"Jangan memberi payung untuk dia yang tidak takut hujan."
•••Pukul 6:30, cowo dengan seragam putih abu-abu lengkap dengan dasi itu sudah sampai di sekolah. Sekolah masih sepi, jam segini hanya deretan murid rajin saja yang sudah sampai, Aksa berjalan di lorong sekolah, tangan kanannya memegang ponsel dan tas nya di sampirkan di sebelah bahunya.
"AKSA!"
"AKSAAA!"
Aksa mendengar suara itu tapi dia tidak berbalik, malah terus berjalan tanpa mau menoleh kebelakang.
"AKSA KALO GAK NENGOK AKU SUMPAHIN BUDEK BENERAN!" Teriak Zalea. Bayangkan saja di pagi hari begini harus menghadapi cewe bersuara nyaring ini, benar-benar bikin pusing.
"Aksa." Lea berhasil meraih lengan seragam Aksa, membuat Aksa seketika berhenti dan berhadapan dengannya.
Sejenak Lea terdiam, indah sekali pagi-pagi begini sudah bisa tatap-tatapan dengan pujaan hati.
"Ngapain si lo?" tanya Aksa sewot, matanya menatap kesal ke arah Zalea.
Perempuan itu sedikit takut melihat tatapannya, tapi dia berusaha mencairkan suasana, Lea tersenyum sambil memperlihatkan giginya.
Dan untuk beberapa saat Aksa merasa tersengat melihat senyum gadis itu. Lesung Pipit di pipi sebelah kanannya, dan gigi taring atasnya yang gingsul membuat perempuan itu terlihat cantik, manis dan imut di saat yang bersamaan.
"Mau apa?" tanya Aksa lagi, kali ini dengan suara sedikit santai.
"Mau jalan bareng. Kelas kita searah." Ujar Lea dengan senyum manisnya.
Aksa mengacungkan jari telunjuknya di depan wajar Zalea. "Jangan senyum gitu." peringat Aksa, namun Lea kembali tersenyum memperlihatkan gigi gingsulnya dengan sengaja.
"Kenapa emangnya?" Tanya gadis itu.
"Lo jelek." ucap Aksa, membuat Lea mencebikan bibirnya, cowo itu kembali berjalan dan Lea mengekorinya dari belakang.
"Ah bohong! aku manis ya? kamu gak kuat liat senyum aku'kan ?" tebak Lea dengan begitu percaya diri.
Najis. Batin Aksa.
"Aksa." Seorang perempuan datang menghampiri mereka dengan senyum manisnya, dia Dinda, teman sekelas Aksa.
"Iya din, kenapa?" Jawab Aksa. Lea mendelik kesal mendengar nada suara Aksa saat bicara dengan Dinada beda sekali saat bicara dengan Lea.
"Gak kenapa-kenapa, cuma pengen nyamperin aja." ujar perempuan itu masih dengan senyum manisnya.
"Oh iyadeh." Jawab Aksa ramah.
Dinda dan Aksa adalah teman sekelas, mereka juga kakak pembina Pramuka yang sering mengajarkan Pramuka pada adik kelasnya, bahkan banyak yang mengira suatu hari mereka akan pacaran karna Aksa memang dekat dengan perempuan ini, sama-sama pintar juga.
"Kamis besok materi apa yang bakal di ajarin ke anak pramuka kelas sepuluh sama sebelas?" tanya Dinda.
"Kayanya ajarin buat bangun tenda sama tali temali aja. Dikit lagi'kan sekolah bakal ngadain camping." jawab Aksa.
Sekarang Lea merasa menjadi nyamuk di antara kedua orang ini.
"Eh, ada Zalea?" ujar Dinda seakan baru menyadari kehadiran Lea disini.
ih idi Ziliyi. Lea menggerutu dalam hati, tapi kemudian Lea tersenyum ramah pada Dinda. " Hehe, iyaaa."
Dinda menggandeng lengan Aksa. "Kalo gitu gua ke kelas bareng Aksa dulu ya Lea, bye!" perempuan itu menggandeng Aksa agar berjalan duluan meninggalkan lea yang berdiri di koridor sekolah dengan wajah masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALEA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT di AE Publishing Gresik OPEN PO AKSALEA 1 september - 15 september untuk PO hubungi No wa : 085843761993] Bagaimana jika dalam suatu hubungan hanya satu orang yang berjuang sejak awal ? hanya satu orang yang berusaha mempertahankan...