Gue menyusuri pinggir pantai bersama Om Chan. Ngebiarin kaki gue menyentuh ombak yang lagi pasang malam ini. Gue kira pantainya sepi ternyata cukup rame.
Udah hampir tiga puluh menit kami berdua jalan jalan, atau kadang berhenti karena gue mau main air sedikit. Tapi daritadi gak ada yang ngebuka percakapan sama sekali. Bener bener hening. Gue sama Om Chan cuma jalan beriringan doang.
"Ra."
"Apa?"
"Kamu sama Jeongin kayanya udah deket banget sekarang. Kalian pacaran?"
Gue ketawa sebentar kemudian berhenti jalan. Gue kemudian duduk ndelosor di pantai. Agak jauh dari air, biar ga kena ombak. Pasir di pantai ini lembut banget ternyata.
Gue mendongakkan kepala menatap langit. Langit malam ini gak ada bintang sama sekali. Ketutup sama mendung. Sama kaya hidup gue yang saat ini juga lagi ketutup sama banyak masalah hidup.
Balik lagi ke pertanyaan Om Chan, gue sebenernya bingung mau jawab. Gue sendiri bingung, hubungan gue sama Kak Jeongin sebenernya apa. Kalau dibilang teman, harusnya teman gak sedekat itu. Tapi kalau pacaran, bukan juga.
"Kak Jeongin suka sama aku. Dia bilang itu berkali kali. Dan ya, dia ngebuktiin lewat tindakannya kalau dia emang ada rasa sama aku. Dia serius kayanya. Tapi aku gak mau menjalin hubungan sama orang baru dulu."
Om Chan nengok ke gue, "Kenapa?"
"Aku masih terjerat sama masa laluku. Kayanya jahat banget kalau aku cuma jadiin Kak Jeongin pelarian semata. Aku trauma. Aku gak mau nikah. Pernikahan pertamaku hancur. Aku takut buat mulai hubungan serius sama orang baru. Aku takut nanti endingnya sama aja."
"Kalau kembali sama saya, mau?"
Gue tertawa pelan kemudian senyum getir. Segampang itu dia meminta gue kembali setelah apa yang dia lakuin ke gue selama ini. Semuanya hancur lebur gak bersisa. Bahkan anak gue yang gak bersalah jadi korbannya karena keegoisan Om Chan.
"Nggak. Keputusanku udah bulat. Aku mau cerai. Lagipula percuma juga kalau aku balik. Aku ngga peduli apakah ingatan Om udah kembali tapi aku gak mau kembali lagi."
Gue berdiri, pengen pergi. Tapi tangan gue ditahan sama Om Chan. Dia genggam tangan gue kemudian ikutan berdiri.
"Om Chan. Kita berdua adalah kisah tragis yang ngga direstui oleh alam untuk bersatu." Kata gue
"Bagaimana kalau misal alam justru ingin menyatukan kita berdua? Kita lihat aja nanti, Chaera."
•••
Chan sama Chaera udah balik ke hotel. Tapi ini Chaera bingung, kenapa kok Chan masih ngikutin Mulu. Bahkan ikut masuk ke kamar Chaera.
"Ngapain sih ngikutin Mulu. Sana ke kamar Om sendiri. Katanya mau tidur sama Kak Jihyo."
"Jihyo lagi sama yang lain."
"Hah?"
Chan kayanya sadar dia udah ngucapin sesuatu yang salah. Tapi Chan mencoba buat bersikap tenang dulu. Biar Chaera gak nyerocos tanya.
"Tadi dia bilang lagi bertengkar sama manager nya. Kamu tahu kan dia model terkenal. Managernya nyuruh Jihyo cepet balik."
Chaera cuma nganggukin kepalanya doang. Setelah itu Chaera ngelepas Hoodie yang dia pake. Chan yang ngelihat itu neguk ludahnya kasar. Duh, kenapa Chaera kelihatan menggoda banget kalo kaya gini. Chan gak boleh sampe lepas kendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life || Bangchan ✓
Fanfiction[COMPLETED] Dinikahin sama cowo yang usianya terpaut 11 tahun lebih tua daripada gue itu rasanya nano nano gitu.