Bab 31 : Anak Seorang Pemerkosa

398 158 18
                                    

Rain mendekap erat Embun ketika gadis itu memeluknya, bahkan membiarkan Embun menangis, dia merasa jika saat ini gadis yang disayanginya itu butuh sandaran.

Rain mengajak Embun duduk di bangku taman yang terdapat di samping apartemen, dia menggenggam erat tangan Embun seakan tidak ingin melepasnya.

"Soal gosip itu, kamu tidak usah terlalu memikirkannya," ucap Rain mencoba menenangkan perasaan Embun.

"Sebenarnya aku pernah bertanya-tanya dalam Hati, bagaimana bisa saudara kembar berbeda wajah? tapi aku percaya ke papi dan mami, mereka tidak mungkin berbohong," ujar Embun, suaranya masih sedikit serak karena terlalu banyak menangis.

Rain mengulurkan satu tangan, mengusap sisi wajah Embun yang masih agak basah, kemudian mengulurkan satu tangannya lagi dan melakukan hal yang sama. Ia tersenyum hangat agar Embun merasa tenang dan tidak berpikiran buruk lagi.

"Yang kamu dengar hanya gosip, kita tidak tahu apakah itu benar atau salah. Jadi alangkah baiknya tidak perlu memercayainya."

Embun mengangguk kecil, mencoba tersenyum meski rasanya masih begitu sedih.

Rain merasa sedikit tenang ketika melihat gadis itu tersenyum. Ia mendekatkan wajah, hingga dengan berani menyentuhkan permukaan bibir mereka.

Embun cukup terkejut dengan yang dilakukan Rain, tapi meski begitu dia memilih memejamkan mata dan membiarkan Rain mencium bibirnya.

Di sisi lain tanpa mereka sadari, Bening baru saja turun dari taksi. Ia memang sengaja datang ke apartemen Embun untuk melihat keadaan saudaranya itu, dia merasa sedikit menyesal dengan sikapnya. Namun, Bening sepertinya harus kecewa, ketika melihat Rain dan Embun yang sedang duduk di bangku taman. Niat hati mendekat untuk menghampiri, tapi siapa sangka jika Bening malah harus melihat Rain yang mencium Embun, membuat rongga dadanya terasa begitu sesak. Bening yang kesal dan cemburu memilih berbalik.

-
-
-

Bening terus mengepalkan kedua telapak tangan ketika naik taksi untuk pulang. Hatinya begitu kacau saat melihat cowok yang disukainya berciuman dengan saudarinya, meski Bening tahu kalau mereka berpacaran, tapi dia tetap saja menyukai Rain.

Sementara itu, Rea yang langsung pergi ke Jogja setelah mendapat telpon dari Bening, kini sudah sampai di rumah Anisa. Bening yang baru saja turun dari taksi, melihat Rea yang ternyata juga baru saja datang. Bukannya senang melihat sang mama datang, Bening malah tampak begitu kesal.

"Be, kamu dari mana?" tanya Rea ketika melihat putrinya baru sampai.

Bukannya menjawab pertanyaan Rea atau mengajak wanita itu duduk dulu, Bening malah langsung bertanya tentang hal yang sudah mengganggunya.

"Asal usul Embun, Apa Mama berselingkuh dengan ayahnya?".

Rea terkejut karena Bening langsung bertanya tentang masalah itu. Namun, Rea berusaha bersikap tenang, mengingat kedatangannya ke sana memang untuk menceritakan hal ini.

" Kenapa Mama diam? jawab Ma!"

Rea pun memejamkan mata sejenak, mau tidak mau dia harus menceritakan hal ini. Akhirnya Rea bercerita kalau dia dan Axel tidak berselingkuh, tapi pria itu memperkosanya. Rea tetap menjelaskan jika itu tidak disengaja mengingat Axel sedang mabuk dan dalam pengaruh alkohol.

"Apa?"

"Jangan menyalahkan Embun! Sama sepertimu, dia juga tidak tahu apa-apa, kalian anak-anak tidak harus menanggung kesalahan orang tua," Tegas Rea.

Bening merasa kesal dan benci ketika mengetahui fakta itu, tapi pada dasarnya rasa benci itu sebenarnya dipicu oleh cemburu akan hubungan Embun dan Rain.

"Kenapa Mama membiarkan dia lahir? Aku tidak sudi punya saudara seperti dia!" Bening yang tidak terima, malah marah-marah dan langsung masuk ke kamarnya.

Rea terkejut dengan ucapan Bening, kenapa putrinya sampai bisa bicara seperti itu. Sedangkan penjelasan Rea tentang Axel yang sebenarnya baik pun tak mau didengar oleh gadis itu.

-
-
-

Hari berikutnya. Bening tetap pergi ke sekolah seperti biasa, tapi bedanya kini tak ada semangat untuk bertemu atau berdekatan dengan Embun seperti dulu.

"Be!" Embun yang melihat Bening sedang berjalan sendirian, lantas memanggil dan mengejar saudaranya itu.

Bening yang mendengar suara Embun memanggil, mencoba mengabaikan dan semakin cepat melangkahkan kaki, mencoba menghindar.

Embun merasa aneh karena Bening malah mempercepat langkah. Ia pun berlari sekuat tenaga untuk menyusul dan langsung menghadang Bening.

"Be, aku memanggilmu, kenapa kamu tidak berhenti?" tanya Embun yang sudah berada di depan Bening, napasnya terengah karena berlari.

Bening menatap benci pada Embun, dia tak mau bicara dengan saudaranya itu dan memilih menghindar.

Embun yang sadar jika Bening menghindarinya, lantas mencegah langkah Bening dengan cara menghadang jalannnya kembali.

"Ada apa, Be? Apa ada masalah? Apa kamu tidak berniat bercerita padaku?" tanya Embun hati-hati.

Bening yang kesal langsung berteriak, membuat Embun dan beberapa siswa lain yang melintas langsung menatap ke arah mereka.

"Ya, memang ada masalah! Untuk apa aku bercerita padamu, kamu adalah aib, aku menyesal memiliki saudara sepertimu. Kenapa kamu harus lahir dari rahim mamaku? Kenapa mama mempertahankan bayi dari seorang pemerkosa!"

Embun terkesiap dengan ucapan Bening, hatinya bak tersambar petir di hari yang cerah, bahkan buliran kristal bening hampir luruh dari kelopak matanya.

"Aku membencimu!" Bening memberi tatapan penuh kebencian, sampai berjalan melewati Embun dan dengan sengaja menyenggol lengan saudaranya itu.

Embun merasa hatinya begitu hancur, apalagi ketika Bening mengatakan jika dia adalah anak pemerkosa. Embun berlari keluar dari area sekolah, tak masuk kelas dan membolos karena perasaannya begitu kacau.

-
-
-

Rain yang sudah datang lebih dulu, terlihat duduk di kelas, menunggu Embun datang untuk memastikan kekasihnya itu sudah baik-baik saja. Namun, ia terkejut ketika mendengar teman sekelasnya melihat Embun dan Bening bertengkar. Rain menyadari jika  Embun belum datang.

Rain memilih keluar kelas, berjalan cepat menuju kelas Bening untuk bertemu dan bertanya, apakah yang dikatakan anak-anak jika Bening dan Embun bertengkar benar adanya.

"Apa sih, Rain?" tanya Bening menepis tangan Rain yang menariknya ke samping gedung sekolah.

"Kamu bertengkar dengan Embun, di mana dia sekarang?" tanya Rain cemas, sadar kalau perasaan dan emosi Embun sedang tak stabil sekarang.

"Mana aku tahu," jawab Bening enteng, seakan tak acuh dengan pertanyaan Rain.

"Kenapa kalian bertengkar?" tanya Rain dengan sedikit nada membentak, membuat Bening terkejut.

Bening merasa kalau Rain bertanya karena semata-mata cemas dengan Embun, membuat gadis itu kembali emosi dan kesal.

"Kenapa? Kenapa semua orang peduli pada Embun? Apa bagusnya dia? Apa kamu tahu kalau dia itu anak pemerkosa?!" Bening yang kesal, mencoba meluapkan kekesalan dan mengungkap siapa sebenarnya Embun.

Rain terkesiap dengan pengakuan gadis itu, hingga tersenyum miring karena tak percaya jika Bening tega bicara seperti itu.

"Aku kecewa sama kamu, Be! Embun itu saudaramu, tapi bisa-bisanya kamu berkata seperti itu. Jangan-jangan kamu memang tak pernah tulus menyayanginya. Kamu mengecewakan!"

Rain langsung pergi setelah mengucapkan kalimat itu, merasa jika Bening sangat keterlaluan hingga setega itu.

Be My Bu ~ Jadilah kekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang