[ SEANTERO - 41 ]

6.8K 1.9K 2.3K
                                    

Double update❤ thankyou sama-sama💀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double update❤ thankyou sama-sama💀

Pencet bintang dulu yok sebelum baca❤

Silakan revisi typo🤎

Jangan lupa follow akun wp ini🗿

.
.

SPAM TERO HERE🤎🤎🤎

SPAM VOILA HERE!

CHAPTER 41 - LUKA

NORMAL POV




“Papi bohongin Tero, ya?”

Merupakan kalimat pertama yang Seantero ungkapkan setelah Langit memarkir mobil di depan sebuah gedung. Langit memandang lurus tak berani menatap Seantero yang menelisik dirinya.

Di sepanjang jalan, Langit tak menjawab satu pun pertanyaan Seantero yang membuncah tahu bahwa ia akan kembali berkumpul layaknya dahulu. Sebelum, waktu menyita kebersamaan mereka.

“Papi tadi ngajak Tero pulang.”

“Seantero.”

“Papi, hehehe, ayo pulang,” ujar Seantero terkekeh.

Seantero mengulurkan tangan menggapai pergelangan tangan papanya. Meminta Langit kembali menyetir mobil. Langit bahkan bisa merasakan jemari Seantero yang dingin.

“Papi, pulang, yuk?” tawar Seantero.

“Turun,” tegas Langit.

“Papi Tero nggak sakit jadi nggak usah meriksa kesehatan, kita ketemu mami di rumah, ayo! Oh, iya, Abang Wira lagi shift malem, lho. Nanti kita bisa makan bertiga, aja, nggak diganggu Bang Wira. Tero kangen Papi sama mami!”

“Seantero, turun,” kata Langit, ia menepis tangan putranya.

“Papi—”

Langit keluar dari mobil lebih dahulu. Tak ingin ditinggalkan Seantero segera menyusul papanya. Langkah cowok itu berat, memasuki lobi gedung yang didominasi warna putih dan beraroma obat yang khas.

Bayang-bayang negatif menyelimuti Seantero. Relungnya bersikeras menguatkan diri dan meyakinkan diri bahwa semuanya baik-baik saja. Meski, ia sendiri tak bisa lagi berpikiran jernih. Seantero yang selalu memandang segala sesuatu dari sisi positif kali ini menyerah.

Seantero mencekal derap kaki papanya. Ia tak kuasa membaca papan denah bertuliskan Bangsal V.I.P cowok itu memasang tampang memelas.

“Kita pulang, yuk, Papi?”

“Prawira udah di perjalanan menuju ke sini,” balas Langit.

“Ngapain ke sini? Kita pulang, yuk, Papi .... Enakan di rumah, ayo! Tero masak sama mami, beneran!”

TARGET BUCIN [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang