Ujian akan dimulai minggu depan, dan mereka memutuskan untuk menghentikan latihan band selama dua minggu ke depan hingga ujian pertengahan semester. Mereka hanya akan menanyakan apa hal yang diperlukan selama penundaan latihan.
Selama itu juga, ujian kelulusan sudah di depan mata. Bagi Simon, ia bisa belajar dengan batasnya sendiri, dengan porsinya sendiri, sehingga ujian bukanlah hal yang sulit untuknya.
Berbanding terbalik dengan Arga yang hanya bisa di beberapa mata pelajaran. Ia tidak terlalu ingin membebankan pikirannya dengan hal-hal yang tidak perlu. Ia hanya akan menjawab ujian dengan semampunya.
Orion, ia hanya murid dengan nilai pas-pasan. Ia lebih memilih belajar secukupnya, tidak ingin membebankan pikirannya dengan hal lain, terlebih dengan Ibunya yang kembali terbaring lemah di atas kasur.
Rendi, dia bukan anak yang peduli akan ujian. Jika ujian sudah dimulai dia hanya akan menjawab dengan semampunya, jika tidak tahu dia hanya akan menjawab asal atau bertanya dengan teman sekelasnya.
Dengan begitu, ujian kelulusan berhasil mereka lewati.
Ujian kelulusan bukan sesuatu yang harus disepelekan, bagi seluruh murid tingkat tiga, hal itu adalah penentu masa depan mereka. Beberapa mungkin akan berpikir yang penting sudah ujian, atau ada juga yang berpikir bahwa skill lebih penting, atau murid-murid ambis yang harus memiliki nilai super tinggi.
Bagi murid tingkat tiga, ujian kelulusan ibarat hidup dan mati. Benar-benar sebagai penentu kehidupan.
"Gua matematika ama bahasa."
"Matematika."
"Bahasa."
"Kagak ada."
"Yalah, orang pintar tu."
"Yalah."
"Apa sih anjir. Dah ah, berarti tinggal anak kelas satu kan? Hima ama Kira gimana ye ujiannya?
***
Kira adalah tipe murid ambis, tapi ia masih bisa memaklumkan dirinya karena tidak bisa di beberapa mata pelajaran. Selama ia sudah melakukan yang terbaik darinya, ia tidak akan pernah menyesal.
Hima bukan murid pintar seperti kakaknya, ia menghabiskan waktunya di rumah sakit, belajar dan bertanya banyak hal pada kakaknya. Perlahan ia mulai belajar, dan mengerti beberapa materi yang tidak ia pahami. Tapi tentu saja, ia membenci matematika.
"Saya matematika, fisika, sama kimia."
"Hee, gua informatika sama kimia. Dah ah, males banget harus mikirin yang susah apaan," balas Kira saat mendatangi ruang ujian Hima.
Hima hanya tertawa renyah. "Benar. Berarti setelah ini, kita cuma perlu memikirkan band, kan?"
Kira menggerakkan jarinya dengan malas. "Betul."
"Aaah, saya sudah tidak sabar!"
***
Dua minggu benar-benar tidak terasa. Sesuai kata Ipom, satu minggu sebelum acara dimulai, mereka sudah disibukkan dengan rehearsal. Ipom dan Farah berulang kali datang bersama mereka, dengan itu juga band The Raven akhirnya dikenal secara langsung.
"Kita dari band Auex. Yang akrab ye sampai kita manggung."
"Salken kita dari band Sweetie, santai aje sebelum manggung ye."
Mereka semua hanya tidak mengerti dengan perkenalan band-band yang ramai itu.
"Pom, apa mereka kagak sokap?" Rendi mengeluarkan suara, membuat Ipom terbatuk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himalaya And The Broken Band [Tamat]
Teen Fiction[Belum Revisi] Kehidupan itu tidak mudah. Himalaya, gadis muda yang berusaha bangkit atas masalah yang terus menghampiri dirinya. Ia mengemban semua masalah itu sendirian setelah kakaknya mengalami koma. Tapi, semua itu berujung kesedihan yang semak...