[ SEANTERO : 02 ]

34.3K 5K 1.5K
                                    

HAPPY READING

.
.
.

CHAPTER 02 - NILAI ULANGAN
NORMAL POV


"Gue nggak mau cabut," kata Seantero.

Alan, Banyu dan A sontak menoleh pada Seantero. Gila, biasanya Seantero pulang sekolah semenit sebelum bel berdering. Karena mottonya, datang terlambat pulang paling cepat. Kenapa mendadak tidak mau pulang? Mana mengucapkan kalimat tadi sembari menyengir.

"Lo ada kenalan Ustad nggak, A? Tero butuh ruqiyah," ujar Alan.

"Ah, kamu mah," tutur Seantero mencubit kecil lengan Alan.

"Gue bacain ayat kursi aja gimana? Stress, Seantero ngapa lo manggil gue kamu, anjir!"

Alan, Banyu dan A refleks menjauhi Seantero. Takutnya, Seantero benar-benar dirasuki penunggu sekolah.

"Hahahaha, Lan, Voila balas tatapan gue. Hahahahaha, huaahahahaha."

Seantero memegang perutnya tertawa 'setan'. Alan menggeleng dramatis, tidak salah ia menjuluki Seantero sebagai seorang 'Bulol' alias Bucin Tolol. Seantero itu baru pertama kali jatuh cinta, sejak kemarin teman-temannya selalu mewajarkan segala tingkah Seantero. Tetapi, beda lagi untuk hari ini. Cuma ditatap saja, responnya seperti ini. Padahal, A saja sudah bisa mengobrol dengan Voila.

"Pulang, Ro, lo nggak pulang juga Voila udah nyampe di rumah dari tadi," suruh A.

"Nggak mau pulang," tegas Seantero.

"Kalau lo pulang ke rumah, dia juga pulang. Bukannya itu berarti lo sama dia jodoh?" tawar Alan.

"Iya juga, ya? Kan kalau samaan berarti jodoh, Hahaha, gue sama dia jodoh, hahahaha."

Seantero bangkit, langsung meninggalkan kelas tanpa memikirkan ketiga temannya. Alan tidak habis pikir, bisa-bisanya Seantero mengiyakan perkataan asal dirinya? Alan tahu cinta memang membuat orang lupa akan logika. Tetapi, bukan menghilangkan otak manusia, bukan?

"Menara piza jatuh cinta ya gitu, nambah miring," tukas Alan.

"Lan, gue kalau jatuh cinta, ingetin gue biar masih punya otak," timpal A.

"Gue juga, Lan," tambah Banyu.

"Pokoknya, kita bertiga harus saling mengingatkan. Cukup Tero aja yang kesasar, kita jangan."

A mengangguk antusias. Akhirnya mereka memilih ikut pulang sebab sekolah semakin sepi.

***

"Kembaliannya ambil aja, Pak," ucap Seantero, menyodorkan uang 33 ribu kepada sopir gojek.

Seantero mengembalikan uang tersebut. Si Pak Gojek yang sudah menjadi langganan Seantero mengernyit. Kembalian dua ratus rupiah dari indomaret pun selalu diminta oleh Seantero, sampai-sampai anaknya mengetahui Seantero, mengalahkan medit alias pelitnya Tuan Krab. Uang 33ribu dijadikan sebagai tip? Mission Impossible.

"Pak baik-baik di jalan, ya. Semoga duitnya berkah," kata Seantero.

Ia berjalan mundur, membentuk love dengan tangannya. Seantero berjalan melewati pekarangan rumahnya. Seantero bukan anak orang kaya sekompleks atau orang kaya nomer 1 di SMA Setia Husada. Tetapi, bukan anak orang yang penghasilannya pas-pasan.

Ayahnya seorang konsultan Di Dinas Pendidikan Kabupaten. Sedangkan ibunya, seorang Kepala Sekolah dengan 3 gelar sarjana. Seantero anak bungsu dari dua bersaudara. Kakak pertamanya juga laki-laki, merupakan seorang apoteker di salah satu klinik.

TARGET BUCIN [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang