Bab 11 Hari Pertama

661 180 14
                                    

Bel sekolah berbunyi nyaring, menandakan jam pelajaran dimulai.

Embun mengeluarkan buku dan alat tulisnya, begitu pula dengan Rain yang siap belajar meski agak sedikit malas. Keduanya tidak banyak bicara, seakan tidak saling kenal.

Hari itu mereka mendapatkan pelajaran fisika di jam pertama, dan siapa sangka kalau Anisa yang mengajar mata pelajaran itu menjadi wali kelas Embun dan Rain.

"Selamat pagi semua!" sapa Anisa dengan senyum hangat di wajah, menyambut anak didik agar mereka lebih semangat dalam belajar.

Semua anak di kelas serentak membalas sapaan Anisa. Mereka terlihat begitu bersemangat meskipun pelajaran fisika bisa dibilang bukan pelajaran yang mudah.

"Oh ya, kita punya teman baru hari ini. Bagaimana kalau kita persilahkan mereka untuk memperkenalkan diri." Anisa berbicara dengan tatapan yang tertuju pada Rain dan Embun.

Embun menoleh pada Rain, di mana cowok itu langsung mengangkat dagu, mengisyaratkan agar Embun berdiri terlebih dulu.

Embun menutup buku secara kasar dengan perasaan kesal, merasa kalau Rain tengah memerintah dirinya. Hingga akhirnya Embun berdiri dan berjalan ke depan kelas untuk memperkenalkan diri. Setelah Embun selesai, Rain pun bergantian memperkenalkan diri.

"Baiklah, itu teman baru kita. Sekarang kita lanjutkan pelajaran kemarin," ujar Anisa yang kemudian memulai membuka buku.

Setengah jam berlalu, Anisa sudah selesai menjelaskan materi yang dipelajari. Rain terlihat malas-malasan, sedangkan Embun begitu memerhatikan setiap penjelasan Anisa.

"Pemalas!" cibir Embun melirik Rain yang tidak memperhatikan sama sekali.

Namun, Rain terlihat begitu santai meski mendengar cibiran teman satu bangkunya itu. Cowok itu seakan tak acuh dan bersikap biasa saja.

"Ada yang mau mencoba menjawab soal yang ada di papan tulis?" tanya Anisa pada para murid setelah beberapa saat.

Tidak ada yang menanggapi wanita itu, bahkan semua murid tampak menunduk karena tidak mau ditunjuk. Hingga tatapan Anisa tertuju pada Rain.

"Rain, coba maju!" titah Anisa.

Embun menoleh pada Rain, tersenyum mengejek karena yakin kalau cowok itu pasti tidak akan bisa menjawab. Dengan santainya Rain berdiri dan berjalan ke depan kelas. Ia mengambil spidol yang diulurkan Anisa. Lantas mulai menjawab pertanyaan yang tertulis di papan.

Embun terlihat memerhatikan Rain yang mengembalikan spidol pada Anisa, dan kembali duduk ke bangkunya.

Anisa pun mengecek jawaban Rain dan matanya berbinar. "Wah, hebat!" pujinya.

Embun terkejut karena jawaban Rain benar bahkan sampai mendapat sanjungan sang guru. Ia semakin kesal saat Rain meliriknya, kini cowok itu tersenyum dengan mimik wajah menghina.

-
-
-

Saat jam istirahat, Embun berjalan menuju kamar mandi. Menyisir rambutnya dengan jemari di depan cermin, ia dikejutkan dengan munculnya seorang gadis lain yang keluar dari bilik kamar mandi.

"Kenapa kamar mandinya menjijikkan? Bau, kotor pula!" keluh gadis yang tak lain adalah Bening.

Gadis itu menutup hidung, bahkan mengibaskan satu tangan di depan wajah untuk membuat aroma tidak sedap dari kamar mandi tidak sampai ke hidungnya.

"Bagaimana bisa kamar mandi sekolah bisa sekotor ini? Siapa pula yang tahan? Benar-benar tidak habis pikir! Memangnya tidak ada yang membersihkan?" Bening terus bicara, memprotes keadaan kamar mandi kepada Embun.

Embun termangu menatap Bening, memori otaknya mengingat kalau Bening adalah gadis yang berebut tas dengannya kemarin.

"Ah, sudahlah!" Bening lagi-lagi mengibaskan tangan di depan wajah. "Kamu juga tidak akan mengerti!" Bening langsung pergi dari area kamar mandi dengan kesal.

Embun menatap punggung Bening yang pergi menjauh. Sejak pertama kali melihat dan bertemu dengan gadis itu, Embun merasa ada perasaan aneh yang menggelitiki dadanya.

Bening yang bersungut-sungut, berjalan dengan sesekali menghentakkan kaki. Hingga tanpa sadar ia menabrak seseorang, bahkan apesnya ia terkena tumpahan jus di bajunya.

"Bagaimana sih kalau jalan? Seragamku kotor ini!" sembur Bening yang sibuk mengibaskan pakaiannya.

"Bukannya kamu yang jalan nggak pakai mata," ucap cowok yang ternyata adalah Rain.

Bening mendongak untuk melihat siapa yang menumpahkan jus ke seragamnya dan bersiap memaki. Namun, urung ketika melihat wajah Rain yang terlihat berbeda dari teman sekelasnya. Bening langsung menurunkan nada bicara, jemarinya masih sibuk membersihkan jus yang membasahi bagian depan bajunya.

"Bagaimana ini? Seragamku," keluh Embun manja, ia kembali kesal saat Rain malah pergi meninggalkannya.

Namun, tak Bening sangka. Rain kembali dengan membawa jaket dan mmemberikann. "Pakai ini!"

Bening menatap Rain sebelum menerima jaket cowok itu, entah kenapa ia tertarik dengan penampilan dan sikap Rain yang menurutnya begitu gentleman.
-
-
-
Embun tidak fokus mengikuti pelajaran setelah bertemu Bening, hingga dengan nekat gadis itu menyalakan ponsel dan meminta sang mami mengirimkan nomor Rea saat jam pelajaran.

Setelah mendapatkan nomor ibu kandungnya dari Jojo, Embun langsung mengirimkan pesan untuk meminta foto Bening dari Rea.

Namun, nahas. Guru bahasa indonesia yang sedang mengajar saat itu, melihat Embun menunduk dan menyalakan ponsel di jam pelajaran.

"Kamu tahu kalau dilarang menyalakan ponsel saat jam pelajaran, hah!" bentak guru Embun yang sudah merebut ponsel dari tangan gadis itu.

Embun terkejut ketika ponsel langsung direbut, bahkan gelagapan saat guru bahasanya membentak.

"Ikut saya ke ruang BK!" perintah Bu As.

Embun mau tidak mau pun harus ikut, ini juga salahnya yang tidak bisa menunda rasa penasaran di dadanya, padahal di awal dia yakin akan bisa menemukan Bening dengan caranya sendiri.

Rain menggelengkan kepala tak habis pikir, bagaimana bisa gadis itu ceroboh dan menyalakan ponsel di jam pelajaran.
-
-
-
Embun yang baru saja mendapat ceramah dari guru BK dan bahasa indonesia, nampak tak bersemangat karena tidak menyangka sudah mendapat masalah di hari pertamanya masuk sekolah. Ponselnya disita, dan dia diharuskan membawa orang tuanya ke sekolah jika maumengambilnya.

Bel sekolah berbunyi panjang, menandakan kalau kelas hari itu telah usai. Embun merapikan buku-bukunya begitu juga dengan Rain.

Bening datang mencari Rain, gadis itu melihat Rain yang sedang berberes dari pintu kelas, hingga kemudian menghampiri meja Rain.

"Hai!" sapanya.

Rain dan Embun menatap Bening bersamaan. Embun sadar kalau Bening ternyata hanya fokus terhadap Rain.

"Oh kamu!" sapa balik Rain sedikit cuek.

"Jaket kamu, terima kasih," ucap Bening seraya menyodorkan jaket pada Rain, ia tersenyum manis pada cowok itu yang langsung menerima jaket miliknya.

Be My Bu ~ Jadilah kekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang