Bab 23 : Kencan Di Pantai

436 157 28
                                    

Bening duduk di taksi sambil menatap aspal jalanan, gadis itu menyangga dagu dengan siku yang bertumpu pada tepian jendela.

"Kenapa Rain terlihat tidak nyaman? Kenapa dia memperlakukanku seperti itu tadi?"

Bening terus berpikir karena merasa aneh dengan sikap Rain. Hingga gadis itu mencoba mengingat ekspresi Rain dan seketika tersadar tatapan cowok itu yang tertuju pada Embun.

"Apa mereka memiliki hubungan spesial?"

Di sisi lain, Gama yang meninggalkan Rain dan Embun terlihat berjalan masuk kembali ke mall sambil berpikir. Hatinya tak bisa memungkiri merasakan cemburu ketika melihat Rain dan Embun bersama.

"Aku datang ke sini karena ingin lebih dekat dengan Embun, tapi kenapa semuanya malah jadi seperti ini?" Gama begitu kecewa dan merasa usahanya datang ke kota itu sia-sia.

"Atau lebih baik aku mengatakan sejujurnya tentang perasaanku pada Embun, agar aku bisa merasa sedikit lega?" gumamnya dalam hati.

***

Pagi itu, demi mengajak Embun jalan-jalan. Rain sampi menyewa motor di sebuah rental yang tak jauh dari apartemennya. Cowok itu terlihat bahagia, melajukan motor dengan kecepatan sedang seraya bersenandung lirih, senyum terus merekah di wajah tampannya karena ini kali pertamanya pergi berkencang dengan Embun semenjak mereka jadian.

Ketika sampai di depan gedung apartemen yang ditinggali Embun, Rain melihat gadis itu sudah menunggu dengan senyuman manis di wajah. Rain pun langsung berhenti tepat di depan Embun berdiri. Gadis itu terkejut melihat sang pacar datang mengendarai motor.

“Aku pikir kita akan naik taksi.”

"Pakai helmnya!" Rain menggeleng menjawab pertanyaan Embun dan menyodorkan helm ke gadis itu.

Embun menerima dan menatap benda itu, seumur-umur ini adalah kali pertama gadis itu naik motor.

Rain yang melihat Embun bingung, lantas turun dari motor dan mengambil kembali helm dari tangan gadis itu. "Biar aku pakaikan," ucap Rain dengan seutas senyum di wajah.

Pipi Embun merona, membiarkan Rain memakaikan helm ke kepalanya, bahkan Rain sampai menunduk untuk memastikan tali pengaman helm terpasang sempurna.

“Sudah.” Rain tersenyum lebar dan menepuk pucuk helm yang dipakai Embun sebanyak dua kali.

“Rain … ,” keluh Embun dengan pipi yang menggelembung.

Mereka pun berangkat menuju pantai. Embun sedikit tegang ketika membonceng, gadis itu bahkan mencengkeram sisi jaket Rain kencang. Rain yang sadar kalau Embun takut, lantas meraih satu tangan gadis itu dan melingkarkan ke perut.

"Jangan berpegangan di sisi jaket! berpegangan padaku saja.”

Embun merasa malu mendengar ucapan Rain, tapi seketika melingkarkan satu tangannya yang lain untuk memeluk sang pacar. Ia meletakkan dagu di pundak Rain, melirik ekspresi wajah rain dengan senyuman manis.

“Begini?” tanyanya menggoda.

"Hem … berpegangan lah yang erat!" Suara Rain sedikit keras karena kalah dengan desiran angin yang menerpa mereka.

"Hah, apa?" Embun yang tak mendengar jelas, setengah berteriak untuk bertanya.

Namun, Rain tak menjawab, dia malah memutar gas dan membuat motor melaju sedikit kencang. Tentu saja hal itu membuat Embun terkejut, dan langsung memeluk Rain lebih erat karena takut terjatuh.

"Rain!" teriak Embun.

Rain tertawa senang ketika Embun semakin kencang memeluknya, raut wajahnya menunjukkan kebahagiaan ketika bisa bersama gadis itu.

-
-
-

Satu setengah jam kemudian mereka sudah sampai di pantai, keduanya langsung melepas sepatu dan berlomba berlari ke arah air. Tentu saja Rain berlari lebih cepat dari Embun, ketika sampai cowok itu langsung menendang air ke arah Embun yang baru sampai.

"Rain!" Embun menghalau cipratan air dengan kedua tangannya kemudian tertawa lepas.

Tak mau kalah Embun pun membalas perbuatan Rain, hingga membuat mereka terlibat adegan saling tendang air dan mengejar. Baik Rain maupun Embun tampak begitu bahagia, mereka senang dengan hubungan yang tengah mereka jalani, bukankah jatuh cinta di usia remaja memang sungguh menyenangkan? Satu hal yang pasti tidak akan pernah bisa meraka lupakan sampai nanti.

Setelah puas bermain, Rain dan Embun duduk di tepian pantai, beralaskan pasir dan menatap jauh ke arah laut lepas.

"Kamu senang?" tanya Rain yang kemudian menepuk pelan pucuk kepala Embun.

Embun mengangguk dengan senyum lebar, hingga kemudian teringat dengan cerita Gama yang mengatakan kalau Rain sebenarnya di sana karena dihukum oleh orangtuanya.

"Oh ya Rain, aku dengar kamu pindah sekolah di Jogja karena dihukum, apa itu benar?" tanya Embun menatap wajah tampan Rain.

Cowok itu hanya tertawa kecil sebelum akhirnya menoleh pada Embun. "Hem … awal pindah ke sini aku merasa seperti mendapat hukuman, rasanya seperti dibuang,  tapi setelah bertemu dan mengenalmu, semua ini rasanya seperti sebuah keberuntungan,” jawab Rain dengan tatapan yang tidak teralihkan dari wajah Embun.

Embun terdiam mendengar jawaban Rain, entah kenapa hatinya bergetar dan serasa ada kupu-kupu yang menggelitiki rongga dadanya. Jelas ucapan Rain membuatnya tersanjung, dia merasa spesial di mata cowok itu.

"Tapi Rain, menurutmu … apa hubungan kita ini tidak terlalu cepat?" tanya Embun kemudian. Ia menatap Rain sebelum akhirnya menatap lautan lepas lagi. "Kita baru kenal dan sudah berani berpacaran," imbuhnya.

Rain sedikit kaget mendengar pertanyaan Embun, hingga memilih meraih telapak tangan gadis itu yang  berada di pasir. Embun pun menoleh dan menatap Rain kaget.

"Bu, tidak ada alasan untukku tidak menyukaimu, tidak ada kata terlalu cepat atau terlalu lambat dalam menyanyangi dan mencintai seseorang. Orang yang sudah saling mengenal lama pun, tak lantas akan dengan mudah jatuh cinta satu sama lain."

Embun benar-benar mendengarkan apa yang diucapkan Rain, hingga bibirnya menipis, membuat Rain ikut tersenyum. “Apa kamu menyayangiku?”

“Tentu saja, masih nanya,” sembur Rain kemudian tertawa.

-
-
-

Sementara Rain dan Embun pergi jalan-jalan, ternyata Bening datang ke apartemen saudara kembarnya itu tanpa memberitahu lebih dulu, Gadis itu berniat mengajak Embun jalan-jalan karena merasa kemarin belum cukup puas menghabiskan waktu.

"Eh, Bening." Jojo cukup terkejut ketika melihat Bening berdiri di depan pintu.

"Iya, Tante. Embunnya ada?"

“Embun tadi pagi izin pergi sama Rain,” jawab Jojo apa adanya.

“Hah … sama Rain?” Bening terlihat kecewa, bahkan menghela napas kasar, gadis itu terdiam dan menggenggam erat ponsel yang berada di tangannya.

"Ayo masuk!" Tawar Jojo membuka lebar pintu.

"Ah, iya Tante.”

Bening pun memilih masuk ke dalam untuk sekedar berbasa-basi. Saat Jojo membuatkan minuman, gadis itu membuka aplikasi berbalas pesan miliknya, dia hendak menghubungi Embun dan bertanya ke mana saudaranya itu pergi dengan Rain. Namun, Bening terkejut ketika melihat foto profil Embun yang berubah. Ia pun membukanya karena penasaran.

"Apa mereka benar-benar memiliki hubungan spesial?

Be My Bu ~ Jadilah kekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang