"Terimakasih, aku bahagia hari ini, aku cinta kamu."
•••Sesuai janji Aksa saat Zalea sakit kemarin, bahwa jika gadis itu sembuh mereka akan kencan. Jadi disinilah kedua remaja itu jalan-jalan. Aksa mengajaknya ke kota tua untuk mengunjungi beberapa museum yang ada disana. Ketahuilah Zale aitu tidak terlalu suka tempat-tempat begini karna menurutnya membosankan.
Tapi kata 'bosan' tidak berlaku di kampus hidup Zalea jika dia sedang bersama Aksa.
"Oh, jadi Pandawa itu ada 5?" Tanya Zalea.
Aksa mengangguk lalu menjelaskan. "Kakak pertamanya yudhistira, dia pintar terus bijaksana. Kakak kedua Bima, dia yang paling kuat. Kakak ketiga Arjuna, dia—
"Aku tahu. Dia yang paling ganteng, kan?" Zalea memotong.
Aksa berdecih. "Yang ganteng aja inget." Cibirnya.
"Terus-terus, dua lagi siapa?" Tanya Zalea.
"Nakula sama Sadewa. Mereka kembar." Jawab Aksa.
Zalea manggut-manggut. "Aku sering denger nama mereka, tapi baru tahu kalau mereka berlima itu saudara dan disebut Pandawa." Ucapnya.
Keduanya kembali melanjutkan langkah. Keluar dari museum wayang lalu mengunjungi museum lainnya hingga sore hari tiba. "Aku denger hari ini ada festifal yang di selenggarain di kota tua."Ucap Aksa sambil menggandeng tangan Zalea agar berjalan disampingnya.
"Festival apa?" Tanya Zalea.
"Festifal berbau jaman dulu gitu. Disana bakal nunjukin kesenian jaman dulu, hiburan jaman dulu dan banyak lagi. Kamu mau liat?" Aksa menawarkan.
Zalea mengangguk semangat. "Wah seru tuh! Ayo aku mau." Sautnya.
"Festivalnya mulai jam lima sore. Kita duduk dulu sambil jajan, di pinggiran sana banyak jajanan tradisional Betawi. Mai coba?" tanya Aksa.
"Mau, Aksa." Keduanya langsung menghampiri tempat dimana banyak sekali padagang jajanan tradisional Betawi. Zalea dan Aksa duduk dibangku yang tersedia dan memesan jajanan mereka. Disini tidak terlalu panas karna tempatnya berada di bawah pohon rindang.
"Itu orang gak pegel apa, ya?" Tanya Zalea, matanya sejak tadi sibuk memperhatikan orang yang tubuhnya di chat berwarna emas dan tidak bergerak sama sekali di sampingnya.
Gadis itu bangun dan mendekatinya, berdiri di depan orang itu dengan waah keheranan seperti anak kecil yang baru melihat benda aneh pertama kali. Aksa masih duduk anteng di tempatnya dan hanya memperhatikan tingkah Zalea saja sambil terkekeh.
Zalea berjengit saat melihat mata orang itu berkedip. Gadis itu bersorak heboh. "Wah! Orang beneran." Ucapnya takjub.
"Kamu emang baru pertama liat?" Tanya Aksa dari tempat duduknya.
"Sering sih, tapi baru pertama kali lihat sedeket ini." Ucapnya sambil melembai-lambaikan tangan di depan wajah orang itu. Berharap si bapak bergerak lagi. "Bapak gak pegel kaya gitu terus?" Tanyanya karna sedari tadi si bapak hanya diam seolah menjadi patung sungguhan.
Tapi si bapak patung mengabaikan Lea, sontak gadis itu mencebikan bibirnya.
"Bapak kaya pacar saya waktu jaman pdkt deh pak, kalo di ajak ngomong diem terus gak mau nyautin." Ucapnya yang langsung mendapat lirikan sinis dari Aksa. "Wah, bapak bikin saya penasaran nih, ketawa dong, Pak." Pintanya.
Lea menegakan badannya, melipat kedua tangannya di depan dada dan memberi tatapan tajam pada si bapak patung itu. "Ayo kita ngadu mata pak." Tantang Zalea, masih tidak menyerah.
Aksa di buat geleng-geleng kepala oleh tingkah absurd pacarnya.
Zalea menatapa bapak patung itu hingga kedua alisnya menukik tajam. Hingga sesaat kemudian dia berjengit kaget karna si patung mengagetinya dengan mendekatkan wajah sambil berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALEA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT di AE Publishing Gresik OPEN PO AKSALEA 1 september - 15 september untuk PO hubungi No wa : 085843761993] Bagaimana jika dalam suatu hubungan hanya satu orang yang berjuang sejak awal ? hanya satu orang yang berusaha mempertahankan...