29.

114 8 1
                                    

Sembari menunggu Dimas selesai meeting cinta memainkan poselnya untuk menghilangkan rasa gabutnya.

Aruummm

cintaaaa
• gimana kemarin acaranyaa? Maaf gabisa dateng, ga diijinin sama mamah

Cinta tersenyum, entah sudah berapa kangen dirinya dengan sahabatnya satu ini.

Alhamdulillah  rum lancar, ini juga pasti • berkat doa lo
Iyyaa gapapa, ini gue udah balik lagi ke •
Bandung

aaaa seriusan udah balik?
ayoo kapan kita mau ketemuuuu /emot nangis
• udah lama kita gaketemu tauu, lo si sibuk banget

Aduh apa kabar dengan lo? Yang super • duper sibuk, si ibu boss
Besok main gimana? Gue masih ada cuti •

• ide baguus besok gue juga libur
• ketemuan di tempat biasa yaa

Okeee

Read.

・ᴥ・

Dimas sudah menyelesaikan meeting nya, ia jadi tidak sabar ingin bertemu dengan gadisnya.

"Sekarang sudah jam makan siang Pak, apa bapak sudah makan?" Tanya Icha.

"Belum, nanti saja saya makan dengan tunangan saya"

Seketika Icha jadi kesal, buru buru ia dekatkan lagi bos nya.

"Saya boleh ikut?"

Dimas memutarkan bola matanya jengah, perempuan ini walaupun sudah berkali kali dengan penolakan, namun ia belum juga menyerah selalu saja ada cara.

Tidak menjawab Dimas langsung meninggalkan Icha masuk ke dalam lift, rasanya malas berlama lama dengan perempuan itu, selalu saja ada pertanyaan yang ia berikan yang membuat kuping Dimas ingin pecah dengan suaranya bak terompet tahun baru.

-

Dimas membuka pintu rahasia di ruangannya, dan mendapati gadisnya yang telah tidur pulas dengan memeluk guling. Dimas sedikit syok karena cinta membuka outhernya dan menyisakan tangtop pink yang ia kenakan.

Dimas mengelus dadanya untuk menahan semua rasa yang sedang ia rasakan saat ini, kalau ia membiarkan itu semua bisa kacau dan ia tidak ingin merusak gadis kesayangannya.

Dimas mendekat dan tersenyum melihat wajah tenang cinta saat sedang tertidur, rasanya semua rasa capeknya sekejap menghilang.

Karena masih ada kerjaan yang harus Dimas kerjakan, ia langsung berbalik dan menutup kembali ruangan rahasia itu dan segera berkutat dengan laptopnya.

Saat meeting tadi Dimas memenangkan tender dan mendapatkan banyak ke untungan, dan lagi lagi itu semangat berkat gadisnya—berkat cinta. Ia tak tahu kalau tidak ada cinta di sisinya mungkin ia tidak akan berada disini.

Pintu ruangan terbuka dan mendapati cinta yang baru saja bangun, ia masih menggunakan tangtopnya, lebih tepatnya ia masih tidak sadar.

CINTADIMASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang