Bab 40 : Rain (END)

807 189 33
                                    

Ternyata Embun tidak langsung kembali ke Australia. Ia meminta untuk bertemu Rea terlebih dulu. Mereka berkumpul di rumah Rea, karena sebelumnya Jojo sudah menghubungi ibunda Bening itu terlebih dulu. Di sana ada Arkan juga, mereka pun berkumpul dan berbincang seperti biasa.

"Bagaimana di Jogja?" tanya Rea berbasa-basi, meski sebenarnya Rea ada perasaan tak enak, setelah Bening pernah menanyakan tentang bagaimana dia dan Embun lahir tapi berbeda fisik.

"Baik, di sana aku punya banyak teman, mereka semua baik-baik," jawab Embun.

Rea terlihat bingung, bahkan sesekali menoleh pada Arkan yang duduk di sampingnya.

Embun meremas jemarinya terus menerus, ingin mengatakan sesuatu tapi suaranya terasa tersekat di tenggorokan.

"Aku hanya mau minta maaf sama mama Rea," ucap Embun yang akhirnya memberanikan diri.

Rea dan yang lain terkejut mendengar ucapan Embun. Mereka langsung menatap gadis itu bersamaan.

Embun terlihat mengusap kelopak mata, menarik napas panjang lalu menghela perlahan.

"Aku mau minta maaf, karena Mama Rea harus mengandungku dulu, aku tahu pasti selama ini sudah menyusahkan. Aku juga ingin berterima kasih karena Mama mau mengandung dan melahirkanku," ucap Embun yang sedikit terisak di akhir kalimat.

Rea kebingungan mendengar permintaan maaf Embun. Ia sampai menatap bergantian ke arah Arkan, Jojo, dan Axel. Rea tiba-tiba juga merasa bersalah, dan pada akhirnya menangis. Rea berdiri dan langsung memeluk Embun, menangis dalam pelukan putri yang dilahirkannya tujuh belas tahun yang lalu itu.

"Mama nggak pernah menyesal lahirin kamu. Mama juga sayang kamu, meski rasa sayang ke Bening lebih besar. Bukannya Mama tak mau merawatmu, tapi dengan keberadaanmu, membuat Mama terus mengingat papimu. Urusan orang dewasa memang begitu rumit, suatu saat kamu pasti akan mengerti ketika dewasa nanti," ujar Rea masih dengan memeluk Embun.

Arkan ikut berdiri, lantas duduk di samping Embun dan menepuk pundak gadis itu perlahan.

"Waktu kamu kecil, kamu sangat senang tidur dalam pelukan Papa. Kamu ini sangat lincah dan aktif, bahkan Bening saja kalah aktif darimu. Saat kamu sudah bisa bicara, Bening malah belum bisa mengucapkan  satu kata pun." Arkan menceritakan bagaimana Embun saat masih kecil.

Embun pun tersenyum, dia menganggukkan kepala meski air mata masih membanjiri pipinya.

Setelah mereka berbincang lama, akhirnya Embun, Jojo, dan Axel berpamitan untuk menuju bandara. Mereka akan kembali lagi ke Australia. Saat berada di mobil, Embun terlihat sibuk dengan ponselnya, gadis itu ternyata mengetik sebuah pesan bukan untuk Rain, tapi Gama.

[Ge, aku kembali ke Australia. Titip Rain ya, tolong jaga dia baik-baik.]

Setelah mengirim pesan untuk Gama, Embun menghapus permanen aplikasi Lololove miliknya. Ia hanya ingin membuat Gama sadar jika sudah tak ingin lagi berhubungan dengan cowok itu.

_
_
_
_

Beberapa minggu setelah kepergian Embun, Rain berubah menjadi dingin. Bahkan dia sampai bersikap tak acuh dengan Bening dan Gama. Keinginan Rain sekarang hanya satu, cepat lulus dan ingin kuliah ke luar negeri.

Siang itu, Rain terlihat duduk di kantin sendirian. Tidak ada yang berani mendekat karena sikap dingin cowok itu. Hingga Aura yang melihat Rain, mendekat dan berdiri di hadapan cowok itu.

"Wah, merana ya? Kasihan sekali ditinggal sama ceweknya, buat apa sih mikirin cewek begitu, jelas-jelas anak haram yang nggak pantes di deketin," ledek Aura.

Rain yang mendengar hal itu pun begitu murka. Ia langsung berdiri dan mengapit kedua pipi Aura mengunakan satu tangan.

Anak-anak yang ada di kantin begitu terkejut dengan yang dilakukan Rain, tak menyangka jika Rain bisa berbuat sekasar itu.

"Denger baik-baik, mau cowok atau cewek, jika mulut kalian berbisa dan menyinggungku, maka aku tidak akan segan-segan berbuat lebih kejam dari ini!"

Rain menekan pipi Aura hingga cewek itu meringis kesakitan, sebelum akhirnya melepas kasar dan meninggalkan Aura begitu saja.

_
_
_

Embun sedang duduk di teras rumahnya yang berada di lantai dua, menyaksikan matahari terbenam dari sana. Jojo yang melihat sang putri sendirian, lantas menghampiri dan memeluk gadis itu dari belakang.

"Kamu benar-benar putus dengan Rain?" tanya Jojo memastikan hubungan putrinya.

"Hem ... Aku sudah menyakitinya, Mi." Embun menjawab dengan suara lirih. "Tapi, mau sekarang atau nanti, cepat atau lambat. Aku yakin Rain pasti akan meninggalkan dan melupakanku. Jika seperti itu, aku pasti yang akan membencinya. Aku tidak ingin membencinya, biarkan saja dia yang membenciku."

"Artinya kamu benar-benar menyukai Rain," ucap Jojo.

"Ya, aku menyukainya, bahkan sangat menyayanginya," jawab Embun dalam hati. Ia tidak berani mengungkapkan perasaannya.

"Apa kamu bisa melupakan Rain, Bu?"

Hening, Embun terdiam. Matanya tertuju pada langit senja yang mengubah langit biru menjadi oranye, dan tiba-tiba tetesan air hujan turun tanpa mendung.

Rain,

Bagaimana bisa aku melupakanmu?

Jika setiap hujan saja namamu langsung terlintas dalam benakku.

Maaf, untuk pergi tanpa pamit

Kelak aku akan kembali, semoga hatimu masih terbuka untukku

TAMAT

Be My Bu ~ Jadilah kekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang