[15] JANGAN MENJAUH

4.5K 441 28
                                    

"Kenapa di saat aku memilih berhenti, dia malah datang dan memberi perhatian lagi ? apa kita mau terus seperti ini ?"
•••

"Pak tolongin, Pak!" Pak Andi dan Pak Zaenal langsung bergegas menghampiri ketiga anak yang datang sambil membopong satu temannya yang tidak sadarkan diri. Kurnia di rebahkan di atas matras dan beberapa pembina langsung membantu untuk mengechek keadaannya.

"Ini kenapa bisa begini?!" Tanya pak Zaenal panik.

Aldian menunjuk Indri. "Kepalanya kena hantam tongkat pramuka si Indri, Pak." Ucapnya.

Indri yang tidak terima disalahkan langsung melotot sambil berkacak pinggang. "Lo kalau cerita jangan setengah-setengah, ya!" Ucapnya galak, lalu beralih pada Pak Zaenal. "Salah mereka sendiri, Pak. Mereka nakut-nakutin saya sama Nanda. Saya panik, gak sengaja, Pak." Indri menjelaskan.

Pak Zaenal menghela nafas lelah. "Kamu si ada-ada aja kelakuannya!" Menyalahkan Aldian.

"Ya, kita berusaha mencari kesenangan lain." Saut Aldian.

"Nah, anaknya sadar." Ucap Pak Andi saat mengoleskan wewangian di hidung Kurnia untuk mengembalikan kewarasannya.

"Nah sadar, Alhamdulillah." Ucap pak Zaenal.

Kurnia bangun sambil mengusap-usap tengkuknya. Melihat sekeliling dengan wajah bingung. "Saya dimana? saya siapa?" Tanya Kurnia meracau.

"Hah? Kurnia, jangan bercanda kamu ?!" Tanya pak Zaenal panik.

1 detik
2 detik
3 detik


Semuanya diam dengan wajah panik. Terlebih Indri yang menjadi tersangka pemukulan. Nanum suasana langsung berubah saat Kurnia meledakan tawa menunjuk satu persatu wajah orang-orang disana. "Bercyandya, Bercyandya!"

Sontak pukulan dan makian kembali Kurnia dapatkan. Salah memang mengkhawatirkan makhluk ajaib seperti Kurnia ini.

•••

Acara camping SMA Pancasila selesai pada hari minggu siang. Semua anak kembali dengan keadaan fisik baik-baik saja. Kecuali Zalea yang ketika pulang menjadi lebih banyak diam di mobil. Aksa yang juga berada di mobil yang sama tentu saja memperhatikan sikap gadis itu.

Tidak ada lagi panggilan namanya yang keluar dari mulut bawel gadis itu. Bahkan melirik Aksa juga Zalea seakan tidak sudi. Hal itu sontak mendobrak perasaan Aksa, dia tidak suka situasi ini karna dia merasa ada yang salah. Dia fikir ucapan Zalea saat itu hanya main-main saja tapi ternyata gadis ini sungguh berhenti mengejarnya.

Saat mobil sampai di sekolah dan semua murid turun satu persatu, Aksa hendak membantu Zalea turun namun gadis itu menolak. Dia mengangkat semua barang bawaannya sendiri tanpa memperdulikan Aksa yang berusaha membantu.

"Berat gak? Sini gue bantuin." Aksa hendak mengambil sat utas bawaan Zalea namun gadis itu menjauhkan barang bawaannya.

"Gak usah. Bisa sendiri." Jawab Zalea singkat.

"Ayo pulang bareng gue." Ajak Aksa namun lagi-lagi gadis itu mengabaikannya. Dia pulang naik angkutan umum dan mengabaikan Aksa hingga mereka sampai rumah.

Dan sikap gadis itu sangat amat mengganggunya.

•••

Seharian Aksa tidak bertemu Zalea. Sehabis pulang camping gadis itu tidak keluar rumah sama sekali. Padahal biasanya Zalea akan keluar rumah walau hanya sekedar untuk membuang sampah, ke warung atau bahkan cari-cari kesempatan untuk main ke rumah Aksa.

Sore hari, Mama menyuruh Aksa untuk membawakan bolu pisang ke rumah Zalea. Aksa langsung berdiri, hal ini akan dia jadikan kesempatan untuk melihat keadaan gadis itu. Aksa mengetuk pintu rumah Zalea namun yang keluar adalah ibunya. Mama Zalea mempersilahkan Aksa masuk untuk mengambil tempat bekas bolu.

AKSALEA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang