26 | Firasat buruk

810 129 18
                                    

"Hoekk uhukk uhukk."

Pagi pagi gue udah muntah muntah. Yang gue keluarin cuma air liur doang.

Beberapa hari belakangan ini gue suka muntah pas pagi hari. Gue sendiri enggak tahu kenapa. Om Chan bilang gue sakit. Tapi gue gak ngerasa sakit.

Gue gak ngerasa pusing atau meriang. Suhu badan gue juga masih normal. Cuma sering mual aja gak tau kenapa.

Haduh gue jadi takut jangan jangan gue kena jampi jampi dari mantannya Om Chan.

Iya Kak Jihyo. Udah sebulanan dia gak gangguin gue sama Om Chan. Seneng sih soalnya kehidupan gue sama Om Chan normal lagi tanpa kehadiran Kak Jihyo.

Tapi gue takut jangan jangan dia nyusun rencana sedemikian rupa buat ngerebut Om Chan dari gue.

Eh, gue gak boleh overthinking gini.

"Masih mual? Ke dokter aja gimana?" Om Chan masih setia mijitin tengkuk gue.

"Nggak usah, Om. Paling karena masuk angin."

"Saya takut kamu kenapa Napa, Ra. Saya juga hari ini bakal ngelembur sampe malam banget. Ada meeting sama perusahaan sebelah."

"Aku gak apa apa, Om."

Sebenernya hari ini gue pengen ngehabisin waktu seharian sama Om Chan. Gue pengen cuddle seharian sama suami gue ini.

Gue gak tahu kenapa akhir akhir ini gue jadi pengen nempel terus dan dia.

"Om gak bisa ya meeting nya ditunda besok?" Tanya gue.

Om Chan menghembuskan nafas pelan kemudian ngelus rambut gue lembut.

"Maaf, sayang. Tapi ini nggak bisa ditunda. Ini penting banget." Katanya sambil masih ngelus rambut gue.

"Aku pengen Om nemenin aku seharian ini." Gue menunduk, mau nangis.

Selain gue yang selalu pengen nempel sama Om Chan, gue juga jadi sensitif akhir akhir ini.

"Saya janji abis semuanya selesai, saya secepatnya pulang." Katanya kemudian nyubit pipi gue pelan.

"Hm, oke."

"Kamu kerumah bunda Jisoo aja ya? Atau mau ke cafe nya? Saya gak tega ninggalin kamu sendirian."

"Aku ke cafe bunda aja."

Setelah sarapan abis, gue nyuci dulu piring kotor sebentar.

"Ayo berangkat."

Gue ngangguk kemudian gandeng tangan Om Chan menuju parkiran.

Di sepanjang perjalanan menuju cafe nya bunda, gue terus menggenggam erat tangan Om Chan. Gue gak mau lepas.

"Tangan kamu gemetar. Kamu kenapa?"

Gue sontak ngelihat tangan gue sendiri. Ah bener, tangan gue tremor. Padahal biasanya enggak gini. Gue gak tahu kenapa tapi perasaan gue gak enak.

Setelah sampai di cafe bunda yang masih sepi karena baru buka, Om Chan ngebuka pintu mobil gue.

"Jangan kemana mana sendiri. Kamu bisa telpon saya kalau butuh supir. Saya agak lama jadi jangan ditunggu. Tapi saya pasti pulang kok. Kamu jangan lupa makan juga biar gak sakit." Kata Om Chan.

"Iya iya, bawel banget suami aku."

"Saya pergi dulu."

Gue melambaikan tangan ke arah mobil Om Chan yang perlahan menjauh.

Gue memegang dada gue sendiri, jantung gue berpacu dua kali lebih cepat. Perasaan gue gak enak.

"Gue ini kenapa?"

Marriage Life || Bangchan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang