[30] PESAN TERAKHIR

5.2K 470 115
                                    

"Lepaskan saja. Tidak perlu takut. Apa yang menjadi milikmu maka dia akan menemukan jalan pulangnya sendiri."

•••


Dari tempatnya berdiri Zalea bisa melihat anak laki-laki yang sedang mendribble bola disana melewati teman-temannya dan memasukan bola ke dalam keranjang. Aksara selalu terlihat keren dimatanya dan mungkin dimata banyak orang juga. Zalea masih ingat bagaimana perjuangannya untuk bisa bersama dia, laki-laki hebat yang begitu dia kagumi. Zalea masih ingat betapa bahagianya dia saat Aksa bilang bahwa dia memperbolehkan Zalea untuk jatuh cinta padanya.

Zalea sangat mencintai Aksa, dia sudah mengatakan hal itu berulang kali dan teman-temannya juga tahu itu. Mimpi terbesarnya, harapan masa depannya adalah Aksara. Namun baru dia sadari kalau dia tidak tahu apapun tentang Aksara. Apa mimpinya, siapa yang dia cintai dan milik siapa hatinya saat ini. Zalea tidak pernah tahu ternyata.

Awalnya gadis itu berusaha bertahan bahkan saat hatinya di patahkan berkali-kali. Awalnya Zalea berfikir bahwa dia masih bisa bertahan disini karna Aksa miliknya saat ini. Namun saat mengetahui fakta bahwa Aksa tidak pernah memberi tahu apapun tentang dirinya dan tujuannya, Zalea mulai merasa asing. Disaat mimpi dan harapan Zalea selalu tentang Aksara dan Aksara, Zalea tidak tahu apakah dirinya juga ada dalam mimpi dan harapan cowo itu.

Zalea melihat cowo itu berjalan mendekat, dengan nafas terangah-engah dia bertanya. "Hei, lagi apa?"

Melihat peluh yang mengalir di kening cowo itu, Zalea mengeluarkan sapu tangan mengelapnya. "Lagi liatin kamu." Katanya lalu tersenyum lembut.

Aksa terkekeh lalu menarik tangannya. "Jangan disini, panas." Katanya lalu mengajak Zalea ke tempat lain yang lebih teduh. Di dekat lapangan sekolah mereka ada satu pohon yang tumbuh dengan rindang, dibawahnya terdapat satu bangku panjang dan keduanya duduk disana.

"Dikit lagi masa remaja kita selesai." Zalea membuka obrolan. Matanya menatap bagian-bagian sekolah yang bisa dia lihat dari sini. Gadis itu tersenyum. "Aku bakal rindu banget pasti nanti sama sekolah ini."

Aksa tersenyum. "Aku juga." Katanya.

"Disini, aku dulu sering lihat kamu duduk sendirian disini sambil baca buku sendirian. Kamu kayak ... malaikat, ganteng banget." Pujinya lantas tersenyum mengenang. Gadis itu menunjuk koridor sekolah yang kosong. "Dulu aku suka ngejar-ngejar kamu di koridor sekolah sambil teriak-teriak. Gak tahu malu banget." Katanya.

"Dilapangan itu juga aku sering nontonin kamu kalau lagi ngelatih adik kelas buat pramuka. Nanti aku gak akan bisa lihat kamu lagi. Aku bakal kehilangan segalanya tentang kamu nanti." Ucap Zalea yang sontak membuat Aksa menoleh padanya dengan wajah bingung.

"Kok gitu ngomongnya?" Tanya Aksa.

Zalea tersenyum lantas menoleh pada Aksa. "Setelah ini, apa rencana masa depan kamu, Sa?" Tanyanya menatap kedua mata itu bergantian, dengan harapan yang masih tersisa bahwa Aksa akan mengatakan hal yang sebenarnya.

Aksa ragu, dia memalingkan wajahnya lalu menjawab. "Aku ... masih belum tahu."

Bohong. Aksa sudah merencanakan banyak hal dan nyatanya sekarang dia benar-benar tahu bahwa Aksa menyembunyikan segalanya dari Zalea. "Cerita yang aku tulis ditawarin salah satu penerbit buat jadi buku. Keinginan aku sejak lama akhirnya terwujud." Ucap gadis itu.

"Oh, iya? Selamat ya. Aku seneng dengernya." Jawab Aksa terdengar tulus.

"Tapi cerita itu belum tamat karna kemarin-kemarin aku gak tahu endingnya bakal kaya gimana. Tapi kayanya sekarang aku udah tahu gimana endingnya." Ujarnya.

"Gimana endingnya?" Tanya Aksa.

"Sad ending. Mereka pisah." Jawab Zalea. Aksa tertegun lama dan Zalea kembali bicara. "Dan kamu tahu cerita itu tentang apa?" Tanyanya lagi.

Aksa diam, tidak menjawab dan hanya mampu menatap gadis di depannya.

Zalea yang seakan tahu isi fikiran Aksa mengangguk. "Tentang kita." Gadis itu menjawab lantas tersenyum lembut. "Tentang aku yang menaruh semua mimpi, hati dan harapanku sama kamu, dan tentang kamu yang entah hatinya milik siapa."

"Zalea,"

Gadis itu menggeleng, "Gak seharusnya aku bertahan sejauh ini'kan? Seharusnya aku mundur dan ngebiarinin kamu lepas dari aku. Percuma, aku gak pernah benar-benar milikin kamu."

"Kamu ngomong apa, sih?"

Zalea bangkit dari duduknya lalu satu tangannya mengambil sesuatu dari dalam saku rok abu-abunya lantas memberikan gadis itu memberikan satu kertas putih yang dia lipat-lipat kepada Aksa. "Dibaca, ya." Ucapnya.

"Ini apa?" Tanya Aksa.

"Ucapan selamat," dan pesan terakhirku. Namun gadis itu hanya melanjutkan dalam hati saja. Zalea mengambil langkah mundur lalu melambaikan tangan pada Aksa sambil menunjukan senyum paling tulus yang pernah dia berikan gadis itu berkata. "Aku pergi dulu ya."

Aksa hanya diam melihat Zalea yang melangkah pergi darinya. Dia fikir itu adalah pamit biasa dan keduanya akan bertemu seperti sedia kala. Besok mungkin mereka masih bisa berangkat sekolah bersama lalu pulang sekolah berdua. Aksa fikir semuanya akan baik-baik saja karna gadis itu terlihat masih sangat mencintainya. Tapi saat membuka lipatan kertas itu dia baru tahu bahwa hubungan mereka tidak baik-baik saja.

______________________________________

Untuk Aksara Yusuf

Aksara, kamu itu mimpiku yang paling tinggi. Selama tiga tahun, jika orang tanya apa yang aku harapkan dan aku cita-cita'kan, selalu nama kamu yang aku fikirkan. Aku ingin bersama Aksara. Aku harap aku bisa terus bersama Aksara. Disaat orang lain sibuk mengejar masa depan, duniaku hanya berputar dikamu. Duniaku isinya hanya tentang kamu.

Tapi, apa aku juga ada di masa depan yang kamu rencanakan itu? Apa aku juga ada disetiap harapan dan mimpi-mimpi kamu itu? enggak ada, kan?

Kamu gak pernah ngasih tahu aku apa mimpi-mimpi kamu. Kamu gak pernah cerita ke aku siapa aja orang-orang yang ada di hidupmu. Kamu gak pernah kasih tahu aku siapa yang ada dihati kamu. Itu karna aku gak pernah ada direncana masa depan kamu, kan? Aku bukan orang yang ingin kamu ajak hidup selamanya. Aku bukan orang penting yang harus tahu segalanya.

Aku gak pernah benar-benar memiliki kamu ternyata.

Aku tahu sebentar lagi kamu bakal pergi. Rencana kuliah diluar negeri dan pergi bertahun-tahun yang kamu sembunyi'in itu, aku tahu semuanya. Aku tahu hati kamu isinya bukan cuma aku. Itu makanya aku mau lepasin kamu.

Aku bakal lepasin kamu lebih dulu. Silahkan kejar mimpi kamu tanpa perlu mikirin gimana perasaanku. Aku sadar kalau aku juga harus kejar cita-citaku. Aku sadar bahwa masa remaja kita sudah usai sampai disini dan kita bakal tumbuh dewasa setelah ini. Aku bakal kejar cita-citaku yang kali ini bukan tentang kamu. Dan kamu juga silahkan pergi kejar cita-citamu.

Kita putus, semoga bahagia.

Dari aku
Zalea .

Aksa meremat kertas itu. Zalea meninggalkannya. Zalea tahun rencana kuliahnya dan gadis itu meninggalkannya. Sudah Aksa duga, gadis itu akan pergi setelah mengetahui semuanya.


Bersambung.

AKSALEA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang