[33] SAMPAI JUMPA

3.3K 142 22
                                    

"Takdir tidak pernah bertanya, sedalam apa kamu mencintai seseorang."

•••

Pagi ini adalah hari keberangkatan keduanya. Seperti pada umumnya ketika orang tua harus melepaskan kepergian anak satu-satunya tentu pasti berat rasanya. Mama Aksa menangis memeluk putranya dan Zalea yang sama-sama akan berangkat. Sedangkan mama kandung Zalea sendiri hanya tersenyum saja melihat putri disayang sampai segininya.

Sebelum ayah mereka mengantar mereka, Aksa dan Zalea sempat saling berpandangan lama. Tidak ada kata yang terucap dari keduanya, namun bisa Zalea lihat bahwa Aksa tersenyum padanya. Mereka tahu bahwa ini adalah perpisahan sesungguhnya bagi keduanya.

Zalea pergi di antar ayah dan mama ke stasiun, sedangkan Aksa di antar mama ayahnya pergi ke bendara. Keduanya benar-benar berpisah tanpa mengatakan apa-apa. Lebih tepatnya karna Zalea menahan diri untuk tidak bicara apa-apa. Saat sampai, dibantu ayah dia meletakan semua barang bawaannya.

Bandara Soekarno Hatta.

"Hujan, Yah?" Tanya Aksa yang sedang duduk dibangku tunggu bandara. Ayah duduk disampingnya sambil menaruh ponsel di saku celana lantas mengangguk.

"Penerbangannya di undur?" Tanya Mama.

Ayah menggeleng. "Engga kayanya, hujan biasa." Jawabnya.

Aksa menoleh pada Gate Bandara. Kaca besar disana menampakan keadaan luar yang sedang turun hujan. Perkiraannya benar ternyata.

Stasiun Jakarta Kota.

Sementara itu Zalea dibantu ayah menaikan barang-barang ke atas kereta. Ayah berulang kali memeluknya begitupun mama yang kini sudah tidak kuasa menahan air mata melepaskan kepergian putrinya.

"Nanti di Stasiun Semarang Tawang turun disana, terus nanti ketemu sama Paman Yudi, inget kan orangnya yang mana? Teman ayah yang dulu suka datang itu." Ucap ayah. Untungnya ayah punya teman dekat yang tinggal di semarang, jadi bisa membantu Zalea disana.

"Belajar yang benar ya, Kak." Pesan ayah.

Zalea mengangguk lantas berpesan pada kedua orang tuanya. "Mama sama Ayah jaga kesehatan ya. Aku janji bakal baik-baik aja disana." Ucapnya lantas kedua orang tuanya kembali memeluknya.

Lima menit kemudian kereta itu berangkat meninggalkan Stasiun Jakarta Kota. Zalea tertegun saat melihat rintik hujan yang membasahi jendela samping tempat duduknya. Dia mengingat ucapan Aksa di malam terakhir mereka bersama. Zalea mengeluarkan ponselnya dan menghubungi satu nomor yang beberapa bulan ini tidak pernah lagi dia hubungi.

"Hallo, Zalea?"

Gadis itu tertegun, matanya mulai terasa panas saat mendengar suara itu. Ada sedikit rasa sesal karna tadi tidak mengucapkan kata selamat tinggal secara langsung. Ada rasa sedih yang merayap dihatinya saat menyadari bahwa mereka benar-benar berpisah. Zalea tidak akan melihatnya dalam waktu yang lama.

Gadis itu menarik nafas, berusaha meredam getaran pada nada bicaranya. "Pesawatmu udah berangkat?" Tanya Zalea.

"Sedikit lagi berangkat. Kamu?" Tanya Aksa dari balik telfon sana.

Zalea mengangguk. "Udah." Keduanya sama-sama diam dalam waktu yang cukup lama namun sambungan masih terhubung disana. Sambil menatap rintik hujan yang memebasahi jendela, gadis itu kembali berkata. "Hujan, Sa." Ucapnya.

" ... Iya." Jawab Aksa, suaranya terdengar berat dibalik telfon sana. Zalea tahu bahwa perasaan yang mereka rasakan saat ini sama. Kehilangan. "Jaga diri, ya." Suara Aksa terdengar lagi.

Satu titik air mata jatuh dan Zalea buru-buru menghapusnya. "Kamu juga." Jawabnya.

"Zalea,"

"Iya?"

"Sampai jumpa dihujan selanjutnya."

Tanpa bisa menahan lagi, Zalea menangis didalam kereta. Entahlah, mungkin takdir terlalu tega jika memberi perpisahan seperti ini pada kedua insan yang masih sangat muda. Zalea tidak tahu seberapa lama dia harus menunggu, disaat mereka berpisah dalam keadaan hubungan yang sudah sejauh ini. Apa dia harus percaya pada kata-kata Aksa kali ini? Apa mungkin Aksa akan datang dan menemuinya lagi?

Tidak ada yang tahu akan jadi seperti apa mereka dimasa depan. Tapi satu hal yang dia yakini, bahwa cinta sejati akan menemui jalan pulangnya sendiri.

Bersambung. 

AKSALEA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang