"Jika aku pergi dan tidak lagi perduli tentang dia, apa dia akan merasa kehilangan? Aku takut, takut untuk menjauh, takut saat aku menjauh dia tetap tidak perduli dan pada akhirnya kita kembali menjadi sangat asing."
•••Di lapangan sekolah sudah terparkir 4 mobil truk TNI yang siap mengangkut murid-murid SMA Pancasila. Semuanya kompak berangkat dengan seragam pramuka. Heboh sekali pagi ini. Masing-masing murid membawa banyak barang bawaan dari mulai kebutuhan makan sampai alat-alat camping. Bahkan lihat di ujung sana, Kurnia dan Aldian sampai rela bawa satu ikat kayu bakar.
"Lo tahu, gak, Kur? Gue sampai kelimpungan nyari'in kayu bakar malem-malem di kebun Babeh Somad. Malahan katanya di kebun dia ada kuntilanaknya lagi." Aldian bergidik ngeri.
Kurnia tergelak dengan wajah geli. "Asli lo niat banget nyari kayu bakar malem-malem. Makanya kaya gue dong, nyari kayu bakar dari sore-sore." Ucapnya yang bangga akan sikap rajinnya.
"Woi!" Aidan datang bersama Aksa membawa galah panjang yang sudah di cat warna merah putih seperti bendera Indonesia. "Bantuin gue bawa ini dong, berat banget anjir." Ucapnya meletakan tikar lipat yang dia bawa.
"Dih, ogah. Lo gak liat gue udah dong dong petong begini?" Kurnia menunjukan bawaannya.
Aidan berdecak. "Heh, ini gua udah baik banget ya bawa ginian di suruh mami gue. Katanya buat kita tidur disana biar gak sakit badan kita." Ucapnya, namun Kurnia dan Aidan menolak membawakan karna mereka juga benar-benar sudah ribet dengan bawaan sendiri.
"Udah, tanggung beban masing-masing aja." Ucap Aksa menengahi.
Tidak lama datang gerombolan anak perempuan yang ... astaga lebih parah lagi. Mereka tidak bawa kayu bakar, tongkat juga tidak, tapi malah membawa lebih tiga tas besar yang entah apa isinya.
"Buset! Ini Blackpink mau minggat kemana?" Tanya Kurnia keheranan.
Tari mendengus. "Gak usah lemes ya congor lo. Awas lo kalau sampai sana minjem ini itu ke kita-kita." Ancamnya.
"Kita itu bawa alat yang di perlukan." Ucapnya Nanda membela kaum-nya.
"Alat yang di perlukan apa'an?" Tanya Aidan.
"Ya sisir, ya bedak, ya baju ganti, cemilan, make up." Jawab Tari yang sontak memecah tawa dari anak-anak cowo itu.
"Lo mau berkemah apa mau nyalon, hah?" Ledek Aldian.
Ledekan itu tidak di sauti oleh ke empat perempuan itu. Tidak lama Pak Zaenal memberi interuksi pada semua anak-anak untuk langsung naik ke mobil truck TNI itu.
"Coi, panas banget!" Belum apa-apa Tari sudah mengeluh. "Aduh sial banget gue pake ngikut gini-ginian disaat harusnya gue bisa tidur tenang di atas kasur gue yang nyaman." Gadis itu mengipas-ngipas wajahnya.
Sementara Zalea yang kini duduk sejajar satu bangku dengan ke tiga sahabatnya mendengus tidak terima karna di depannya Aksa duduk bersebelahan dengan Dinda. Malahan mobilnya penuh, jadi mereka berdengsek-dengsekan. Gadis itu juga kepanasan saat ini, hatinya.
Pak Zaenal berdiri di pintu truck hendak meberi interuksi. "Untuk kelas XII karna yang ikut hanya sedikit, jadi di gabung saja, anak kelas XII IPS tiga, XII IPA satu dan XII IPA tiga bisa bergabung di bis no lima, jangan berebut, yang tertib, paham?" Pesan Pak Zaenal.
"Paham, Pak." Saut murid bersamaan.
"JONG JENG JONG JENG!" Kurnia mengeluarkan gitarnya. Cowo itu memilih duduk di bawah berdua bersama Aldian dari pada duduk berdesakan di atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALEA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[SEGERA TERBIT di AE Publishing Gresik OPEN PO AKSALEA 1 september - 15 september untuk PO hubungi No wa : 085843761993] Bagaimana jika dalam suatu hubungan hanya satu orang yang berjuang sejak awal ? hanya satu orang yang berusaha mempertahankan...