"Ingat! Menyukaimu adalah hal yang tidak akan pernah aku lupakan!"
•••Sudah tiga hari semenjak Aksa menyibukan dirinya dengan belajar. Dia berjanji pada ayah bahwa apapun yang dia lakukan di masa remajanya tidak akan mempengaruhi prestasinya. Dia masih ingat bahwa dia punya tanggung jawab atas masa depannya. Dia harus belajar karna ada mimpi yang ingin dia capai.
Hari ini Aksa datang ke sekolah, tapi dia tidak melihat Zalea. dia melihat ketiga sahabat gadis itu duduk di kantin bertiga tanpa pacarnya. Aksa ingin menghampiri mereka tapi ragu karna wajah Tari sangat masam padanya sejak dia datang ke kantin tadi.
Aldian, dan Kurnia datang dan duduk di sampingnya, ada Aidan juga disana. "Eh, Dan. Bagi es teh dong." Kurnia langsung mengambil gelas teh Aidan tanpa menunggu persetujuan dari yang punya.
"Dan, gak nyamperin Indri ?" Tanya Aldian.
"Biarin dia sama temannya dulu." Saut Aidan.
Kali ini Aldian melirik Aksa. "Aksa Lo gak nanyain Lea kemana, gitu?" Tanyanya.
Benar, kenapa Aksa tidak tanyakan pada Aldian saja sejak tadi."Lea kemana?" tanyanya.
"Dia izin, sakit katanya." Saut Aldian.
"Sakit?" tanya Aksa.
"Bukannya rumah lo depan-depanan sama dia? Kok bisa-bisanya kaga tahu?" Tanya Aldian heran.
Kurnia geleng-geleng kepala. "Jangan mentang-mentang dia yang suka lo duluan, lo jadi se'enaknya. Diluar sana banyak yang mau sama cewe lo. Jangan sampe dia pergi karna lo gak ada perhatian sama sekali." Cowo itu memperingati. Kurnia lalu melirik Aldian. "Contoh yang di samping gue, sadboy kita, sudah move on belum, Bung Aldian ?" Ejek Kurnia.
Aldian yang tiba-tiba disebut langsung kelabakan. Dia tidak pernah cerita pada teman-temannya kalau dia pernah menyukai Zalea, tapi mereka tau karna dulu Aldian sangat perhatian pada gadis itu dan bahkan Aksa juga tau Aldian soal itu.
"Tenang, Sa. Gue udah move on, gue ikhlasin dia, tapi kalau sekali aja gue tau lo nyakitin dia, gue gak segan-segan buat jauhin lo." Ucap Aldian serius namun beberapa saat kemudian cowo itu kembali cengengesan.
•••
"Lea, ada Aksa nih." mamahnya menepuk pelan lengan Zalea yang tertidur di kamarnya dengan selimut yang menutupi hingga leher. Gadis itu mengerjap membuka matanya dan melihat Aksa berdiri di samping kasurnya. Zalea buru-buru menutup wajahnya dengan selimut lagi.
"Mama tinggal ya. Bangun, Aksa jenguk kamu!" ucap mama nya sebelum pergi keluar dari kamar lea. Selepas kepergian mama Aksa duduk di pinggiran kasur. Zalea masih saja menyembunyikan wajahnya di balik selimut.
"Kenapa mukanya di tutupin?" Tanya aksa.
"Malu, muka aku pucet." Sautnya dari balik selimut.
Aksa menariknya perlahan agar mendekat. "Gak apa-apa, mana sini coba aku lihat. Sakit apa?" Tanya cowo itu penuh perhatian.
Saat bangkit dari tidurnya gadis itu memalingkan wajah lalu terbatuk. "Demam-uhuk! Kamu pulang aja, nanti ketularan." Ucapnya yang masih mengkhawatirkan Aksa dikondisi seperti ini.
Bukannya menjauh Aksa malah makin duduk mendekatinya, mengangkat satu tangannya untuk mengusap puncak kepala Zalea dengan sayang. "Cepet sembuh." Ucapnya.
Zalea terkekeh lalu gadis itu tersenyum. "Kamu udah gak sibuk?" Tanyanya.
Aksa mengangguk. "Maaf ya." Ucapnya.
"Maaf kenapa ?" Tanya Zalea bingung.
"Udah se'enaknya sama kamu, dan jauhin kamu." Jawab aksa. "Aku gak maksud nyakitin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALEA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT di AE Publishing Gresik OPEN PO AKSALEA 1 september - 15 september untuk PO hubungi No wa : 085843761993] Bagaimana jika dalam suatu hubungan hanya satu orang yang berjuang sejak awal ? hanya satu orang yang berusaha mempertahankan...