"Bolehkah aku berfikir bahwa dia juga menyukaiku?"
•••"Eh lo ikut camping kan?" Tanya Indri pada Nanda dan Tari. Mereka semua sedang berkumpul di meja kantin saat ini. Zalea baru ikut duduk di samping Indri sambil membawa semangkuk mie rebusnya.
Tari menggeleng. "Engga ah. males, gak wajib juga." Jawabnya.
Indri memasang wajah melas. "Aduh, gimana dong. Gua di suruh jadi Kakak Pembina juga karna katanya kakak pembinanya kurang. Temenin gue dong, guys." Bujuk Indri.
"Ikut kok. Kita bakal ikut juga." Balas Zalea sambil mengaduk mie-nya.
"Dih apa-apa'an, lo?" Ucap Tari tidak setuju.
Zalea menghentakan garpunya ke permukaan meja dan menatap Nanda serta Tari dengan penuh ancaman. "Aksa sama Dinda di suruh jadi pembina barengan. Masa gua diem aja di rumah? Dan sebagai Tim Sukses Aksalea alias Aksara dan Zalea, kalian harus nemenin gue mepet dia kemana'pun." Ucapnya dengan paksa.
Tari berjengit. "Anjir. Gue gak pernah mendeklarasikan diri gue untuk bergabung ke partai buatan lo itu, ya." Sungut Tari.
"Eh, tapi Kurnia sama Aldian ikut tahu. Dia bilang ke gue untuk ikut aja karna ini tahun terakhir kita di masa SMA. Tahun depan udah gak akan punya kesempatan lagi buat camping bareng gini." Ucap Nanda ada benarnya.
"Tuhkan! Berarti lo doang yang gak ikut. Yakin gak mau ikut?" Bujuk Indri.
Tari berdecak sebal. "Yaudah gue ikut."
Tidak lama mereka melihat Aldian dan Kurnia masuk kantin. Karna formasi yang kurang lengkap itu langsung menimbulkan pertanyaan dari ke empat perempuan yang duduk bersama itu.
"Al, Aidan kemana ?" Tanya Indri.
"Ciee nanyain." Goda Kurnia.
Indri mendelik dengan wajah sewot. "Apa'an, sih, lo?" Saut Indri sewot.
"Aidan sama Aksa kayanya. Kalian berantem ya ?" Tanya Aldian dengan senyum mencurigakan. Pasti cowo itu tahu dan sengaja menyinggung hal itu.
Indri memalingkan wajah dan tidak menjawab. Sementara ketiga temannya yang sedang duduk bersamanya menatapnya penasaran. "Lo berantem sama Aidan?" Tanya Nanda.
Indri berdecak. "Engga. Berantem apa, sih? lagian siapa dia, siapa gua?" Saut Indri, wajahnya seakan masa bodo.
Aldian yang mendengar itu berdecak sambil geleng-geleng kepala. "Jangan gitu, Dri. Dari tadi malem di tongkrongan si Aidan diem aja. Gua bisa nebak pasti karna lo. Ada apa, sih, Dri?" Tanya Aldian kepo.
"Gak apa-apa . Apa hak dia ngambek sama gua? kita cuma temen." Ucap Indri, masih menunjukan sikap angkuhnya padahal dalam hati dia juga risau karna hubungan pertemanannya dengan Aidan merenggang karna suatu hal yang terjadi di antara keduanya.
"Jangan kaya gitu, Dri." Kali ini Kurnia yang angkat bicara. "Aidan yang selalu ada buat lo, mentingin lo. Kenapa si lo masih aja raguin dia? Lo sadar gak, kalo lo juga gak bisa jauh dari dia? jangan sampe ya, lu baru sadar sama perasaan lu di saat Aidan udah gak lagi perduli sama lo, jangan sampe." Kurnia memberi nasihat, membuat orang semeja itu terdiam.
Aldian bertepuk tangan dengan wajah takjub. "Gak nyangka gua lo bisa bijak, Kur." Ucapnya dengan wajah bangga.
"Jangan gitulah, malu diliat orang." Ucap Kurnia sambil menurunkan tangan Aldian yang merangkul pundaknya.
•••
Sore harinya saat beberapa jam lalu pulang sekolah, Zalea menyibukan diri dengan berbenah rumah. Gadis itu pergi ke depan membuka gerbang untuk membuang kantung sampah yang sudah penuh agar besok pembersih sampah bisa langsung mengangkutnya. Namun tidak lama dia melihat pintu gerbang rumah Aksa terbuka dan melihat cowo itu keluar menaiki motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALEA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT di AE Publishing Gresik OPEN PO AKSALEA 1 september - 15 september untuk PO hubungi No wa : 085843761993] Bagaimana jika dalam suatu hubungan hanya satu orang yang berjuang sejak awal ? hanya satu orang yang berusaha mempertahankan...