" Jangan bilang tidak bisa, bahkan ketika kamu belum pernah mencobanya."
•••"Katanya dia suka orang lain." ucap gadis itu lesu, sambil menelungkupkan kedua tangannya di atas meja sekolahnya.
Nanda dari Tari saling pandang, kasihan. Sungguh malang nasib percintaan sahabatnya yang satu ini.
"Sabar ya Lea, kalo udah gini mending lo ikutin kata tukang parkir aja." Ucap Tari dengan pandangan penuh rasa iba.
Zalea mengangkat kepalanya dan menatap Tari dengan sebelah alis terangkat. "Apa kata tukang parkir?" tanya nya.
"Mundur." Ucap Tari sambil menepuk bahu sahabatnya itu. Gadis itu langsung menelungkupkan wajahnya dengan kedua tangan, semakin berantakan saja perasaannya saat ini.
"Eh, bentar dulu. Jangan main mundur-mundur aja. Emang kata Aksa dia suka siapa?" Tanya Nanda.
Zalea menggeleng. "Gak tau. Dia bilang dia suka seseorang dan gua gak bisa gantiin orang itu di hati dia." Ucap Lea, dia langsung merunduk sedih.
"Aduh perih banget." Ucap Tari dengan wajah miris.
Mata Nanda menerawang ke atas dengan jari telunjuknya yang terus mengusap dagu. "Hhm, entah kenapa gua curiga tuh cowo bohong." Katanya dengan wajah yakin. "Dia sengaja bilang suka cewe lain biar lo berhenti ngejar-ngejar dia." Ucapnya lagi dengan penuh keyakinan.
Nanda memegang kedua pundak Zalea seolah dia sedang memberi seluruh energinya saat ini. "Pokoknya, selama tuh cewe yang di maksud Aksa belum ketahuan siapa, lo masih bisa ngejar dia Lea, jangan nyerah! SEMANGAT!" Ucap Nanda dengan memberi dukungan.
Tari bertepuk tangan dan ikut berseru. "DAEBAK! SEMANGAT!"
Tidak lama setelah itu terdengar suara pintu di ketuk, rupanya itu Pak Fahri, guru olahraga mereka. Sambil menunjuk jam beliau berkata. "Ganti baju olahraga, saya tunggu 15 menit di lapangan, yang telat muter lapangan 10 putaran." Ucapnya dalam sekali titah lalu seluruh murid di dalam kelas berhamburan keluar.
Namun ketiga siswi itu mendengus sebal dengan wajah malas-malasan. "Yaelah.." Tari menghela nafas, sudah malas duluan mendengarnya.
"Hadeuh ... males banget." Keluh Lea dengan suara pelan namun masih di dengar Nanda dan Tari.
"Sama anjir, malahan panas lagi." saut Nanda sewot.
"Oh iya, hari ini olahraga nya bareng anak Kelas dua belas IPA satu ya." Ucap pak Fahri, seketika Lea yang tadi berwajah lesu jadi bangun dengan semangat.
"Seriusan pak ?!" Tanya Lea bersemangat.
"Kamu liat wajah saya sedang bercanda, kah?" Tanya Pak Fahri dengan wajah datar.
"Oke pak siap! Gak sampe lima belas menit saya pasti nyampe lapangan!" Ucap Lea semangat.
"Oke saya tunggu, yang lain juga ya!" Ucap pak Fahri melirik siswa lainnya, dan langsung pergi menuju lapangan.
Sepeninggal Pak Fahri, Lea buru-buru mengambil seragam olahraganya di dalam tas. "AYOKLAH GC! SISWA APAHAN SI LO PADA MAGERAN MULU?!" Ajak Lea pada kedua temannya yang masih tidak mau bergerak dari posisi mereka.
Tari melirik Lea sinis. "Dih? Tadi juga lu mager, kan? giliran di bilang olahraga bareng kelasnya Aksa aja langsung semangat empat lima." Cibirnya.
"Kita udah hafal sama jalan pikiran lo, Lea." Ucap Nanda.
Gadis itu cengengesan saja sambil berjalan keluar dengan wajah sumringah. "Ayok buruan nanti malah di suruh muterin lapangan!" Ajak Lea, kembali untuk menarik tangan kedua sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALEA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT di AE Publishing Gresik OPEN PO AKSALEA 1 september - 15 september untuk PO hubungi No wa : 085843761993] Bagaimana jika dalam suatu hubungan hanya satu orang yang berjuang sejak awal ? hanya satu orang yang berusaha mempertahankan...