[ SEANTERO - 21 ]

7.3K 1.9K 1.6K
                                    

DOUBLE UPDATE🥰🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DOUBLE UPDATE🥰🥰

Pencet bintang dulu yok sebelum baca❤

Silakan revisi typo🤎

SPAM TERO HERE🤎🤎🤎

CHAPTER 21 - TEMPERAMENTAL

NORMAL POV





Seantero menanggalkan seragamnya. Menggati baju dengan kaos polos hitam dan celana joger hitam. Beruntung, kediaman Seantero ada AC. Bisa dibayangkan siang bolong betapa gerahnya menggunakan pakaian serba hitam. Tidak berlaku bagi Seantero, ia paling malas menggunakan baju berpelangi.

Ia berjalan santai ke kamar utama orangtuanya. Seantero bahkan sudah mencap kedua orantuanya itu orangtua angkat. Lantaran keukeuh bersaudara dengan Alven.

Ia mendorong pintu, tadi sudah menyiapkan plastik untuk memasukan rambut kedua orangtuanya yang ia colong di kamar. Pertama ia mencomot rambut mamanya di sisir. Rambut panjang tersebut ia beri tanda huruf A untuk membedakan. Kemudian, mengintip ke area lain mencari rambut pendek yang pasti seukuran rambut papanya. Setelah menemukannya, ia memasukan rambut itu ke dalam plastik bertanda B.

Menyelesaikan misinya di kamar kedua orangtua. Seantero menyusuri lorong ke kamar Prawira. Kamar Prawira ada di lantai 3, sampai Prawira harus naik tangga. Biasalah, anak kandung makanya perlakuannya lebih istimewa.

Seantero menekan gagang pintu. Lho? Tidak bisa terbuka. Seantero berdiam diri sejenak. Oalah, ini pasti karena di kamar Prawira ada televisi 50 inch sama PSP makanya tidak bisa diakses dengan mudah.

Seantero sampai lupa tujuannya mau mencuri sampel rambut Prawira. Ia turun ke lantai bawah, Prawira masih setia nonton di living room.

“Bang, lo pasti nyembunyiin sesuatu di kamar lo, kan, Bang? Ngaku, aja, Bang. Gue udah tau.”

Kenapa lagi Seantero? Menyembunyikan apa? Perihal apa lagi setelah adeknya mengada-ngada tentang bukan saudara kandungnya?

“Apa, Ro, apa lagi?”

“Bang, gue tau alasan kamar lo dikunci.”

Prawira mengernyit, ia memang mengunci kamar karena takut ketahuan mamanya mengoleksi beberapa jenis vidio bereproduksi di laptop dan majalah wanita yang sedang berjemur di pantai. Prawira menaikkan alis, apa Seantero mengoleksi hal demikian makanya ia ketahuan? Oh, wajar bukan? Seusia Seantero sedang masa panas-panasnya mencari-cari mengenai hal dewasa?

“Lo jahat amat, Bang, enggak mau bagi-bagi ke gue. Kita bisa maen berdua, Bang.”

“Wait? Ngajak maen berdua? Lo gila?”

Seantero melongo. “Bang, biarpun gue bukan sodara kandung, lo segitu meditnya, Bang. Inget, Bang, jangan terlalu pelit, nanti kuburannya sempit.”

“Yaudah, besok gue pinjemin, dah, ah. Rahasiain dari mama, oke?”

TARGET BUCIN [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang