Embun merasa kesal karena ponselnya kena sita, harapan mendapat balasan dari Rea agar bisa melihat foto Bening pun harus dipendamnya untuk sementara waktu.
Tak seperti saat berangkat tadi, Rain memilih pulang berjalan kaki bersama Embun, kali ini cowok itu tidak mengeluh dan menikmati perjalanan pulang bersama gadis yang satu rumah dan satu bangku dengannya itu.
Embun berjalan gontai, menendangi kerikil dengan ujung sepatunya.
"Bu, kenapa kamu pindah ke Jogja?" tanya Rain membuka pembicaraan karena mereka hanya berjalan dan saling diam sejak tadi.
"Aku?" tanya Embun dengan telunjuk yang mengarah ke dirinya sendiri.
"Ya kamu, emangnya di sini ada siapa lagi?" Rain jadi kesal sendiri.
"Aneh saja kamu memanggilku seperti itu, karena yang memanggilku 'Bu' hanya keluarga dekatku saja."
"Hem ... Aku tahu dari tente Jo," tukas Rain.
"Aku pindah ke sini karena ingin bertemu seseorang," jawab Embun santai. "Kalau kamu?" tanya Embun kemudian.
Rain menggaruk kepala yang tidak gatal dengan senyum canggung, terlalu malu karena dirinya pindah ke sana gara-gara balapan liar dan kenakalannya.
"Karena dihukum," jawab Rain yang tidak bercerita secara detail. "Hah, mungkin orangtuaku benar-benar kesal," sesalnya kemudian.
Embun hanya mengangguk-anggukkan kepala pelan, mereka berbincang seraya terus melangkahkan kaki menuju gedung apartemen tempat mereka tinggal.
"Kamu punya adik?" tanya Embun.
"Punya, cewek umurnya 12 tahun," jawab Rain. "Kalau kamu gimana?"
"Ada, aku punya seorang adik laki-laki dan satu saudara kembar," jawab Embun.
"Kem-" Rain ingin membuka mulut untuk bicara, tapi terkejut ketika Embun tiba-tiba berjalan cepat. "Bar -?"
Embun ternyata melihat anak kecil berumur sekitar tujuh tahunan berdiri di samping tiang lampu lalu lintas, gadis itu langsung menghampiri dan mengabaikan Rain. Embun merogoh saku seragam, lantas mengeluarkan selembar uang dan memberikan dengan seutas senyum dibibirnya. Bahkan gadis itu mengusap pucuk kepala anak kecil itu ketika mendapat balasan ucapan terima kasih.
Rain terkesiap dengan apa yang dilakukan oleh Embun. Sikap dan perilaku gadis itu menyebkan gelenyar aneh yang menggelitiki rongga dadanya.
-
-
-
-
Beberapa menit kemudian, Mereka akhirnya sampai di apartemen. Embun juga Rain langsung duduk di sofa dan sama-sama meluruskan kaki.
"Oh ... sudah pulang!" Jojo yang baru saja keluar dari kamar, mendapati Embun dan Rain yang duduk di ruang tamu.
"Ya, Mi! Capek!"
Rain menegakkan badan ketika Jojo duduk di sebelah Embun. "Ponselnya Embun disita guru BK, Tante!"
"Hah, kok bisa!" Jojo begitu terkejut, dan langsung melotot pada Embun "Memangnya kamu ngapain?"
Embun terkejut dengan langsung memberi tatapan tajam pada Rain, bisa-bisanya cowok itu mengadukannya pada sang mami.
"Aku memakai ponsel untuk mengirim pesan ke mami, saat aku bertanya nomor HP tante Rea."
"Astaga! Bu!"
"Dasar biang kerok!" umpat Embun ke Rain. Karena kesal ia langsung bangun dan pergi ke kamar.
"Bu!" panggil Jojo, tapi diabaikan oleh putrinya.
-
-
-
Sore itu, Bening duduk di gazebo yang terdapat di halaman rumah Anisa. Gadis itu tengah membayangkan sosok Rain yang dianggapnya, tampan dan gentle.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Zahra yang baru saja ikut duduk di sana.
Bening tersenyum malu-malu, hingga kemudian menjawab pertanyaan Zahra.
"Kamu tahu nggak, di sekolah ada cowok tampan banget, cute, dan pokoknya beda sama anak lain."
Zahra mengernyitkan dahi, apalagi melihat bagaimana bahagianya Bening saat bercerita.
"Siapa namanya? Sekelas sama kita?" tanya Zahra yang jadi penasaran.
"Namanya Rain, dia ada di kelas lain," jawab Bening masih terus mengulas senyum. "Rain itu sangat tampan, jaketnya saja wangi banget. Ah, rasanya mau pingsan kalau dekat sama dia." Bening masih saja tersenyum, gadis itu sepertinya sudah jatuh cinta kepada Rain sejak pandangan pertama.
Tanpa keduanya sadari, Anisa yang tengah melintas di belakang gazebo mendengar keduanya bercerita hingga dengan isengnya menggoda Bening.
"Rain, itu anak Budhe di kelas XI-2, lho."
Bening dan Zahra terkejut dan hampir berjingkat ketika mendengar suara Anisa.
"Budhe ngagetin aja!" Bening mengusap dada.
Anisa tertawa, lantas kembali berkata, "Dia emang tampan. Anak baru juga, pindahan kayak kamu."
Mendengar kata pindahan, tentu saja membuat Bening semakin senang. Benar dugaannya kalau Rain berbeda karena bukan berasal dari sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Bu ~ Jadilah kekasihku
Teen FictionLanjutan kisah EMBUN dan RAIN bisa dibaca di KBM / KARYAKARSA dengan judul DIPERISTRI PAK RAIN Kisah BENING : SHE IS NOT MY SUGAR MOMMY _ _ _ Banyu Bening Pradipta dan Embun Sky Jordan adalah saudara kembar satu ibu beda ayah. Kelahiran mereka dalam...