Nasib buruk memang sedang menghampiri Bening, setelah semalam terkena omelan habis-habisan dari kedua orangtuanya, paginya Arkan mengambil salah satu kartu kredit yang diberikannya sebagai fasilitas untuk putrinya itu. Bening yang patah hati pun berjalan keluar rumah menuju mobil yang akan mengantarkannya ke sekolah, dengan sesekali menendang kerikil yang ada di tanah.
"Sial banget!" umpatnya.
Langkah Bening terhenti, dirinya mencoba mengingat siapa saja semalam yang berada di klub bersamanya. Bening yakin kalau tidak mungkin teman terdekatnya, yang memasukkan barang haram itu ke dalam tasnya. Ia ingat betul jika malam itu tidak ada yang mendekat ke tas miliknya karena semua anak tengah menari di tengah ruangan, hingga satu wajah muncul dalam pikiran Bening.
"Pasti dia!" Bening mencurigai salah satu temannya yang bernama Rossa.
Bening tahu Rossa tidak pernah menyukainya, lalu kenapa gadis itu semalam berada di pestanya. Kepala Bening terasa mendidih, wajahnya merah padam menahan amarah, karena fitnah itu ia mendapat omelan dan hukuman yang seharusnya tidak didapatnya.
Benar saja, setelah sampai di sekolah Bening berjalan cepat mencari keberadaan gadis yang dianggap sebagai pelaku yang menaruh barang haram itu dan membuatnya ditangkap satpol PP.
Bening melihat Rossa yang sedang duduk di bangku kelas, gadis itu tengah bercanda dan tertawa lepas bersama teman lainnya. Melihat tawa yang dianggapnya sangat memuakkan, membuat Bening sudah tidak bisa menahan amarah yang membuncah di dadanya. Dengan cepat ia menghampiri, bahkan langsung menggebrak meja yang ada di depan muka Rossa, membuat semua teman sekelasnya berjingkat karena terkejut.
"Apaan sih, pagi-pagi udah bikin orang jantungan!" bentak Rossa.
"Kamu yang masukin barang haram itu ke tasku, 'kan!" tuduh Bening, telunjuknya berada di depan hidung teman sekelasnya itu.
"Eh, jangan mengada-ada! Mana buktinya?!" Rossa berkilah, mana mungkin mau mengaku meski itu benar.
Bening yang terlampau kesal pun tak bisa berpikir panjang, dengan sigap tangannya meraih rambut gadis itu, menariknya begitu kuat hingga gadis tadi terjerembab dari kursinya.
"Agghh! Bening apa kamu gila!?" teriak gadis itu memegang kepalanya yang terasa sakit.
Bening yang begitu geram hendak menghajar gadis itu, tapi langsung dicegah oleh beberapa temannya yang berada di sana.
"Jangan Be!" cegah Maudy, sahabatnya itu menahan tubuh Bening untuk tidak mendekat ke arah Rossa.
"Lepas! Aku mau kasih pelajaran pada gadis sialan ini!" Bening ingin menginjak kaki Rossa tapi gagal, gadis itu buru-buru bangun dari lantai.
Keributan terjadi ketika Rossa berniat akan membalas Bening, teman-teman mereka mencoba mencegah agar keduanya tidak berkelahi. Hingga suara teriakan wanita yang begitu lantang dan tegas, membuat mereka semua terdiam. Ya, guru BK yang tengah melintas di depan kelas Bening, menyaksikan keributan yang sedang terjadi dan langsung masuk ke dalam sana.
"Ada apa ini?" tanya wanita paruh baya itu dengan sedikit membentak.
Semua siswa tertunduk, termasuk Bening. Karena kesal sudah ada keributan di pagi hari, akhirnya guru BK membawa Bening dan Rossa pergi ke ruang bimbingan konseling.
-
-
-
-Arkan menatap putrinya begitu tajam, tidak berkedip sama sekali. Bening hanya menunduk seraya meremas jemarinya, sepertinya akan terkena omelan lagi dari papanya. Arkan merasa geram ketika dipanggil ke sekolah, yang lebih membuatnya marah adalah karena guru BK mengatakan jika Bening berkelahi. Hingga akhirnya Arkan meminta izin pada guru BK itu untuk membawa Bening pulang.
"Sudah Papa putuskan, kamu akan Papa pindah ke Jogja!" bentak Arkan tegas.
Bening langsung mendongakkan kepala dan menatap Arkan, gadis itu pun melayangkan protes.
"Papa kok gitu! Kenapa Papa nggak denger penjelasan Bening?" tanya Bening memprotes keputusan Arkan.
"Papa semalam sudah bilang, Be! Jika kamu membuat masalah lagi, maka mindahin kamu ke Jogja adalah pilihan terakhir Papa. Jadi, sudah Papa putuskan dan itu tidak bisa diganggu gugat!" kekeh Arkan pada keputusannya, hingga kemudian meninggalkan Bening sendirian di ruang tamu.
"Pa! Papa!" teriak Bening memanggil, gadis itu menghentakkan kaki berulang kali ke lantai, bahkan memelas pada sang mama pun akan percuma karena Rea menyetujui keputusan Arkan.
-
-
-Australia
"Apa? Nggak! Aku nggak mau pindah!" protes Sky ketika Axel dan Jojo menyetujui keinginan Embun untuk kembali ke Indonesia. "Sky suka di sini, jadi nggak mau ke Indonesia!"
Jojo memggaruk kepalanya, bingung harus bagaimana. Sementara, Axel mencoba meyakinkan putranya tapi Sky bersikukuh tidak mau pulang ke Indonesia.
"Tapi Sky--" Jojo ingin memberi pengertian, tapi dipotong oleh putranya.
"Mami nggak sayang, Sky! Kenapa Embun saja yang dipikirkan!" protes Sky karena merasa kalau Jojo lebih sayang pada Embun ketimbang dirinya.
Embun hanya diam, sedangkan Jojo tampak menghela napas kasar. Jojo menoleh pada Axel, meminta keputusan pada pria itu.
"Begini saja, kamu temani Embun kembali ke Indonesia, biar aku menemani Sky di sini!"
Axel akhirnya memutuskan harus bagaimana. Pria itu tidak mungkin mengabaikan keinginan Embun, atau pun memaksa Sky ikut.
Sky berlari ke kamar setelah mendengar keputusan Axel. Jojo sendiri merasa cemas jika meninggalkan dua orang jagoannya itu berdua.
"Yakin nggak apa-apa?" tanya Jojo ke suaminya.
"Iya, aku akan nyusul setelah membujuk Sky untuk mau kembali ke Indonesia," jawab Axel sambil mengusap pipi istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Bu ~ Jadilah kekasihku
Teen FictionLanjutan kisah EMBUN dan RAIN bisa dibaca di KBM / KARYAKARSA dengan judul DIPERISTRI PAK RAIN Kisah BENING : SHE IS NOT MY SUGAR MOMMY _ _ _ Banyu Bening Pradipta dan Embun Sky Jordan adalah saudara kembar satu ibu beda ayah. Kelahiran mereka dalam...