[ SEANTERO - 20 ]

8.4K 1.8K 841
                                    

Siap diuji mental? 🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siap diuji mental? 🤣

Pencet bintang dulu yok sebelum baca❤

Silakan revisi typo🤎


SPAM TERO HERE🤎🤎🤎

CHAPTER 20 - ISI OTAK TERO

NORMAL POV






“Ro, lo enggak bisa tinggal diem ini, mah. Labrak Alven, skuy?” seru Alan.

Padahal dari tadi dia yang protes semisal Seantero sanggup mengalahkan Alven. Alven memang tetap ada unsur peduli kasih. Dia masih mau membantu teman yang dalam keadaan tersiksa. Walau, 60% alasan Seantero tersiksa secara batin dan mental mereka sendiri penyebabnya. Sebut saja sebagai ajang mereka menebus kesalahan pada Seantero.

“Labrak Alven? Teyo, lo jago bela diri apa?” tanya A.

“Teyo jagonya bela keadilan bukan bela diri,” sahut Alan.

“Gue bisa taekwondo, kok,” potong Seantero.

“Lo siap gelud sama Alven yang punya roti papan di perutnya dan lo cuma punya takoyaki, Ro?”

Alan berbicara tanpa rasa bersalah. Bukannya barusan yang menyarankan melabrak Alven itu dirinya?

“Nyu, lo bantu ngasih pendapat napa?!” A melirik Banyu yang sibuk menyalin tugas Alan.

“Teyo bukan siapa-siapa Voi, ngapain dia ngelabrak Alven?”

Perkataan Banyu tersebut, membuat ke-3 kawannya kicep, nampak tertohok. Orang pendiam sekalinya memberi komentar langsung menembus dimensi kerangka tulang. Benar juga, Seantero punya hak apa melabrak Alven? Jangankan pacar, orang yang pertama dikenal Voila saja itu Alven bukan Seantero. Secara garis besar, yang pebinor itu Seantero main masuk ke ranah hubungan orang lain.

“Lo mending diem, Nyu,” pungkas Alan. “Pokoknya, misi pertama Laimós ngebantuin Teroris ngelabrak Alven.”

“Lo ambisi banget, enggak ngeliat-liat dulu lawan kita siapa,” tambah A.

“Satu versus empat,” ujar Alan tidak mau kalah.

“Ya, kalau dia sendirian. Kalau dia bawa pasukan? Cewek satu sekolah maju jadi panglima perang dia, Dongo!”

“Urusan gituan, kita pikirin belakangan. Pasti selalu ada keajaiban di balik setiap musibah.”

“Ini kita sendiri yang nyari musibah mana ada keajaiban, sih, Lan. Lo anak pinter napa berubah begini? Kebanyakan konsumsi cerita WP ini anak jadi mikir bakalan ada keajaiban.”

Alan menyeringai. “Gue ada ide. Kita ciptain keajaiban itu sendiri biar Alven enggak bisa ngumpulin panglima perang!”

Cowok itu menatap ke-3 sahabatnya satu persatu dengan senyum mencurigakan. Ia bahkan tertawa ala setan lantaran mendalami karakter jahat. Dapatkah mereka mempercayai Alan?

TARGET BUCIN [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang