❟❪Sebenarnya aku tak peduli jika aku mati.
Namun bila orang di sekitarku mati, aku akan bersedih❫❟
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada band The Raven. Setelah selesai menyanyikan satu lagu, mereka menghilang. Namun, berita kematian Neron akhirnya tersebar. Orang-orang yang akrab dengan Neron di sekolah, atau di dunia musik, mendatangi pemakamannya, dan berusaha keras menyampaikan hal-hal baik tentang Neron, karena memang begitu kenyataannya.
Hima tidak menangis lagi saat selesai manggung. Ia dengan cepat memesan ojek online dan menuju rumah sakit. Tidak ada lagi tetesan air mata, tapi rasa sesak itu tetap bersarang di dalam hatinya. Jantungnya terus berdetak dengan kencang saat menatap tubuh pucat Neron di atas kasur. Ayahnya tengah sibuk mengurus surat untuk membawa Neron supaya bisa dimakamkan.
Hima sudah tidak bisa menangis.
Teman-teman Neron, Arga, Simon, Rendi, serta Farah menangis. Berbeda dengan Ipom, Orion dan Gevan, mereka bertiga tidak menangis. Ipom sudah lama tidak merasakan kesedihan, ia jadi lupa bagaimana rasanya menangis.
"Lu tau, orang yang paling dikhawatirkan Neron adalah lu? Dan lu dengan mudahnya ngejatuhin harapan seseorang? Waras enggak sih, lu?"
Orion dan Gevan berkelahi. Tidak ada yang melerai mereka. Wajah Orion habis babak belur, dan tatapannya kosong.
"Iya, gua emang salah, dan seharusnya gua enggak terima bergabung ke dalam band. Tapi, menyesal pun gua, Neron kagak bakal hidup kembali, kan, Van?" Orion menatap Gevan dengan tatapan kosong, bukan rasa bersalah, melainkan rasa terpuruk.
"Bajingan." Gevan pergi setelah satu makian lagi.
Kemudian band The Raven bubar. Semua label rekaman yang ingin menarik mereka, ditolak oleh Simon, tanpa alasan yang jelas.
Ibu Neron tetap terdiam di samping batu nisan Neron, ia terlihat sunyi. Satu-satu putranya, satu-satunya orang yang mau mendengarkannya telah pergi duluan darinya. Sebuah kalimat pahit yang keluar dari mulut Neron hari itu terus terputar di kepalanya.
"Ini bukan salah siapa-siapa. Setidaknya sekarang Neron tidak merasakan penderitaan lagi dalam sakitnya." Edgar bersuara.
Mereka memang bukan lagi sepasang suami istri, tapi bagi Edgar, ia bisa menolong siapa saja, termasuk Hima.
"Selama ini, saya kurang memberikan perhatian saya pada Himalaya. Setelah ini, kami akan memulai hidup baru sebagai ayah dan anak, kemudian memulainya dari awal. Kamu juga, lakukan apa yang sudah kamu mulai, tidak ada kata terlambat."
Setelah itu, pengumuman kelulusan akhirnya keluar. Murid kelas dua belas dinyatakan lulus semua. Kelulusan yang suram bagi teman-teman Neron. Seolah-olah kelulusan yang tidak ada kenangan indah.
Kemudian Himalaya, pindah sekolah.
***
Tiga tahun kemudian...
"Hima bisa sendiri, Ayah."
Gadis kecil itu sudah berubah. Tubuhnya semakin meninggi, rambutnya tetap dipotong sama seperti dulu. Jika memanjang, maka akan dipotongnya. Ia masih suka menjepit poninya ke sisi atas rambutnya.
Himalaya memutuskan kembali tempat di mana ia kehilangan semuanya. Ia ingin memasuki universitas yang ada di sana. Entah karena jurusannya, atau sebatas ingin terus mengunjungi Neron.
"Kalau begitu kamu hati-hati di sana. Kabari saja ayah kalau kamu butuh ayah atau jika terjadi sesuatu."
Himalaya tersenyum, kemudian memeluk tubuh ayahnya. Entah sejak kapan, ia mulai menyadari rambut ayahnya mulai memutih, ia takut jika seseorang akan pergi lagi tanpa sepengetahuannya." Ayah juga, jangan lupa jaga kesehatan Ayah, dan kabari Hima jika terjadi apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Himalaya And The Broken Band [Tamat]
Novela Juvenil[Belum Revisi] Kehidupan itu tidak mudah. Himalaya, gadis muda yang berusaha bangkit atas masalah yang terus menghampiri dirinya. Ia mengemban semua masalah itu sendirian setelah kakaknya mengalami koma. Tapi, semua itu berujung kesedihan yang semak...