pada dasarnya sikap manusia berubah-ubah, suatu ketika kau penting, sesaat kemudian jadi tidak berharga di matanya"
•••Jam kedua di kelas XII IPS 3 kosong di karenakan bagian guru yang mengajar sakit. Tapi kepala sekolah memberi tugas untuk membersihkan kelas agar murid-murid kelas ajaib ini tidak membuat kebisingan seperti yang lalu-lalu.
Nanda yang sejak tadi sibuk membersihkan debu di sela-sela jendela kelas, bersin-bersin lalu menggosok hidungnya. Dia melirik siswa yang sejak tadi hanya bernyanyi-nyanyi sambil duduk dibangku guru lantas memicing, siap mengomel. "HEH KURNIA! NYANYI MULO KEK SAIPUL JAMIL!" Bentaknya.
Kurnia yang sedang asyik menghayati lirik lagu lantas terpranjat kaget. "Ngape, sih, Nda? sensi banget lo kalo gue lagi nyanyi. Nanti kalau gue udah seterkenal tulus, denger suara gue udah pakai duit. Jadi mumpung sekarang masih gratis ya, lo puas-puasin aja dengerin." Sautnya banyak alasan.
Nanda mengacungkan kemoceng warna-warni di tangannya. "PIKET! MEJA, NIH, BERBEDU KEK MUKA LO!" Ucapnya galak.
Cowo itu berdecak lalu melirik sinis pada Nanda. "Bisa banget ngatain orang."
"Buruan piket! Jangan sampai ini kemoceng yang tadinya buat bersihin debu, jadi beralih fungsi buat mukul kepala lo, ya." Ancam Nanda dengan wajah tidak main-main.
Saat melihat Nanda hendak menghampirinya dengan kemoceng yang teracung, Kurnia langsung buru-buru bangkit dari posisinya sambil berdecak sebal. "Iya, sabar ngapa sabar!" Ucapnya dengan wajah kesal lalu mengambil sapu yang nganggur dibelakang pintu kelas. "Pantes jomblo, nyonyol mulu mulutnya." Ejeknya lagi.
Nanda hendak membalas namun Tari lebih dulu mencegahnya. "Udah biarin aja. Kita ke kantin duluan aja. Udah masuk jam istirahat nih, kan dari tadi kita yang piket, biarin aja yang cowo yang lanjut." Ucapnya.
Nanda mengangguk setuju. "Ayo deh! Eh, gantian ya piketnya. Awas kalo sampe gue balik ini kelas belum juga selesai bersih-bersih nya, gua aduin pak zaenal." Ancam Nanda pada murid laki-laki yang baru saja memegang alat bersih mereka.
"Woh! Nanda cepu. Jangan di temenin." Sorak Kurnia.
Gadis yang di ejek itu mengedikan bahu dengan acuh. "Lea ayo ke kantin." Ajak Nanda menarik tangan sahabatnya. Matanya tertuju pada bekal makanan yang dia bawa. "Itu apa? Lo bawa bekel?" Tanya Nanda.
Zalea mengangguk. "Buat Aksa."
Tari menghela nafas. "Gak di akuin pacar aja masih nyempet-nyempetin buatin bekel, lo?" Sindirnya.
Tanpa menyauti, Zalea keluar kelas berjalan lebih dulu meninggalkan kedua sahabatnya. Hari ini mama menyuruh Zalea izin sekolah saja karna tadi pagi kondisinya sedikit buruk. Namun Zalea kekeuh ingin sekolah karna ingin memberikan bekal buatannya untuk Aksa.
Saat sampai kantin, Zalea bisa melihat Aksa yang sedang duduk sendirian di meja salah satu kantin sedangkan Aidan duduk bersama Indri di meja lain. Gadis itu menghampiri dan berdehem pelan sebelum berkata. "Hai, boleh ikut duduk disini?"
Aksa mendongak lalu tersenyum tipis."Duduk aja." Sautnya.
Hening sejenak, sampai akhirnya Aksa bertanya pada Zalea. "Mau pesen apa?"
Zalea menggeleng. "Udah pesen sendiri barusan." Dia menyodorkan kotak bekal yang dia bawa pada Aksa. Cowo itu mengernyit bingung lantas Zalea kembali bicara. "Aku bikini bekal buat kamu." Ucapnya malu-malu.
Aksa diam menatap kotak bekal itu tidak buru-buru menerimanya. Dia menatap Zalea lalu menghela nafas. "Aku udah bilang gak usah bikinin aku bekal." Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALEA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT di AE Publishing Gresik OPEN PO AKSALEA 1 september - 15 september untuk PO hubungi No wa : 085843761993] Bagaimana jika dalam suatu hubungan hanya satu orang yang berjuang sejak awal ? hanya satu orang yang berusaha mempertahankan...