"Hebatnya aku, Tidak pernah membenci meski sudah di lukai berulang kali"
•••Gadis itu baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya ia gosok dengan handuk kecil agar cepat kering. Zalea duduk di pinggiran ranjangnya dan membuka ponselnya untuk melihat-lihat story yang di pasang teman-temannya. Zalea terdiam sebentar saat melihat Aksa juga memasang status disana. Dia membukanya dan Zalea tertegun saat melihat photo yang di pasang dimana photo itu adalah photo masa kecilnya yang sedang bersama seorang anak perempuan yang Zalea yakin itu adalah Muthia.
Tidak ada tulisan apapun di status itu, hanya emoticon hati berwarna putih yang sialnya langsung membuat dada Zalea sesak saat ini.
Demi apapun, ini mulai terasa melelahkan untuknya.
Zalea
Kamu lagi dimana sa?
Aksa❤️
Sama Muthia
Zalea tidak lagi membalasnya. Gadis itu membaringkan tubuhnya dan membiarkan rasa sesak dihatinya tanpa mau berbuat apa-apa.
•••
Malam hari Aldian datang ke rumah Muthia. Sendirian dan bisa dia lihat ada Aksa disana. Keduanya sedang mengobrol berdua seperti biasa ditemani Muthia yang sedang mengurus barang-barang ke dalam kopernya.
"Aldian?" Muthia menyambutnya dan menyuruhnya duduk.
"Jadi pulang ke singapura besok?" Tanya Aldian yang langsung di angguki oleh Muthia.
"Kamu mau ikut nganter aku ke bandara? Ajak Aidan sama Kurnia juga. Aksa juga nanti nganter aku." Ucap Muthia dengan wajah ceria. "Aku seneng banget ketemu kalian lagi disini karna setelah ini aku gak akan tahu kapan aku kembali kesini. Aku titip mamah aku ya." Ucapnya yang langsung di angguki oleh Aldian.
Aldian yang sejak tadi mengabaikan keberadaan Aksa akhirnya menoleh pada cowo itu. "Lo udah izin sama pacar lo buat nganter Muthia ke bandara besok?" Tanyanya yang langsung membuat suasana hening seketika. Tentu saja, Aldian sengaja datang memang untuk ini.
"Pacar?" Muthia melirik Aksa dengan raut bingung.
"Iya. Cewe yang kamu temuin beberapa hari lalu yang namanya Zalea. Itu pacar Aksa. Kamu gak dikasih tahu emangnya?" Tanya Aldian sengaja.
"Al?" Aksa hendak protes.
"Kenapa, Sa? Lo gak ngasih tahu soal hubungan lo sama Zalea?" tanya Aldian. Aldian membantuk memasukan beberapa barang Muthia ke dalam koper dengan wajah santai. "Teman masa kecilmu ini udah bukan cowo culun yang gak bisa pacaran lagi, Thia. Sekarang bahkan dia udah jago nyakitin hati perempuan." Ucapnya penuh sindiran.
Muthia masih mencerna keadaan saat ini.
"Kamu tahu? Teman masa kecilmu ini sayang banget sama kamu. Demi kamu, Aksa rela ninggalin cewenya dan mengabaikan cewenya. Bikin cewenya sakit hati, ngalah dan patah hati sendirian. Karna alasan dia gak mau ninggalin kamu sebagai prioritas utamanya sejak dulu."
Muthia menatap Aksa, meminta penjelasan. "Itu bener, Sa?"
"Enggak. Bukan itu alasannya." Ucap Aksa.
Aldian menghampirinya lalu menarik kerah baju Aksa. "Masih punya muka lo buat ngomong kaya gitu? Lepasin dia kalau emang lo udah gak cinta. Oh, atau memang sejak awal lo gak pernah cinta?" Sarkasnya.
Aksa meninju wajah Aldian hingga cowo itu tersungkur dilantai. "Jangan ikut campur." Ucapnya penuh peringatan.
"Gue bakal ikut campur. Dia sahabat gue. Gue ... pernah relain perasaan gue ke dia karna gue tahu dia bahagianya cuma sama lo. Tapi ngeliat lo memperlakukan dia sekarang, gue peringatin lo buat lepasin dia aja." Ucap Aldian penuh penekanan.
Aksa mengepalkan tangannya. Aldian bangkit dan membenarkan bajunya. "Lo pilih siapa? Kalau lo masih cinta sama Muthia, lepasin Zalea. Jangan nahan dia lebih lama lagi." Ucapnya. Cowo itu melirik Muthia sebentar lalu Aldian melangkah keluar dari rumah Muthia.
"Pulang, Sa. Aku bisa sendiri." Ucap gadis itu lantas berbalik badan dengan wajah kecewa.
"Aku bisa jelasin,"
"Gak perlu. Yang butuh penjelasan kamu itu pacar kamu, bukan aku. Jangan bikin aku terlihat jahat dengan tingkah kamu ini." Ucap Muthia yang sudah diselimuti emosi.
"Aku cuma minta waktu bareng sama sahabat aku." Aksa membela diri. "Aku gak ngekhianatin dia. Dia tahu kalau hubungan kita cuma sebatas teman dan dia tahu kalau dulu aku pernah suka kamu." Ucapnya.
Muthia menatapnya tidak habis fikir. "Dan kamu fikir dia gak terluka? Dia pasti terluka cuma dia gak bilang. Jahat banget kamu nyembunyi'in semua ini. Kamu bahkan terangan-terangan gak ngakuin dia sebagai pacar kamu di depan aku." Ucapnya.
"Besok aku bakal pulang ke Singapura. Kamu, jangan berani muncul depan aku sebelum minta maaf ke pacarmu itu." Tukasnya lalu meninggalkan Aksa, masuk ke dalam kamarnya begitu saja.
•••
Aksa❤️
Lea, keluar.
Aku tunggu di depan
Gadis itu buru-buru keluar untuk menemui Aksa di depan rumah nya. Zalea melihat Aksa berdiri disana. Sepertinya dia baru pulang dari rumah Muthia karna motornya juga masih berada disana.
"Aksa kamu udah nunggu lama ya?" Tanyanya sambil berjalan mendekat. Aksa diam, kedua tangannya dia masukan ke dalam kantong celana nya. Zalea bingung kenapa Aksa terlihat dingin sekali. "Kenapa, Sa?"
"Puas kamu?" Tanya Aksa tiba-tiba. Sungguh Zalea tidak mengerti mengapa Aksa terlihat begitu marah saat ini. "Puas udah bikin hubungan pertemanan aku sama Muthia hancur?" Tanyanya dengan nada emosi.
Aksa mendekat lantas kedua tangan cowo itu tiba-tiba mencengkram kedua bahu gadis di depannya. Zalea mengerjap kaget. "Aw! Sa?" Zalea meringis merasakan cengkraman tangan Aksa disana.
"Kamu kenapa selalu kekanakan gini? Kamu cerita ke teman-teman kamu dan minta dibela'in? baru kemarin aku berusaha memperbaiki semuanya. Aku fikir kamu udah ngerti tapi ternyata kamu se'egois ini." Aksa berucap menyalahkannya tanpa mau mendengar penjelsan Zalea lebih dulu.
"Sa, aku gak tahu apa-apa." Zalea berusaha melepaskan tangan Aksa di kedua bahunya.
"Cuma selama muthia tinggal disini Zalea. Apa gak bisa kamu ngalah? aku cuma minta waktu sebentar sama dia. Dia sahabat aku, dia datang lebih dulu sebelum kamu." Aksa menekankan seolah memberi tahu Zalea soal posisinya. "Sekarang dia kecewa sama aku setelah tau semuanya."
Zalea tidak sanggup lagi, air matanya jatuh dari kelopak matanya yang sudah memerah. Gadis itu terisak. "Terus salah aku apa?" Tanyanya lirih. "Aku udah ngerti'in kamu, aku gak pernah nuntut apapun dan aku gak pernah protes soal waktu yang kamu berikan ke dia."
Aksa melepaskan tangannya pada kedua bahu gadis itu. Dia menatapnya. "Kamu egois, Zalea."
Gadis itu mendongak menatap Aksa dengan pandangan terluka. "Kamu masih cinta sama dia, Sa?" Tanyanya.
Namun tidak ada kata apapun yang keluar dari mulut cowo itu. Diamnya membuat Zalea sesak bukan main. Harusnya ini adalah pertanyaan yang mudah untuk Aksa jawab karna dia memiliki Zalea sebagai pacarnya saat ini. Itu berarti harusnya Zalea memiliki hatinya, seharusnya Aksa tidak mencintai gadis lain.
Seharusnya.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALEA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT di AE Publishing Gresik OPEN PO AKSALEA 1 september - 15 september untuk PO hubungi No wa : 085843761993] Bagaimana jika dalam suatu hubungan hanya satu orang yang berjuang sejak awal ? hanya satu orang yang berusaha mempertahankan...