The Raven band kembali mendapatkan ketenaran mereka. Para siswa berbondong-bondong memposting pertunjukan mereka ke media sosial, menyebarkannya hingga ke mana pun. Benar-benar sebuah kejutan besar bagi mereka semua. Seperti hadiah karena telah kembali.
Bagi Hima, ia merasakan sebuah kepuasan saat itu, seolah-olah semua bebannya lenyap hanya dengan mendengar seruan kegembiraan dan tepuk tangan atas penampilan mereka. Di sisi panggung, Kira benar-benar tersenyum senang dengan penampilan itu. Dan di sisi lain pula, mantan ibu tirinya itu tidak memberikan respon apa-apa. Ia hanya pergi setelah penampilan band selesai. Hima tidak merasakan kekecewaan saat itu, karena ia untuk pertama kalinya mulai merasa bebas dari belenggu kesepian yang selama ini menemaninya.
Hanya saja kesenangan itu tidak berlangsung lama. Bagi Simon, Arga dan Orion mereka tahu perubahan itu. Mereka membatalkan latihan sore mereka setelah satu hari manggung di acara sekolah.
"Ri, kagak semuanya harus begitu. Mau sampai kapan lu bergantung pada orang-orang?" Arga sudah mengeluarkan suaranya.
Di sisi lapangan yang luas, mereka mulai berdebat hebat. Rasa sabar mereka sudah melewati batas, hari itu, Orion bukan lagi orang yang mereka kenal.
"Gua cuma mau kita balik kayak dulu, Ga." Orion membela diri.
Simon menggeleng. "Ri, buka mata lu, semuanya udah berubah. Ga ada yang namanya balik kayak dulu. Apa lu ga ingat, Neron terbaring di atas kasur selama lima bulan tanpa kepastian yang wajar? Apa yang lu harapkan?"
"Memangnya salah gua berharap?"
"Lu terlalu memaksakan harapan lu, membuat semuanya jadi mustahil. Buka mata lu, ini kenyataannya."
***
Setelah tiga hari lebih membatalkan jadwal latihan, isi studio kini kembali lengkap, namun terasa berbeda, hanya Arga yang bisa merasakannya. Seluruh orang yang ada di ruangan itu tengah menyembunyikan sesuatu.
"Jadi, gimana perkembangan lagu baru kita?" Simon menepuk tangannya sekali, membuat seluruh perhatian tertuju padanya.
Hima menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian cengengesan. "Saya belum tau mau nulis apa, Kak."
Simon mengangguk mengerti kendala itu. Terus kalian, gimana bagian kalian?"
"Gua udah, mungkin ada yang perku di revisi, coba kalian dengerin. Ah, sekalian dong, Mon, coba putarin gitarnya," ujar Arga, ia sudah bersiap di tempatnya sambil memutar stik drumnya layaknya seorang professional.
Simon mengangguk, kemudian menekan tombol di keyboard laptop-nya. Alunan gitar terdengar, tangan Arga mulai menggerakkan stik drum-nya, kemudian memukul drum sesuai ketukan yang ia pikirkan. Kira-kira ketukan itu masih terdengar kasar, tapi samar, Simon bisa mendengar dengan jelas ketukan itu.
Hingga tiga menit lebih, Arga berhenti memukul drum-nya dan menyapu peluh di wajahnya. Ia menatap seluruh anggota band, ia merasa lega.
"Itu udah bagus, mungkin cuma perlu diperhalus di beberapa bagian," ujar Simon mengomentari.
Arga mengangguk mengerti.
"Lu gimana, part bass lu?"
Orion menoleh, kemudian menggeleng dengan helaan napas yang panjang. "Sori, belum gua kelarin."
Simon hanya terdiam mendengar jawaban terpaksa itu. "Kalau udah sampai waktunya, gue yang bakal nyusun bass dan liriknya, dan gue ga peduli dengan alasan-alasan kalian. Paham?"
Hima mengangguk, baginya itu adalah pertaruhan.
"Baiklah, ayo lanjut latihan. Ada beberapa part di lagu lama yang harus kalian halusin." Simon kembali menepuk tangannya, membuat anggotanya bersiap di posisi.
![](https://img.wattpad.com/cover/271423755-288-k941767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Himalaya And The Broken Band [Tamat]
Подростковая литература[Belum Revisi] Kehidupan itu tidak mudah. Himalaya, gadis muda yang berusaha bangkit atas masalah yang terus menghampiri dirinya. Ia mengemban semua masalah itu sendirian setelah kakaknya mengalami koma. Tapi, semua itu berujung kesedihan yang semak...