Bab 4 Sifat Yang Beda

856 224 20
                                    

Arkan dan Rea tampak berjalan dengan sedikit tergesa setelah turun dari mobil, beberapa waktu yang lalu mereka tiba-tiba dihubungi pihak kepolisian, membuat pasangan suami istri itu terkejut dan panik. Kini keduanya sudah berada di kantor polisi, dan langsung masuk untuk mencari Bening.

Mata Rea menangkap sosok putrinya-Bening duduk di kursi kayu panjang yang berada di sudut ruang tunggu.

"Itu Bening, Mas!" Rea menunjuk ke arah anaknya duduk.

Arkan menoleh, melihat Bening yang menundukkan kepala dan diam. "Kamu ke sana dulu, aku akan bicara dengan petugas."

Rea mengangguk, kemudian menghampiri Bening sementara Arkan mengurus keonaran yang dibuat oleh putrinya.

"Be!" panggil Rea begitu hampir sampai di tempat Bening duduk.

Bening terlihat takut dan merasa bersalah, hanya menoleh sekilas pada wanita yang sudah melahirkannya itu kemudian kembali menunduk.

"Kamu kenapa bisa bermain-main sama barang haram itu, sih?" Rea begitu geram ketika polisi menghubungi dan mengatakan kalau Bening tertangkap razia karena membawa sabu.

"Bening nggak main-main sama barang itu, Ma! Bening nggak tahu kenapa benda itu ada di tas Bening!" Gadis yang tertangkap razia di hari ulang tahunnya itu pun berusaha membela dirinya.

Rea mencebik kesal, selain anaknya pergi tanpa pamit, kini putrinya harus berurusan dengan polisi karena sabu, sedangkan Arkan sudah terlihat murka sejak di rumah tadi. Rea ingin memarahi dan menasehati Bening, tapi sadar kalau mereka berada di fasilitas publik, hingga membuat wanita itu menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya di sana.

Bening menundukkan kepala, satu tangan mengusap lengan yang lain. Arkan datang dengan polisi yang mengurus penangkapan Bening. Pria itu menatap Bening tajam, seakan sedang menunjukkan kalau dia sedang marah besar.

"Hasil tes urinnya negatif, saudari Bening terbukti tidak memakai barang haram itu," ujar polisi.

Rea bernapas lega karena putrinya tidak terbukti mengkonsumsi barang haram itu. Bening masih terlihat menunduk karena Arkan menatapnya penuh amarah.

"Karena putri Anda tidak terbukti menyimpan atau membawa dengan sengaja sabu di dalam tasnya, jadi kami akan membebaskan dengan jaminan Pak Arkan akan memastikan kejadian ini tidak terulang lagi," ujar polisi itu lagi.

Setelah mengurus semua prosedur, mereka berterima kasih pada petugas, sebelum akhirnya membawa pulang Bening.

-
-
Begitu sampai rumah, Bening langsung disidang oleh Arkan dan Rea. Arkan sangat murka karena Bening sudah berani keluar tanpa izin hingga terkena razia.

"Papa sama mama kecewa, Be! Kenapa kamu bisa melakukan hal buruk seperti ini, hah!" bentak Arkan yang sudah menahan emosi sejak tadi.

Bening yang duduk dengan kepala menunduk pun terkejut hingga membuat kedua pundaknya bergedik. Baru kali ini sang papa membentak dirinya.

"Maaf," ucap Bening lirih, tidak berani menatap orangtuanya.

Arkan berdiri di hadapan Bening dengan berkacak pinggang, hingga satu tangan digunakan untuk memijat kening yang pening akibat ulah putrinya. Rea sendiri hanya diam, menatap Bening yang terus saja menunduk.

"Pokoknya, mulai sekarang Papa tidak mau dengar kamu keluar di malam hari! Jika ingin pergi harus melapor, kalau kamu tidak bisa menurut dan merubah kebiasaan kamu, maka Papa dan mama akan mengirim kamu ke Jogja!" ancam Arkan agar Bening bisa mengubah kebiasaan buruknya.

Bening begitu terkejut, mana mungkin mau kalau dipindah ke Jogjakarta. Bening menatap Rea, seakan sedang meminta bantuan sang mama untuk menolongnya. Namun, Rea memalingkan wajah, tidak mau membela karena merasa perbuatan Bening kali ini sudah keterlaluan. Rea jadi menyesal karena terlalu memanjakan putrinya.

-
-

Di Australia,

Embun sedang sarapan bersama Axel dan Jojo, gadis itu terlihat tidak fokus dengan sarapannya, dan malah sesekali sibuk melirik pada Axel dan Jojo.

"Cepat makan sarapanmu, Embun sayang! Nanti keburu dingin," ucap Jojo yang melihat putrinya itu tidak segera menghabiskan sarapan.

Embun menarik napas panjang, hingga kemudian menghela perlahan. Sejak semalam ia sudah memikirkan, masalah tentang kembarannya.

"Pi, Mi!" panggil Embun sedikit takut.

Axel dan Jojo menghentikan aktivitas mereka, menatap ke arah Embun bersamaan.

"Ada apa, sayang?" tanya Jojo lembut.

Embun mencoba mengumpulkan keberanian, hendak mengutarakan keinginan yang sudah dipikirkan sejak semalam.

"Aku mau pergi ke Indonesia. Embun mau pindah dan sekolah di sana, ingin dekat dengan Bening," kata Embun akhirnya mengutarakan keinginannya.

Mendengar keinginan Embun, Axel dan Jojo saling tatap. Jojo bahkan langsung menggenggam erat telapak tangan Axel yang di atas meja.

"Aku mohon, Pi, Mi!" pinta Embun memelas.

Axel dan Jojo terdiam sesaat, hingga Embun kembali memohon. Gadis itu hanya ingin berkumpul dengan saudara kandungnya, sejak tahu kebenaran itu, membuat hati Embun jadi hampa. Jojo sebenarnya berat melepas Embun balik ke Indonesia. Namun, melihat pancaran mata Embun yang terlihat sangat ingin ke sana, membuat Jojo tak kuasa untuk melarang.

"Apa mau mami temani? kamu pasti butuh teman buat jalan-jalan kan?" wanita itu tersenyum, kemudian menoleh ke arah suaminya.

Axel pun terdiam sebelum mengangguk dan mengusap pucuk kepala istrinya itu. "Mungkin sudah saatnya kita kembali," gumamnya dalam hati.

Be My Bu ~ Jadilah kekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang